Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titi Gunita Dyana Kumara
Abstrak :
ABSTRACT
Penelitian ini mengupayakan untuk melakukan verifikasi MU teknik IMRT melalui pendekatan yang disederhanakan dalam bentuk lapangan segmental. Penyederhanaan metode verifikasi MU teknik IMRT dapat dimungkinkan terjadi peningkatan error MU hingga mendekati batas acuan ±3.5%. Proses verifikasi MU secara bertahap dilakukan pada lapangan standard dan blok (non-treatment) kemudian pada perencanaan 3 pasien kanker payudara dan 2 pasien kanker serviks yang menggunakan teknik IMRT (lapangan treatment). Menggunakan Matlab, MU dari data yang terekam pada TPS Eclipse dapat diproses dengan menggunakan kalkulasi sesuai AAPM TG-71, kemudian nilai error MU tersebut diverifikasi setiap segmennya. Hasil verifikasi MU pada lapangan non-treatment sangat baik, memberikan rata-rata error MU ±0.7% dengan threshold ±(3-5) %, namun pada teknik IMRT mencapai nilai ±(50-80)% yang terpaut jauh dari threshold ± 3.5%. Nilai error MU teknik IMRT yang sangat besar diakibatkan oleh bukaan MLC pada lapangan segmental sangat kecil dan tersebar acak yang memengaruhi pemilihan titik tinjau dan equivalent square menjadi tidak tepat. Oleh karena itu metode dan kalkulasi pada penelitian ini disarankan hanya digunakan untuk verifikasi MU non-IMRT, lebih tepatnya untuk lapangan sederhana, sedangkan untuk verifikasi MU pada teknik IMRT diperlukan metode dan kalkulasi yang lain.
ABSTRACT
In this thesis, we assess MU verification independently for IMRT treatment techniques by simplifying the calculation on its segmental fields. Due to simplification, the result on IMRT MU verification may increase MU error near its threshold (±3.5%). The process of verification is done systematically on standard and blocked field (non-treatment) and then on patient planning which consists of 3 breast cancer and 2 cervix cancer patients with IMRT techniques. We process patient data from TPS Eclipse(TM) using Matlab(c) and calculate it by AAPM TG-71 algorithm, so then its MU error can be verified for each segment. The result of MU verification on non-treatment fields is decent which averaged on ±0.7% with a threshold of ±(3-5)%. However, on IMRT techniques reaches the value of ±(50-80)%, which considerably high considering its limit is ± 3.5%. High MU error on IMRT techniques is due to MLC opening of segmental fields are small and scattered that lead to inaccuracy of control point selection and equivalent square value. Consequently, methods and calculation on this thesis only suggested for MU verification on non-IMRT fields, especially standard fields, while MU verification of IMRT fields considered to have a more advanced method.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Dede Handika
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan faktor keluaran dari berkas foton lapangan kecil pada medium homogen dan inhomogen dengan berbagai variasi pengukuran. Variasi pengukuran faktor keluaran yang dilakukan pada penelitian ini yaitu variasi medium (homogen dan inhomogen), detektor, kedalaman ekuivalen (5 g/cm2 dan 10 g/cm2), energi (6 MV dan 10 MV), teknik (SSD dan SAD), dan bentuk lapangan (square dan circular). Pengukuran faktor keluaran dilakukan dengan menggunakan detektor bilik ionisasi Exradin A16, bilik ionisasi Semiflex, dan Film Gafchromic EBT3 pada ukuran lapangan ekuivalen 0.8 cm. 2.4 cm, 4 cm, dan 10 cm. Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa pengaruh medium homogen menghasilkan deviasi kurang dari 6% ketika menggunakan detektor Exradin A16 dan kurang dari 4% ketika menggunakan Film Gafchromic EBT3. Pada medium inhomogen deviasi >10% ketika ukuran lapangan 0.8 cm dan 2.4 cm. Perbedaan kedalaman menghasilkan deviasi kurang dari 3% untuk medium homogen kurang dari 10% untuk medium inhomogen. Pengaruh teknik penyinaran terhadap faktor keluaran menghasilkan perbedaan deviasi kurang dari 4%. Pengaruh bentuk lapangan terhadap faktor keluaran menghasilkan deviasi sebesar -22.24% ketika menggunakan detektor bilik ionisasi Semiflex dengan ukuran lapangan ekuivalen 0.8 cm dan bentuk lapangan circular. ...... This study was aimed to determine output factors of small field for photon beams in homogeneous and inhomogeneous medium. The variations are