Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Nabiila
"Setelah dua tahun berlalu, WHO masih menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat penambahan kasus aktif dan korban meninggal akibat COVID-19. Sejak awal pandemi COVID-19 menyebar ke seluruh Indonesia, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan kasus COVID-19 tertinggi. Kota Depok merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki kasus COVID-19 yang tinggi.
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan COVID-19 di Kota Depok yaitu Kota Depok berada di wilayah dengan tingkat kerawanan yang tinggi akibat berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan wilayah DKI Jakarta. Selain itu, Kota Depok merupakan kota dengan pekerja ulang alik terbesar di Indonesia yaitu mencapai 18,52%. Maka dari itu, diperlukan upaya untuk mencegah
penularan COVID-19 di Kota Depok yaitu melalui vaksinasi. Namun, capaian vaksinasi COVID-19 di Kota Depok masih terbilang rendah terutama untuk dosis 3. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan vaksinasi yaitu akses. Dalam hal ini, lokasi geografis vaksinasi berpengaruh terhadap keputusan seseorang melakukan vaksinasi.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran aksesibilitas lokasi vaksinasi COVID-19 di Kota Depok melalui penggunaan Sistem Informasi Geografis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan wilayah dengan capaian vaksinasi COVID-19 yang tinggi memiliki lokasi vaksinasi COVID-19 yang banyak dan wilayah dengan capaian vaksinasi COVID-19 yang rendah memiliki lokasi vaksinasi COVID-19 yang sedikit. Aksesibilitas lokasi vaksinasi COVID-19 di Kota Depok sudah baik apabila ditinjau berdasarkan jaringan jalan dikarenakan sebagian besar lokasi
vaksinasi di puskesmas dapat diakses melalui jalan lokal dan lokasi vaksinasi di rumah sakit serta institusi dapat diakses melalui jalan kolektor dan jalan arteri. Di sisi lain, luas area pelayanan lokasi vaksinasi COVID-19 terhadap area pemukiman Kota Depok yang
termasuk ke dalam kategori sangat terjangkau hanya sebesar 19,32%, kategori terjangkau yaitu sebesar 36,75%, dan kategori tidak terjangkau yaitu 45,65%. Maka dari itu, Kota Depok perlu melaksanakan kembali vaksinasi massal khususnya pada wilayah dengan
capaian vaksinasi COVID-19 yang rendah dan melakukan program layanan vaksinasi penjangkauan terutama bagi penduduk lansia dan penduduk dengan disabilitas agar dapat meningkatkan capaian vaksinasi COVID-19 di Kota Depok

After two years, WHO still defines COVID-19 as a pandemic. This is because there are
still additional active cases and death tolls due to COVID-19. Since the beginning of the
COVID-19 pandemic spreading throughout Indonesia, West Java has been one of the
provinces with the highest cases of COVID-19. Depok is one of the areas in West Java
that has a high number of COVID-19 cases. There are several factors that can increase
the risk of transmission of COVID-19 in Depok, Depok is in an area with a high level of
vulnerability due to its direct border with Bogor Regency, Tangerang Regency, and the
DKI Jakarta area. Apart from that, Depok is the city with the largest number of
commuting workers in Indonesia, reaching 18.52%. Therefore, efforts are needed to
prevent transmission of COVID-19 in Depok, namely through vaccination. However, the
achievement of COVID-19 vaccination in Depok City is still relatively low, especially
for dose 3. One of the factors that affect vaccination acceptance is access. In this case, the
geographic location of vaccination influences a person's decision to vaccinate. Therefore,
this research was conducted to describe the accessibility of COVID-19 vaccination sites
in Depok through a Geographic Information System approach. The results showed that
there was a tendency for areas with high COVID-19 vaccination outcomes to have a large
number of COVID-19 vaccination sites and areas with low COVID-19 vaccination
outcomes to have few COVID-19 vaccination sites. The accessibility of COVID-19
vaccination sites in Depok is good when viewed based on the road network because most
of the vaccination sites in puskesmas can be accessed via local roads and vaccination sites
in hospitals and institutions can be accessed via collector roads and arterial roads. On the
other hand, the service area of the COVID-19 vaccination sites for residential areas in
Depok, which is included in the very accessible category is only 19.32%, the accessible
category is 36.75%, and the inaccessible category is 45.65%. Therefore, Depok needs to
re-run the mass vaccination program, especially in areas with the low achievement of the
COVID-19 vaccination program and carry out an outreach vaccination program,
especially for the elderly and people with disabilities in order to increase the COVID-19
vaccination program in Depok
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliana Putri Wulandari
"Skripsi ini membahas tentang hubungan faktor-faktor utilisasi pelayanan kesehatan dengan lama hari rawat inap di PT. Bosowa Asuransi selama periode Januari-Oktober 2015 dengan menggunakan metode kuantitatif dan design penelitian cross sectional. Teknik pengumpulan data dengan data primer yang diperoleh dari data sekunder dari report klaim PT. Bosowa Asuransi kemudian diambil data khusus klaim rawat inap. Hasilnya diperoleh bahwa usia, jenis kepesertaan dan klasifikasi penyakit memiliki hubungan yang signifikan terhadap lama hari rawat, yaitu memiliki nilai p-value ≤0,05 sementara jenis kelamin, kelas perawatan dan tipe PPK tidak berhubungan signifikan secara statistik dengan lama hari rawat, yaitu memiliki nilai p-value > 0,05.

