Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwan Ilyas, auhtor
Abstrak :
Masih tingginya proporsi Multi Basiller (MB) diatas 80 persen dari tahun 2009 sampai 2012 di Provinsi DKI Jakarta, mengindikasikan bahwa peluang penularan penyakit kusta cukup tinggi dan program pengendalian penyakit kusta masih belum berjalan optimal sesuai dengan kebijakan pengendalian penyakit kusta. Mengidentifikasi permasalahan implementasi pengendalian penyakit kusta ditinjau dari aspek aktor, konteks, konten dan proses. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil menunjukkan bahwa dari aspek aktor, konteks, konten dan proses belum berjalan baik yang mengakibatkan program nasional dan di Propinsi DKI Jakarta belum searah sehingga target pengendalian penyakit kusta belum tercapai.Saran sebagai program memerlukan pengembangan karena dari ketersediaan tenaga dan dana belum memadai serta belum ada kebijakan teknis pengendalian penyakit kusta. Kesimpulan : Pengendalian penyakit kusta memerlukan acuan dan pedoman dalam pelaksanaan agar tercapai target pengendalian penyakit kusta yaitu kebijakan. Oleh karena itu disarankan pelaksanaan pengendalian dilaksanakan secara komprehensif dari pusat, dinas kesehatan, sudin sampai level puskesmas serta menetapkan tujuan pengendalian penyakit kusta dalam bentuk eliminasi atau eradikasi dan kebijakan teknis pengendalian penyakit kusta.
The proportion of multibacillary (MB) leprosy in the Province of Jakarta Special Capital Region from 2009 to 2012 is well above 80 percent. This indicates that the risk of contracting leprosy among urban people is still high and that leprosy control programs have not brought significant improvement. Current programs have limited capacity to reach the objectives specified in leprosy control policies. The purpose of this study is to identify the problems in current leprosy control programs in terms of actors, contexts, contents, and process. This study applies the qualitative method. Results show that all aspects of leprosy control programs (actor, context, content, and process) are still far from satisfactory. It is also found that leprosy control programs, both at national and provincial levels, lack effective coordination, which prevent them from achieving their objectives. This study analyzes leprosy control programs using four variables: actor, context, content, and process, which are found to be unsatisfactory because of lack of coordination. This finding clearly suggests that a considerable improvement needs to be carried out for a more effective leprosy control programs in Indonesia. However, there remain three main obstacles: unqualified human resources, insufficient fund, and lack of practical policies on leprosy control. These setbacks call for more comprehensive and practical guidelines and regulations to improve the quality of leprosy control programs at all levels of bureaucracy, from the central government to local Public Health Centers. Additionally, policymakers also need to define the right approach for leprosy control programs?either elimination or eradication? and to develop a more comprehensive and practical policies on leprosy control.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Simeon
Abstrak :
Terpajan pestisida secara kronis dapat mempengaruhi status kesehatan. Efek tersebut bergantung pada toksisitas pestisida dan tingkat pajanannya. Bisnis petani kebanyakan memerlukan pestisida untuk meingkatkan hasil pertanian. Petani yang menggunakan petisida harus memakai APD untuk mengurangi dampak yang timbul oleh pestisida. Desain kasus-kontrol telah digunakan untuk mengetahui risiko pajanan pestisida pada asma di kalangan petani, dengan 70 sampel yang menderita asma dan 210 sampel kontrol yang tidak asma, bertempat tinggal di desa dan bekerja sebagai petani, telah dilakukan di kabupaten karo provinsi sumatera utara. Variabel confounding dalam penelitian ini adalah penggunaan APD dan variabel tingkat pendidikan. dalam penelitian ini tingkat eksposur dan penggunaan APD dikategorikan menjadi tiga kategori. Hasil analisis: Risiko kejadian asma pada tingkat pajanan sedang dibandingkan dengan rendah (OR = 2,33, 95% CI: 0,72 - 7,61) sedangkan risiko kejadian asma pada tingkat pajanan tinggi dibandingkan dengan rendah (OR = 3,24, 95% CI: 1,06 - 10,37). Risiko kejadian asma pada penggunaan APD sedang dibandingkan dengan kurang (OR = 0,37,95% CI: 0,19 - 0,72), sedangkan risiko kejadian asma pada penggunaan APD baik dibandingkan dengan penggunaan APD buruk (OR = 0,2, 95% CI: 0,07 - 0,53). Efek tingkat pajanan terhadap kejadian asma dipengaruhi oleh penggunaan APD, semakin lengkap penggunaan APD semakin kecil efek tingkat pajanan terhadap kejadian asma. ...... Chronic exposed of pesticide have harmful effect on health. Those harmful effect depends on the level of exposure and toxicity of pesticide. The farmer business mostly need pesticide must be use personal protected equipments to reduced harmful effect of pesticide. Design case-control have been use to study the risk of pesticide exposure on asthma among farmers, with 70 sample who suffer from asthma and 210 control sample who are not asthmatic, residing in the village and worked as farmer, has been done in Karo district of North Sumatera Province. The confounding in this study are use PPE variable and education level variable. In this study the level of exposure and use PPE are categorized into three categories. Result analysis: the effect of middle level exposure of pesticide of compared to low level on asthma (OR = 2.33, 95% CI: 0.72 to 7.61), while the effect of high level compared with low exposure on asthma (OR = 3.24, 95% CI: 1.06 to 10.37). the effect of middle level usage of PPE compared to less on asthma (OR = 0.37, 95% CI: 0.19 to 0.72), while the effect of good usage of PPE compared to less (OR = 0.2, 95% CI: 0.7 to 0.53). Effects of exposure level of pesticide on asthma is reduced by the use of PPE, more complete isage of PPE more diminishing the effect of exposure level on asthma.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T41440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yatinawati
Abstrak :
ABSTRAK
HIV Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang data menginfeksi sel padasystem kekebalan tubuh yang dapat menghancurkan atau merusak fungsinya. Infeksidari virus ini berkaitan pada kerusakan progresif dari sistem kekebalan tubuh yang dapatmengarah pada defisiensi imun. Kasus HIV pada LSL mengalami peningkatan daritahun 2007 yaitu 5,35 tahun 2013 menjadi 17,29 . Tujuan dari penelitian ini adalahUntuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan kejadian HIV pada LSL diIndonesia Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengananalisis cox regression yang mana untuk melihat seberapa besar dampak yangditimbulkan pada faktor risiko HIV. Sampel minimal dalam penelitian ini adalah 690sampel. Hasil dari penelitian ini adalah status Sifilis, Gonore atau Klamidiaberhubungan dengan kejadian HIV p-value < 0,05. Hal ini dapat diharapkan pada LSLterkait risiko perilaku seks rutin melakukan pemeriksaan kesehatan terutama yangmemiliki gejala penyakit sifilis, gonorre dan klamidia.
