Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sylvia Wisna Darwis
Abstrak :
Untuk meningkatkan efektivitas iklan diperlukan pemahaman lebih mendalam mengenai aktivitas mental konsumen dalam mengolah pesan iklan. Dalam teori-teori persuasi iklan, aktivitas mental ini diwarnai oleh beberapa variabel yang mengarahkan konsumen pada respon yang berbeda terhadap iklan; variabel-variabel ini adalah: tingkat keterlibatan, respon kognitif, respon afektif dan sikap terhadap iklan (Aad), yang memediasi pengaruh iklan terhadap niat membeli. Perkembangan teori persuasi memperlihatkan dua macam landasan: dual-process model dan dual mediation model, dalam menggambarkan aktivitas mental individu dalam mengolah pesan iklan. Kelompok teori persuasi berlandaskan dual-process model berpendapat bahwa individu yang memiliki tingkat keterlibatan tinggi terhadap iklan yang diterimanya akan mengolah iklan tersebut melalui rute persuasi sentral, yaitu melalui elaborasi kognitif mendalam tentang elemen sentral iklan, yailu argumen pesan. Namun individu dengan tingkat keterlibatan rendah terhadap iklan yang diterimanya akan mengolah iklan tersebut melalui rute persuasi periferal, yaitu melalui respon afektif yang ditimbulkan oleh elemen periferal dari iklan, yaitu elemen selain argumen pesan. Sementara itu, kelompok teori persuasi berlandaskan dual mediation model berpendapat bahwa individu mengolah iklan dengan menggunakan ke dua rute persuasi, baik rute persuasi sentral maupun rute persuasi periferal. Studi ini memandang, perbedaan pendapat di antara ke dua kelompok teori persuasi dapat dijelaskan dengan memaharni perbedaan psikologis individu, yang mempengaruhi aktivitas mental konsumen. Ilmu psikologi perkembangan memperlihatkan bahwa individu dengan kecenderungan berpikir (cognitive style) yang berbeda akan berbeda pula aktivitas mentalnya dalam mengolah informasi. Kecenderungan berpikir seseorang dipengaruhi oleh perkembangan kognisi sejalan dengan peningkatan umumya. Anak - anak muda pada umumnya memiliki kecendenmgan berpikir formal (menggunakan evaluasi kognitif), sedangkan orang dewasa lebih banyak memiliki kecenderungan berpikir postformal (mengintegrasikan ranah kognitif dan ranah afektif). Studi ini berkesimpulan bahwa model persuasi iklan sebaiknya mempertimbangkan faktor kecenderungan berpikir (aktivitas mental) konsumen. Tujuan studi ini adalah mempelajari hubungan tampilan iklan (terdiri dari kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar) dan kecenderungan berpikir terhadap niat konsumen untuk membeli produk yang diiklankan, yang dimediasi oleh variabel-variabel tingkat keterlibatan, respon kognitif, respon afektif. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen 4 tampilan iklan X 2 kecenderungan berpikir Subyek penelitian terdiri dari dua kelompok responden. Satu kelompok adalah anak-anak SMP/SMA berumur 12-16 tahun yang diasumsikan memiliki kecenderungan berpikir formal, dan satu kelompok lainnya orang dewasa madya, berpendidikan sarjana, dan berumur 40-58 tahun, yang diasumsikan memiliki kecenderungan berpikir postformnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dengan kecenderungan berpikir berbeda mengolah iklan secara berbeda pula, sebagai berikut: a. Pada subyek dengan kecendungan berpikir formal, pada tingkat keterlibatan tinggi respon kognitif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan, sedangkan pada tingkat keterlibatan rendah respon kognitif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar iklan. Namun, pada subyek dengan kecenderungan berpikir postformal, respon kognitif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar iklan, baik pada tingkat keterlibatan tinggi maupun rendah. b. Pada subyek dengan kecenderungan berpikir formal, pada tingkat keterlibatan tinggi respon afektif dipengaruhi oleh daya tarik gambar latar iklan sedangkan pada tingkat keterlibatan rendah respon afektif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar lklan. Pada subyek dengan kecenderungan berpikir postformal, respon afektif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar iklan baik pada tingkat keterlibatan tinggi maupun rendah c. Pada subyek dengan kecenderungan berpikir formal, respon kognitif lebih berperan dalam mempengaruhi sikap-terhadap-iklan. Pada subyek dengan kecenderungan berpikir postforrnal, selain respon kognitif, respon afektif turut mempengaruhi sikap-terhadap-iklan. Keadaan pada masing-masing kelompok subyek ini terjadi baik pada tingkat keterlibatan tinggi maupun pada tingkat keterlibatan rendah. Implikasi manajerial dari penelitian ini adalah perancangan iklan dengan mempertimbangkan kecenderungan berpikir konsumen.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T17172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalahuddin Haikal