This study discusses the relationship factors of health service utilization by long days of hospitalization in health insurance participants PT. Bosowa Insurance during the period from January to October 2015 by using a quantitative method and cross sectional study design. Based on collection techniques derived from secondary from the report claim PT. Insurance Bosowa then taken specific based on hospitalization claims. The result showed that age, the type of membership and classification of the disease has a significant relationship to the length of stay, which has a p-value ≤0,05 while gender, class and type provider care not statistically significantly associated with length of stay, which has p-value> 0.05.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathania Andromeda
"Berdasarkan konsep WHO (1994): The Four Pillars of Safe Motherhood Departemen Kesehatan menerapkan pelayanan kebidanan dasar melalui pertolongan persalinan aman dan bersih. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan diharapkan dapat menjadi agen perubah perilaku hidup sehat dengan menjaga higienitas diri melalui praktek higienitas tangan. Membudayakan keselamatan pasien dengan melakukan praktek higienitas tangan yang baik dan benar diharapkan dapat menurunkan angka infeksi nosokomial. Di Indonesia angka kematian ibu masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan.
Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu pada kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif
menggunakan uji t test dan chi square serta regresi logistik berganda dengan
analisis bootstrapping. Sampel adalah bidan di ruang bersalin RSB Asih Panglima
Polim Jakarta dengan cara pengambilan data melalui observasi serta pengisian
kuesioner. Cuci tangan responden yang sesuai standar “5 Kesempatan Higienitas
Tangan” lebih banyak yang angka kepatuhannya (61.1%) masih di bawah ratarata,
sedangkan pada standar “11 Langkah Cuci Tangan” didapatkan lebih banyak
(55.6%) yang angka kepatuhannya di atas rata-rata. Faktor predisposisi yang
secara statistik terbukti signifikan berhubungan dengan angka kepatuhan cuci
tangan bidan adalah usia, masa kerja, pengetahuan, dan sensitifitas kulit, faktor
pemungkin yang secara statistik terbukti signifikan berhubungan dengan angka
kepatuhan cuci tangan bidan adalah pelatihan. Hasil uji multivariat menyatakan
sarana prasarana dan kepatuhan terhadap standar “5 Kesempatan Higienitas
Tangan” adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan terhadap
standar “11 Langkah Cuci Tangan”. Dibutuhkan perhatian lebih dari pihak
manajemen dan dukungan pimpinan RS terhadap higienitas tangan agar dapat
meningkatkan angka kepatuhan cuci tangan para petugas kesehatan di RSB Asih.

Based on the concept of the WHO (1994): The Four Pillars of Safe Motherhood
Department of Health implements a basic obstetric care through safe and clean
delivery assistance. Hospital as a health care organization is expected to be the
agents of change of health behavior by maintaining hygiene of self through hand
hygiene practices. Cultivating patient safety by implementing a correct hand
hygiene practice is expected to reduce the number of healthcare associated
infection. In Indonesia mother death rates remains a major problem in the health
sector. Mother death rates refers to the number of maternal deaths in pregnancy,
childbirth and the postpartum period. The study was conducted by quantitative
methods using T-test, chi square test and multiple logistic regression with
bootstrapping analyses. The sample was a midwife in the delivery room RSB
Asih Panglima Polim Jakarta by collecting data through observation and
questionnaires. Hand-wash respondents according to the standard "5 Hand
Hygiene Opportunities" more of the compliance rate (61.1%) is still below
average, while the standard "11 Steps of Hand Wash" earned more (55.6%) are
above the compliance rate average. Predisposing factors that are statistically
proven significantly associated with hand washing compliance rate of midwives
are age, years of service, knowledge, and sensitivity of the skin, enabling factors
that are statistically proven significantly associated with hand washing compliance
rate of midwives is training. The results of the multivariate test state that the
infrastructure and adherence to standards "5 Hand Hygiene Opportunities" is the
most dominant factor affecting adherence to the standard "11 Steps Hand
Wash". It takes more attention from management and leadership support of the
hospital to hand hygiene in order to increase the compliance rate of hand washing
among health workers in RSB Asih
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lowly Cania Armys
"Dalam menjalankan operasional rumah sakit, diperlukan peran yang sangat penting dari Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK). Ketersediaan dan kompetensi tenaga kesehatan yang memadai sangat penting untuk memastikan pelayanan kesehatan yang efektif, aman, dan berkualitas. Tingginya tingkat pengajuan lembur di Unit Farmasi bisa menjadi salah satu tanda beban kerja yang tinggi, ketidakefisienan proses kerja, dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor kerja lembur dan hubungannya dengan jam kerja lembur pegawai Unit Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada pegawai Unit Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia secara daring dengan metode pengisian self-administered questionnaire. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pegawai kerja lembur karena beban kerja yang tinggi, hal ini tidak sesuai dengan perhitungan analisis beban kerja yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil uji univariat dalam penelitian ini menyatakan bahwa pegawai bekerja lembur karena beban kerja yang tinggi, menyukai pekerjaan, dan untuk pengembangan diri. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja yang tinggi dan faktor kerja lembur untuk pengembangan diri terhadap jam kerja lembur pegawai.

In carrying out hospital operations, a very important role is needed from Health Human Resources (HRK). The availability and competence of adequate health personnel is very important to ensure effective, safe and quality health services. The high rate of overtime applications in the Pharmacy Unit can be a sign of high workload, inefficiency in work processes, and so on. This research aims to determine the factors of overtime work and their relationship with overtime working hours for employees of the Pharmacy Unit at the University of Indonesia Hospital using quantitative research methods. This research was carried out by distributing questionnaires to employees of the Pharmacy Unit at the University of Indonesia Hospital online using the self-administered questionnaire method. The results of this research showed that employees worked overtime because of the high workload, this was not in accordance with the workload analysis calculations that had been carried out previously. The results of the univariate test in this study stated that employees worked overtime because of the high workload, liked the job, and for self-development. In this research it can be concluded that there is a significant relationship between high workload and overtime work factors for self-development towards employee overtime working hours."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library