consist of a variation of medium (homogeneous and inhomogeneous), detector, equivalent of depth (5 g/cm2 and 10 g/cm2), energy (6 MV and 10 MV), technique (SSD and SAD), and shape of field (square and circular). The output factor measurements are using Exradin A16 and Semiflex ionization chamber beside Gafchromic EBT3 Film and various equivalent field sizes of 0.8 cm, 2.4 cm, 4 cm, and 10 cm. Result shown that deviations of output factor for homogeneous medium being less than 6% when using Exradin A16 ionization chamber and less than 4% when using Gafchromic EBT3 Film. Deviation for inhomogeneous medium >10% in the field size of 0.8 cm and 2.4 cm. Difference of depth produce a deviation less than 3% for homogeneous medium and less than 10% for inhomogeneous medium. The influence of technique to output factor shown difference of deviation less than 4%. The influence of the shape of field to output factor shown that deviation -22.24% when using Semiflex ionization chamber with equivalent field size 0.8 cm and the shape of field is circular.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rofikoh
Abstrak :
ABSTRAK
Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui profil dosis lapangan kecil pada medium tulang belakang dengan teknik penyinaran SAD. Selain itu, kami mengevaluasi dan membandingkan dosis perencanaan pada teknik SBRT dan konvensional terhadap hasil pengukuran yang dilakukan menggunakan dosimeter Exradin A16 dan Gafchromic EBT3. Evaluasi perencanaan radioterapi dilakukan dengan menghitung indeks konformitas dan indeks homogenitas untuk daerah toraks dan lumbal. Hasilnya menunjukkan bahwa film EBT3 merupakan dosimeter dengan akurasi dan presisi yang paling tinggi dengan rata-rata standar deviasi sebesar ±1.7 dan diskrepansi maksimum sebesar 2.6%, secara berturut-turut. Deviasi FWHM untuk lapangan 0.8 x 0.8 cm2 sebesar 16.3%, sedangkan untuk lapangan 2.4 x 2.4 cm2 sebesar -3.0%. Perbandingan lebar penumbra terhadap luas lapangan kolimasi untuk lapangan 0.8 x 0.8 cm2 sebesar 37.1%, sedangkan untuk lapangan 2.4 x 2.4 cm2 sebesar 12.4%. Evaluasi indeks konformitas dan indeks homogenitas pada perencanaan menunjukkan bahwa perencanaan pada daerah toraks memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan lumbal.
ABSTRACT
The main objective of this study was to know dose profile of small field radiotherapy in the spine case with SAD techniques. In addition, we evaluated and compared the dose planning of SBRT and conventional techniques to measurements with Exradin A16 and Gafchromic EBT3 film dosimeters. Evaluation of radiotherapy planning has been used using both conformity and homogeneity index for thorax and lumbal regions. The results showed that film EBT3 is highest precision and accuracy with average of standard deviation of ±1.7 and maximum discrepancy of 2.6%, respectively. In addition, the deviation of Full Wave Half Maximum (FWHM) in small field size of 0.8 x 0.8 cm2 is 16.3%, while it was found around 3 % for the field size of 2.4 x 2.4 cm2. The comparison between penumbra width and the collimation was around of 37.1% for the field size of 0.8 x 0.8 cm2 is 37.1%, while it was found of 12.4% for the field size of 2.4 x 2.4 cm2. Moreover, the HI and CI evaluation of the planning shows that planning of thorax indicating better results than lumbal regions
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risayanti
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran PDD, faktor keluaran dan profil dosis pada lapangan kecil dengan teknik penyinaran setengah lapangan menggunakan Film Gafchromic EBT3, bilik ionisasi Exradin A16, dan detektor matriks PTW 2D-Array 729. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik berkas foton lapangan kecil menggunakan teknik penyinaran setengah lapangan, dan membandingkan hasil pengukuran dengan data referensi yang menggunakan teknik penyinaran lapangan penuh full-beam . Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dmax dan menghitung nilai TPR20,10. Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai FWHM dan penumbra. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai dmax, TPR20,10, FWHM, penumbra, dan faktor keluaran menghasilkan pola yang sama dengan hasil pengukuran teknik penyinaran lapangan penuh full-beam . Deviasi FWHM terbesar menggunakana Film Gafchromic EBT3 dan Exradin A16 adalah -10.99 dan -33.14 terjadi saat pengukuran pada luas lapangan 0.8 0.8 cm2 dan kedalaman 1.5 cm, sedangkan deviasi FWHM terbesar menggunakan detektor matriks PTW 2D-Array 729 adalah -46.25 terjadi saat pengukuran pada luas lapangan 1.6 1.6 cm2 dan kedalaman 1.5 cm. Persentase deviasi faktor keluaran terbesar adalah -54.22 yaitu saat pengukuran menggunakan detektor matriks PTW 2D-Array 729 pada kondisi pengukuran luas lapangan 0.8 0.8 cm2 dan kedalaman 10 cm. ...... PDD measurements, output factor, and dose profile have been conducted in small field with half beam irradiation technique using Gafchromic EBT3 Film, Exradin A16 ionization chamber, and PTW 2D Array 729 matrix detector. This study was aimed to determine the characteristic of small field photon beam using half beam irradiation technique and compare the measurement results with reference data that performed full beam irradiation technique. PDD measurements evaluation has been done by determining the value of dmax and calculate the TPR20,10 value. Dose profile was analyzed based on the value of FWHM and penumbra. The measurement results showed that the value of dmax, TPR20,10, FWHM, penumbra, and output factor have similar pattern with the measurement results of full beam irradiation technique. The highest FWHM deviation value that can be obtained using Gafchromic EBT3 Film and Exradin A16 are 10.99 and 33.14 occurred when measurements were conducted in the field size of 0.8 0.8 cm2 and depth of 1.5 cm. The highest deviation percentage of output factor that can be obtained using PTW 2D Array 729 matrix detector is 54.22 occured in the field size of 0.8 0.8 cm2 and depth of 10 cm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rahmawati
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran dosis titik dan distribusi dosis menggunakan film gafchromic EBT3 pada HDR brakhiterapi dengan aplikator silinder. Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu mengetahui karakteristik film gafchromic EBT3 dalam pengukuran brakhiterapi, mengevaluasi dosis pengukuran dengan dosis TPS melalui pengukuran dosis titik, serta mengetahui distribusi dosis di sepanjang sumber brakhiterapi. Evaluasi dosis titik dilakukan dengan mengevaluasi nilai dosis di titik pengukuran A1, A2, A3, dan A4 dengan dosis kalkulasi TPS. Titik A1 dan A2 merupakan titik preskripsi yang berada di sisi kanan dan kiri aplikator silinder. Pengukuran dosis titik dilakukan dengan variasi 13 mm, 14 mm, dan 15 mm dari sumber. Sedangkan, titik A3 dan A4 merupakan titik yang berada di atas A2 dan A1 dengan jarak 1.5 cm. Pengukuran distribusi dosis dilakukan pada jarak 10 mm dan 15 mm dari sumber. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kalibrasi film gafchromic EBT3 yang paling baik yaitu kalibrasi 13 mm dengan nilai diskrepansi untuk titik A1, A2, A3, dan A4 berturut-turut adalah -0.37 , -3.40 , -1.39 , dan -1.54 . Nilai diskrepansi pada jarak 10 mm dari sumber sebesar -0.26 dan pada jarak 15 mm dari sumber sebesar 7.5 .
Point dose measurements and dose distributions have been conducted in HDR brachytherapy with cylinder applicator using EBT3 gafchromic film. The main objective of this study was to know the characteristics of EBT3 gafchromic film, to evaluate doses between measurements and brachytherapy treatment planning, and to know dose distribution along the source rsquo s main axis. The evaluation of point dose have been performed by comparing dose value in point A1, A2, A3, and A4 of the measurements with dose in treatment planning. Point A1 and A2 are prescription point at the right side and the left side of cylinder applicator. Measurement of point dose have been varied by distance of 13 mm, 14 mm, and 15 mm from brachytherapy source. Point A3 and A4 are located at distance of 1.5 cm above point A2 and A1. Dose distribution was measured at distance of 10 mm and 15 mm from brachytherapy source. The most suitable calibration for point dose measurements is calibration 13 mm which discrepancy values for point A1, A2, A3, and A4 were 0.37 , 3.40 , 1.39 , and 1.54 . The discrepancy value for dose distribution measurements at distance of 10 mm and 15 mm from the source was 0.26 and 7.5 , respectively.