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu hal yang menandai industri sekuritas adalah sangat tingginya ketergantungan perusahaan sekuritas terhadap perubahan lingkungan yang cenderung bergerak menjadi lingkungan yang bersifat turbulent. Perubahan-perubahan pada lingkungan industri sekuritas bersumber dari dua hal, yakni: berupa ketentuan-ketentuan dari otoritas yang berwenang dan juga dari dalam industri itu sendiri. Keluarnya Keputusari Presiden No. 53 Tahun 1990 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 telah merestruktunisasi sistem dan struktur kelembagaan pasar modal. Dua ketentuan ini berakibat pada kelangsungan hidup seluruh pelaku pasar modal termasuk didalamnya PT (Persero) ?X?. Seluruh unit kegiatan usaha PT (Persero) X? harus menyesuaikan diri dengan ketentuan tersebut atau menghentikan kegiatan nya. Kegiatan investment trust dan unit trust masih dapat dilanjutkan karena produk hukum pendirian PT (Persero) ?X? dan kegiatan pokoknya berupa Peraturan Pemerintah No. 25 Thun 1976 yang secara hirarki hukum memiliki kedudukan lebih tinggi daripada Keputusan Presiden. Meskipun demikian terdapat ketentuan peralihan dalam Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1990 yang mengatur bahwa PT (Persero) ?X? masih boleh melanjutkan kegiatan unit trust yang sudah ada tetapi tidak boleh menerbitkannya kembali. Ketentuan ini muncul sehu bungan hanya diijinkannya reksa dana (mutual fund) yang bersifat close end and corporate type. Di balik perubahan-perubahan tajam dalam lingkungan industri sekuritas melalui deregu lasi pasar modal tersebut yang mencabut posisi monopoli PT (Persero) ?X? pada bidang usaha investment trust terkandung hikmah bahwa sistem perencanaan perusahaan harus sudah berevo lusi dari sistem perencanaan anggaran ke sistem perencanaari strategis. Perencanaan strategis yang dilakukan oleh PT (Persero) ?X? dengan persetujuan Menteri Keuangan sebagai pemilik seratus persen saham PT (Persero) ?X? menghasilkan keputusan untuk merestrukturisasi orga nisasi. Dihasilkannya tiga SBU yang pada dasarnya merupakan unit usaha profit center pada bentuk organisasi lama selain karena keharusan mengikuti ketentuan-ketentuan otoritas pasar modal juga sekaligus untuk menanggulangi masalali yang selama ini dihadapi oleh PT (Persero) ?X?, yakni mekanisme transfer pricing yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dengan dibentuknya SBU-SBU baru ini sudah saatnyalah pemegang sabam PT (Persero) ?X? untuk melepas semua fasilitas dan kemudahan yang diberikannya sebagai test case terhadap kinerja PT (Persero) TMX? selama ini. Mengingat betapa pentingnya pereflCanMn strategis bagi organis asi perusahaan yang hidup pada lingkungan turbulent, maka sangat wajar komitmen CEO PT (Persero) ?X? untuk menjadikan perencanaan strategis sebagai suatu proses yang tidak pernah berhenti menjadi suatu komitmen bagi CEO PT (Persero) ?X?. Sebagai holding company, maka fungsi pengawasan intern menjadi makrn diperlukannya, selain itu diperlukan juga suatu management audit baik dalam bentuk performance audit maupun program audit secara peno dik. Management audit ini pada dasarnya merupakan proses analisa internal PT (Persero) ?X. dan SBU-SBUriya, sedangkan analisa internal amat diperlukan dalam perencanaan strategis. Restrukturisasi organisasi PT (Persero) ?X? sehingga berbentuk divisional structure sebagai implementasi perencanaan strategis, maka diperlukan pula perubahan struktural budaya orga nisasi yang selama ini dianut. Budaya lama merupakan akibat dan tidak disaLlarinya bahwa PT (Persero) ?X? telah memakai konfigurasi struktur machine bureaucracy yang ?icurang? tepat untuk diterapkan pada organisasi perusahaan yang bergerak pada industri sekuritas. Oleh karenanya bentuk organisasi barn menuntut konfigurasi struktur professional bureaucracy. Perubahan korifigurasi struktur dan machine bureaucracy menjadi professional bureaucracy tidak bisa tidak berarti perubahan mendasar budaya organisasi PT (Persero) ?X?. Masih menjadi pertanyaan, clapatkah budaya suatu organisasi perusahaan diubah secam mendasar?