ABSTRACT
HIV Human Immunodeficiency Virus is a virus that data infects cells in the immunesystem that can destroy or menggukan its function. Infection of this virus issued adisturbance of the immune system that can lead to immune deficiency. HIV cases inMSM compared to the year 2007 that is 5 , 35 in 2013 to 17.29 . The purpose of thisstudy was to determine what is related to the incidence of HIV in MSM in IndonesiaYear 2015. This study used a cross sectional design with regression analysis which is tosee the determinant factors. The minimum sample in this study was 690 samples. Theresults of this study were history sifilis, gonorrhea or chlamydia disease associated withp value HIV incidence
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Landi
Abstrak :
Klamidia adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis, merupakan IMS dengan prevalensi tertinggi yang menginfeksi manusia terutama pada umur 15-49 tahun. Klamidia apabila tidak diobati menyebabkan kekamilan ektopik, infertilitas, servisitis, nyeri panggul kronis dan dapat menyebabkan bayi lahir prematur dan infeksi mata pada bayi. Wanita Penjaja Seks Tidak Langsung (WPSTL) berisiko terhadap penularan klamidia karena perilaku seksnya dan kurang pengawasan dan pelayanan kesehatan karena pada umumnya beroperasi secara tersembunyi. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Terpadu Perilaku dan Biologis (STBP) 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah WPSTL di 11 kabupaten/kota Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi klamidia sebesar 31,9%. Proporsi WPSTL yang tidak konsisten menggunakan kondom sebesar 23,2%. Hasil analisis multivariat diketahui bahwa WPSTL yang tidak konsisten menggunakan kondom berisiko 1,2 kali (PR=1,2 ; (%%CI=0,933-1,522), hasil ini secara statistik tidak bermakna. Cara pencegahan infeksi klamidia pada WPSTL antara lain dengan penggunaan kondom secara konsisten dan benar terutama pada WPSTL berusia <25 tahun dan menderita IMS lain. ......Chlamydia is a sexually transmitted infection (STI) caused by the bacterium Chlamydia trachomatis, the highest prevalence of STIs that infects humans, especially at the age of 15-49 years. Chlamydia if left untreated causes ectopic pregnancy, infertility, cervicitis, chronic pelvic pain and can cause babies to be born prematurely and eye infections in infants. Indirect Female Sex Workers (IFSW) are at risk of transmission of chlamydia due to their sexual behavior and lack of supervision and health services because they generally operate in secret. This study uses secondary data on the 2015 Integrated Behavioral and Biological Survey (IBBS). The research design used was cross sectional. The study population was IFSW in 11 districts/cities in Indonesia. The results showed the prevalence of chlamydia was 31.9%. The proportion of WPSTL that is not consistent using condoms is 23.2%. The results of multivariate analysis revealed that WPSTL who were inconsistent using condoms were 1.2 times at risk (PR = 1.2; (95% CI = 0.933-1.522), this result was not statistically significant. IFSW prevention methods included using condoms consistently and correctly especially at IFSW <25 years old and suffer from other STIs.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Nurlely Bethesda
Abstrak :
Diperkirakan dua puluh persen dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah remaja. Kelompok masyarakat ini berada pada usia dimana kesadaran dan aktifitas seksual meningkat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok rentan terhadap infeksi menular seksual akibat keterbatasan akses informasi dan layanan program kesehatan reproduksi remaja. Tujuan penelitian untuk mempelajari faktor sosiodemografi dan sosiokultur yang berhubungan dengan Infeksi Menular Seksual (IMS) pada remaja Indonesia. Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis data sekunder dari SKRRI 2007 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia. Didapatkan prevalensi IMS pada remaja yang mengikuti SKRRI 2007 adalah 10 %. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian IMS adalah jenis kelamin. Remaja perempuan berisiko 8,31 kali dibandingkan remaja laki-laki untuk tertular IMS. Hal ini karena luas penampang organ reproduksi perempuan lebih luas dibandingkan laki-laki dan bersifat reseptif. ...... According to the data at 2007, it is estimated about twenty percents of total Indonesia population are adolescents. These adolescents within in range of their age with consciousness and risen sexual activity. Some studies have showed that adolescents are such vulnerable population to sexually transmitted infection. This study is aimed to analyze sociodemography and socioculture factors which related with sexual transmitted infection (STI) amongst Indonesia adolescents. It is conducted as secondary data analyzing by using Young Adult Reproductive Health Survey 2007. The prevalence of STI amongst Indonesia adolescents whom became SKRRI 2007 respondents is 10%. Sex has strong association with STI. Girls are more vulnerable to STI than boys. It caused by its reproductive organ is wider and receptive type.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library