2017
S66223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Dian Pertiwi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil berkas lapangan kecil yang dihasilkan dengan menggunakan wedge dan pembentukan lapangan dengan jaw dan MLC. Penentuan profil berkas dilakukan pada lapangan 1 1 cm2, 2 2 cm2, 3 3 cm2 dan 4 4 cm2 pada kedalaman 1,5 cm, 5 cm dan 10 cm, detektor film gafchromic dan PTW 2D Array, penggunaan wedge 15o, 30o, 45o, dan 60o dan pembentukan lapangan dengan jaw dan MLC. Pada pengaruh pembentukan lapangan terhadap profil berkas diperoleh deviasi nilai FWHM terbesar dengan menggunakan film gafchromic EBT 3 dan PTW 2D Array adalah 59.05 dan 36.25 dengan MLC sebagai pembentukan lapangan pada saat menggunakan wedge 60o dan 30o. Deviasi nilai FWHM terkecil dengan menggunakan film gafchromic EBT 3 dan PTW 2D Array adalah 0.61 dan 0.01 dengan MLC edge sebagai pembentukan lapangan pada saat menggunakan wedge 30o dan 60o. Hasil studi ini menunjukkan pembentukan lapangan dengan menggunakan MLC edge merupakan pembentukan lapangan secara optimal, sedangkan penggunaan wedge dapat mempengaruhi nilai FWHM yang dihasilkan. ...... This study aims to determine small field profiles using physical wedge and field conformation with jaw and MLC. Determination of the profile is done in field size 1 1 cm2, 2 2 cm2, 3 3 cm2 and 4 4 cm2 fields at of 1.5 cm, 5 cm and 10 cm depths, by using gafchromic film and PTW 2D Array as detector, physical wedge 15o, 30o, 45o, and 60o and field conformation with jaw and MLC. The result of influence of field conformation to beam profile given the largest deviation of FWHM value obtained by using gafchromic film and PTW 2D Array is 59.05 and 36.25 with MLC as field conformation for the use of wedges 60o and 30o. The smallest FWHM deviation using gafchromic film and PTW 2D Array is 0.61 and 0.01 with MLC edge as field conformation for the use of wedge 30o and 60o. This results of study indicated that the formation of field using MLC edge is optimal one, while the use of wedge could affect the FWHM generated.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Angelina
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil berkas foton lapangan kecil setengah lapangan half beam dengan menggunakan wedge. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dosimeter Matriks PTW 2D-Array 729 dan Film Gafchromic EBT3 yang dilakukan pada kedalaman 1.5 cm, 5 cm dan 10 cm untuk setiap lapangan penyinaran 0.8 0.8 cm2, 1.6 1.6 cm2, 2.4 2.4 cm2, 3.2 3.2 cm2 dan 4 4 cm2 dengan menggunakan physical wedge dengan besar sudut 15 , 30 , 45 dan 60 serta dilakukan variasi penyinaran yaitu daerah penyinaran wedge tipis dan tebal. Hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai FWHM cenderung lebih besar 1.59 saat daerah penyinaran wedge tipis. Deviasi FWHM dan penumbra terkecil masing-masing 0.92 dan 0.33 cm pada lapangan 0.8 0.8 cm2 wedge 60 menggunakan Film Gafchromic EBT3. Penumbra memiliki rentang nilai 0.15 ndash; 0.36 cm dengan anomali sebesar 80 n=135 jika definisi penumbra merupakan jarak level isodosis 80 - 20 dan 0.24 n=135 jika definisi penumbra merupakan jarak level isodosis 50 - 20. ...... This study was aimed to find the profile dose of small field for photon beams on half beam irradiation technique using wedge. The beam profile measurements are using Matrix PTW 2D Array 729 and Film Gafchromic EBT3 at depth 1.5 cm, 5 cm and 10 cm for each irradiation field 0.8 0.8 cm2, 1.6 1.6 cm2, 2.4 2.4 cm2, 3.2 3.2 cm2 dan 4 4 cm2 using physical wedge angles of 15 , 30 , 45 dan 60 and conducted variation of irradiation, thin and thick wedge irradiation. Results shown that FWHM values tend to be greater than 1.59 when thin wedge irradiation area. Smallest FWHM deviation and penumbra respectively 0.92 and 0.33 cm in the field 0.8 0.8 cm2 wedge 60 using Film Gafchromic EBT3. Penumbra has a range from 0.15 to 0.36 cm with an anomaly of 80 n 135 if defined as the distance 80 20 dose points and 0.24 n 135 if defined as the distance 50 20 dose points.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Lailyshofa
Abstrak :
ABSTRACT