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sutji Rochani D., author
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S16899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria B. Widiastuti
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djufrie Syarief
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1979
S16433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjuk Sukarno
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1969
S16961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koesnoto Soepranianondo
Abstrak :
ABSTRAK Pertumbuhan penduduk di kota-kota besar di Indonesia pada akhir dasawarsa ini mengalami peningkatan, tidak terkecuali di Kota Surabaya. Laju pertumbuhan penduduk ini mempunyai dampak dalam turut meningkatkan permintaan untuk pemenuhan kebutuhan pokok antara lain di bidang penyediaan pangan, di mana daging termasuk salah satu di dalamnya. Meningkatnya kebutuhan akan daging mengakibatkan angka pemotongan ternak bertambah. Setiap ada peningkatan produksi berarti ada peningkatan limbah yang dihasilkan (Hk. Entropi). Meningkatnya limbah berati meningkatnya ketidakberesan dan makin merosotnya kualitas hidup, untuk mengatasi hal ini perlu adanya pengelolaan atau subsidi energi baik dari dalam maupun dari luar (Soerjani 1985). Pengelolaan limbah rumah potong hewan, merupakan suatu unit yang harus diperhatikan dan dikelola dengan baik, oleh karena salah satu sumber utama pencemaran terhadap karkas adalah limbah rumah potong hewan. Atas dasar itu, pelayanan pengelolaan limbah dapat menjadi tolok ukur baik buruknya baik buruknya pengelolaan suatu rumah potong hewan. Sebagai bagian dari suatu sistem di rumah potong hewan maka unit pengelolaan limbah merupakan salah satu sub sistem yang sangat banyak berkait dan berinteraksi dengan seluruh sub sistem yang ada di rumah potong hewan. Maka pelaksanaan pengelolaan limbah di rumah potong hewan, merupakan suatu pekerjaan yang konpleks dan membutuhkan penanganan yang tepat. Atas dasar itu, para petugas yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan limbah dituntut memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap petugas berpengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah, serta meneliti seberapa besar pengaruh peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap pengelolaan limbah rumah potong hewan. Beberapa konsepsi di dalam penelitian ini mendasari tahap-tahap operasional sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat pengetahuan petugas tentang pengelolaan limbah rumah potong hewan. 2. Mengetahui sikap petugas terhadap pelaksanaan pengelolaan limbah rumah potong hewan. 3. Mengukur pengetahuan petugas tentang peraturan perundang-undangan yang menunjang pelaksanaan pengelolaan limbah. Setelah studi kepustakaan, penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1) Pemilihan lokasi Penelitian ini dilakukan di dua rumah potong hewan. Penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan : a. Angka pemotongan ternak setiap hari di kedua rumah potong hewan tersebut cukup tinggi, jika dibandingkan dengan rumah potong hewan yang lain. b. RPH Pegirian mempunyai unit pengolahan limbah sedangkan RPH Kedurus tidak mempunyai unit pengolahan limbah. c. Kedua rumah potong hewan mempunyai cara pemotongan yang berbeda, RPH Pegirian dengan Semi line system sedangkan RPH Redurus dengan Open System. 2) Jenis sampel Pada penelitian ini sebagai responden diambil seluruh petugas mulai dari pimpinan sampai dengan pelaksana yang ada kaitan tugasnya dengan pengelolaan limbah. Dari kedua jumah potong hewan tersebut, diperoleh 71 responden yang terdiri dari 45 responden dari rumah potong hewan Pegirian dan 26 responden dari rumah potong hewan Kedurus. 3) Pengumpulan data Data diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara berstruktur dengan kuestioner dan wawancara mendalam. 4) Pengolahan data Data yang diperoleh diolah dengan uji statistik, yaitu menggunakan teknik korelasi kontingensi. 5) Di samping hal tersebut di atas, juga dilakukan uji laboratorium terhadap sampel limbah cair rumah potong hewan, yang dilakukan di Laboratorium Teknik Penyehatan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, I.T.S. Surabaya. Penelitian yang memilih lokasi di rumah potong hewan Pegirian dan rumah potong hewan Kedurus, Kota Madya Surabaya ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Adanya hubungan positif antara tingkat pengetahuan petugas, sikap petugas dan pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan dengan pelaksanaan pengelolaan limbah rumah potong hewan. 2. Keadaan rumah potong hewan di Kota Madya Surabaya pada saat ini kurang memuaskan jika ditinjau dari segi kesehatan dan sanitasi lingkungan, hal ini disebabkan karena tidak adanya program pengelolaan limbah yang jelas. 3. Derdasarkan uji laboratorium, limbah rumah potong hewan mempunyai kadar DOD dan COD yang cukup tinggi. Hal ini sangat memungkinkan limbah rumah potong hewan menjadi salah satu sumber pencemaran di Kali Surabaya. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengusulkan bagi perbaikan dan pengembangan fungsi-fungsi rumah potong hewan, dalam upaya penyediaan daging sehat serta penanggulangan pencemaran lingkunganyang saat ini sedang di galakkan oleh Pemerintah Daerah Kota Madya Surabaya. 1) Usulan teknologi Teknologi yang dipergunakan adalah teknologi tepat guna mengatasi limbah, yaitu teknologi miskin limbah dan disertai kemampuan untuk mendaur ulangkan limbah. 2) Usulan tindakan Menentukan prioritas tindakan, yaitu : a. Mengutamakan peningkatan pengetahuan petugas tentang pengelolaan limbah. b. Menyediakan unit pengelolaan limbah rumah potong hewan dengan rancang bangun yang sederhana, mudah dan mudah dioperasikan namun efektif dalam pengelolaan limbah. DAFTAR BACAAN 97 .[1975 - 1988)