MVCT merupakan modalitas pencitraan yang diintegrasikan dengan pesawat Tomoterapi menggunakan energi 3.5 MV yang memiliki andil cukup besar untuk memberikan tindakan terapi yang optimal pada Tomoterapi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kualitas citra, estimasi dosis, serta verifikasi posisi pada pencitraan MVCT. Dalam penelitian ini, evaluasi MVCT dilakukan dengan tiga variasi mode slice thickness yaitu fine, normal, dan coarse. Pengujian kualitas citra dilakukan menggunakan phantom Cathpan 600. Estimasi dosis dan verifikasi posisi dilakukan menggunakan phantom Rando pada tiga area yang ditentukan, yaitu head neck, thorax, dan pelvic. Verifikasi posisi dilakukan dengan memberikan beberapa marker eksternal di beberapa titik pada setiap area dan dihitung dengan bantuan dua perangkat lunak, yaitu software Tomoterapi dan 3D Slicer. Hasil evaluasi kualitas citra yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh variasi mode slice thickness pada MVCT masih berada dalam batas toleransi sesuai dengan AAPM TG 148. Estimasi dosis yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis terbesar diperoleh pada mode fine. Secara umum, nilai estimasi dosis yang diperoleh berada pada rentang 1-4 cGy untuk semua area pada setiap titik OAR yang diukur. Pergerakan posisi yang diperoleh untuk seluruh variasi mode slice thickness menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, dengan besar le; 0.5 mm. Perbedaan hasil pergerakan posisi yang diperoleh antara dua software yang digunakan tidak lebih dari 0.5 mm.
ABSTRACT
MVCT is an imaging modality which is integrated by Tomotherapy using 3.5 MV energy that has a large enough contribution to provide an optimal therapeutic in Tomotherapy. The purpose of this study is to evaluate the image quality, dose estimation, and verification of the position on MVCT imaging. In this study, MVCT evaluation was performed with three variations of the slice thickness mode that is fine, normal, and coarse. Image quality testing was performed using Catphan 600 phantom. Dose estimation and position verification were performed using Rando phantom in three areas, there were head neck, thorax, and pelvic. Verification of the position was performed by providing several external markers at several points in each area and calculated with the help of two software, namely Tomotherapy software and 3D Slicer. The result of image quality evaluation obtained shows that all variations of slice thickness mode in MVCT are still within tolerable limits in accordance with AAPM TG 148. Estimated dose obtained shows that the largest dose was obtained in fine mode. In general, the estimated dose value which was obtained is in the range of 1 4 cGy for all areas at each measured OAR point which was measured. Movement of position obtained for all variations of slice thickness mode shows insignificant difference, with value le 0.5 mm. The difference of result obtained between the two software used is no more than 0.5 mm.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Zihan Murti
Abstrak :
Pergerakan internal yang terjadi saat treatment radioterapi tumor hati merupakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam keakurasian dosis. Pergerakan tersebut menghasilkan ketidakpastian posisi target pada saat treatment radiasi yang dapat mengakibatkan adanya kekurangan dosis. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa penambahan margin internal pada PTV dapat mengurangi perbedaan dosis perencanaan dengan dosis terukur. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode robust yang memperhitungkan ketidakpastian posisi relatif terhadap volume target dalam perencanaan radioterapi. Perencanaan dengan metode standar dan metode robust dibandingkan menggunakan data 10 pasien penderita kanker hati di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menggunakan parameter Conformity Index (CI) , Gradient Index (GI), dan Homogeneity Index (HI). Metode ini mengurangi nilai dosis target pada perencanaan standar dengan rerata 106,8% ± 4,3% menjadi 104,4% ± 5,4% untuk ketidakpastian 3 mm dan 6 mm. Dosis OAR pada metode ini lebih rendah dibandingkan dengan metode standar, namun keduanya masih di bawah batas referensi yang digunakan. ......Internal movement during radiotherapy treatment of liver tumors is one thing that needs to be considered in the accuracy of the dose. This movement affects the uncertainty of the target position during radiation treatment, resulting in a dose deficiency. Previous studies have shown that increasing the internal margin of PTV can reduce the deviation between the planned and the measured dose. This study aims to observe the efficiency of the robust treatment planning method that calculated the uncertainty of the target volume position. We used 10 secondary patient data with liver cancer at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo using parameters Conformity Index (CI) , Gradient Index (GI), and Homogeneity Index (HI). We found that the average of maximum dose of robust treatment plan was reduced compared to the standard plan from 106,8% ± 4,3% to 104,4% ± 5,4% for the applying uncertainty of 3 mm and 6 mm in all direction. The OAR dose in this method is lower than the standard method, although both are still below the reference limit used.