ABSTRACT The population growth in the big cities in Indonesia at the end of this decennial is increasing, not excepting the Surabaya City. This population growth has an impact in improving the demand for the main needs among others in the field of food supply, where meat is one of them. The increase of the meat requirement has caused an increase in the animal slaughtering. Every production increase means an increase of the waste produced (Entropy Law). The increase of the waste means more troubles and a decline in the life quality. To overcome the subject mentioned above, a waste processing or subsidized energy fromoutside is required (Soerjani 1985). The management of the slaughter House's waste, is a unit which needs to be given special attention and well managed, because one of the pollution source on the carcass is the waste of the slaughter house. Based on this, the services in processing the waste .can become a yardstick for managing a slaughter house. As part of the system in the slaughter house the waste processing unit-become one of the subsystem which is very much integrated and interacted with the whole sub systems, which are available in the slaughter house. Thus the implementation of the waste processing in the slaughter house, is a complex job which needs a right handling. Based on the above, the officials who are connected with the implementation of the waste processing should have the right knowledge and skill. This research is aimed to know the degree of relationship between science and Decisive official's attitude on the implementation of waste processing and to study the influence of the laws and regulations which apply on the waste processing of the slaughter house. Several concepts in this research is based on the operational stages as follows : 1) To know the degree of knowledge of the officials on the waste processing of the slaughter house. 2) To know the official's attitude on the implementation of the processing of the slaughter house waste. 3) To measure the officials knowledge on the laws and regulation, which support the implementation of the waste processing. After a library study, this research was done in stages as follows . 1) Location determination This research was done in two slaughter houses. The determination of the research locations is based on the followings : a. The number of animals slaughtered daily in both slaughter houses mentioned above are very high compared with the other slaughter houses in Surabaya city. b. Pegirian slaughter house has a waste processing unit, while Kedurus slaughter house does not have a waste processing unit. c. Both these slaughter houses have different method of slaughtering, Pegirian slaughter house uses a Semi line system while the Kedurus slaughter house uses an open system. 2) Type of Sample In this research, all employees are used as respondents starting from the manager until the working crew, whose job is related to the waste processing. From both these slaughter houses mentioned above, 71 respondents were obtained, consisting of 45 respondents from the Pegirian slaughter house and 26 respondents from the Kedurus slaughter house. 3) Data collection Data obtained through direct observation, structural interview with questionnaire and indept interview. 4) Data processing Data obtained is processed with statistical test, that is using contingency correlation techniques. 5) Besides the matter mentioned above, laboratory test is also, done on the liquid waste sample of the slaughter house, which is done in the laboratory of Health Techniques, Civil Engineering and planning faculty, Institute of Technology Surabaya. This research which chose, the locations of Pegirian and Kedurus slaughter houses, in the city of Surabaya has come to the following conclusions : 1) The existence of the positive relation between the level of the official's knowledge on the law and regulations with the implementation of the slaughter house waste. 2) The condition of the slaughter house in Surabaya city at present is not satisfying looking from the health and sanitation point of view of the environment, this is caused by the non existence of a clear program for waste processing. 3) Based on the laboratory test, the slaughter house waste has a high content of BDD and COD. This makes a greater possibility of the slaughter house waste to become one of the pollution source in the Surabaya city. This research result can be utilized to propose the improvement and development of the slaughter house functions, in the effort to supply healthy meat and to solve the environmental pollution problems which is at present implemented by the Surabaya city local Government. 1) Proposed Technology The technology used is the efficient techniques to overcome the waste, which is low waste technology followed by the ability to of recycling with technology. 2) Proposed Action To determine the priority action, that is : a) Giving priority on the development of the officials knowledge on the waste processing. b) To supply a slaughter house waste processing unit with a simple plan, cheap and easy to operate but effective in the waste processing. List of Reference Books : 47 (1975-1988)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library