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syfa Rasyunatussahidah
Abstrak :
Dosimeter merupakan salah satu aspek penting dalam radioterapi untuk verifikasi dosis pengobatan kanker. Saat ini telah dikembangkan detektor microDiamond PTW 60019 yang digunakan untuk mengukur dosis pada lapangan kecil. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan karakterisasi pada detektor microDiamond PTW 60019 berdasarkan respons energy dependence dan directional dependence menggunakan energi 6 MV FFF dan 10 MV FFF pada berkas foton dengan teknik source to axis distance (SAD) dan source to skin (surface) distance (SSD). Penelitian ini dilakukan dengan mengukur uji kualitas yaitu meliputi uji reproduksibilitas, uji linearitas bacaan, dan uji kebocoran detektor. Kemudian, pengukuran karakteristik energy dependence dan directional dependence menggunakan teknik SAD dan SSD. Energi yang digunakan yaitu 6 MV dan 10 MV, kemudian sudut yang digunakan 0o – 330o dengan rentang 30o. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pengukuran kualitasnya, detektor ini memiliki nilai koefisien variansi 0,0257% pada uji reproduksibilitas dan memperoleh hasil R2 = 0,9947 pada uji linearitas bacaan. Pada pengukuran karakteristik tiap teknik, hasil berdasarkan energinya didapatkan bahwa semakin besar energi yang diberikan maka semakin besar nilai bacaan yang diperoleh. Hasil respons penyimpangan terbesar pada energy dependence dan directional dependence terjadi pada pengukuran sudut 180o. Detektor ini memiliki respons energy dependence dengan penyimpangan sebesar 2,5% pada teknik SAD dan pada teknik SSD sebesar 0,8%. Respons directional dependence yang mempunyai nilai 1±0,5% pada teknik SAD terdapat 7 nilai sudut yaitu (60o, 90o, 300o) pada energi 6 MV FFF dan (60o, 90o, 150o, 300o) pada energi 10 MV FFF, kemudian pada teknik SSD terdapat 4 nilai sudut yaitu (60o, 330o) pada energi 6 MV FFF dan 10 MV FFF. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa energy dependence mempunyai nilai yang lebih baik pada teknik SSD dan directional dependence mempunyai nilai yang lebih baik pada teknik SAD. ......Dosimetry is one of the important aspects of radiotherapy for cancer treatment dose verification. A microdiamond detector, PTW 60019, is currently being used to measure dose in a small field. This study investigated characterization of the microDimamond PTW 60019 for energy and directional dependence using unflattened photon energy at 6 MV and 10 MV with the source to axis distance (SAD) and source to skin (surface) distance (SSD) technique. There was an investigated quality check for reproducibility, linearity, and detector leakage. Then, it was measured for energy and directional dependence using SAD and SSD techniques. The energy used is 6 MV and 10 MV and the angle used is 0o –330o with an interval of 30o. As a result of the quality check, the microDiamond has a coefficient of variance of 0,0257% for reproducibility and R2 = 0,9947 for linearity. At the measured characterization, the response electrometer increases as the energy is increased. The result of the response of the largest deviation in energy dependence and directional dependence occurs at a 180o angle measurement. This detector has an energy dependence response with a largest deviation of 2,5% on SAD technique and a deviation of 0,8% on the SSD technique. The directional dependence response has a 1±0,5% for the SAD technique; there was 7 angles (60o, 90o, 300o) for 6 MV FFF and (60o, 90o, 150o, 300o) for 10 MV FFF, for the SSD technique there was 4 angles (60o, 330o) for 6 MV FFF and 10 MV FFF. In conclusion, the SSD technique responds better to energy dependence than the SAD technique responds to directional dependence.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>