Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sentot E. Oktavianus Adiprawatya
Abstrak :
Sentot E. Oktavianus Adiprawatya. Persekutuan Dengan Dunia Ke Tiga Sebagai Strategi Dalam Hubungan Luar Negeri RRC. (Di bawah bimbingan Endi Rukmo, MA). Fakultas Sastra EJniversitas Indonesia, 1995. Keputusan RRC untuk menjalin persekutuan dengan negaranegara Dunia Ke Tiga merupakan kebijakan luar negeri RRC yang sangat penting pada pertengahan periode 1950-an sampai 1960-an. Kebijakan ini bahkan dapat dikatakan sebagai suatu strategi karena melalui persekutuannya dengan Dunia Ke Tiga, RRC berupaya untuk membentuk suatu front persatuan guna melawan dua musuh utamanya dalam waktu yang bersamaan.

Berdasarkan tujuan utama yang hendak dicapai, maka pembentukan persekutuan RRC-Dunia Ke Tiga terutama disebabkan oleh faktor luar negeri yaitu perkembangan situasi internasional di Asia. Munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan blok imperialis yang menjalankan kebijakan pembendungan setelah Perang Korea menjadikan RRC berada dalam posisi defensif. Aktivitas-aktivitas RRC untuk menyebarluaskan pengaruhnya menjadi sangat dibatasi oleh kehadiran Amerika Serikat baik secara politik maupun militer melalui kerjasama dan persekutuan dengan beberapa negara yang strategis di kawasan-kawasan penting di Asia. Oleh karena itu, tujuan jangka pendek yang hendak dicapai RRC melalui persekutuan ini adalah keluar dari posisi defensif yang diciptakan Amerika Serikat sambil menciptakan zona damai di wilayah-wilayah sekitar negaranya guna mencegah kemungkinan ekspansi pihak lawan.

Perselisihan RRC dengan Uni Soviet semakin memperkuat kepentingan RRC terhadap persekutuannya dengan Dunia Ke Tiga. Munculnya Uni Soviet sebagai rival sekaligus lawan yang baru selanjutnya memberikan dorongan kepada RRC untuk menandingi dominasi negara itu dalam blok sosialis. Dominasi Uni Soviet itu hanya dapat ditandingi melalui kepemimpinan RRC atas negara-negara Dunia. Ke Tiga. Oleh karena itu. untuk mempercepat pencapaian tujuan jangka panjang yaitu memperoleh hegemoni atas Dunia Ke Tiga dan memenangkan mereka bagi kepentingan komunisme, maka RRC kembali menekankan dimensi ideologi melalui dukungan kepada gerakan revolusi partai komunis.

Dalam pelaksanan persekutuan, RRC pada mulanya berhasil mempengaruhi negara-negara Dunia Ke Tiga karena upaya-upayanya selalu didasarkan atas persamaan kepentingan untuk melawan musuh yang sama yaitu imperialisme Amerika Serikat. Meskipun mendapat sedikit keberhasilan, tindakan RRC mempertentangkan Dunia Ke Tiga dengan Uni Soviet menjadi tidak relevan karena disamping cara-cara yang digunakan RRC menjadi semakin radikal juga yang terpenting karena mereka tidak memiliki permusuhan dengan Uni Soviet. Situasi inilah yang menjadi latarbelakang kegagalan persekutuan RRC dengan Dunia Ke Tiga sehingga pada tahun 1965 RRC sudah dapat merasakan bagaimana strateginya menjadi bumerang bagi negaranya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Cholid
Abstrak :
Lin Bao meninggal karena kecelakaan pesawat, 12 September 1971, dalam upaya melarikan diri ke Moskow--setelah usahanya untuk mengkudeta Mao Zedong terbongkar. Demikian versi resmi yang disebarluaskan pemerintah mengenai kematian Lin Biao. Versi lain, setidaknya yang ditulis oleh Yao Mingle dalam The Conspiracy and death of Lio Biao (New York: Alfred A. Knopf, 1983), bahwa Lin tewas di tangan pasukan Mao. Sesaat setelah ia meninggalkan ruangan acara makan malam bersama Mao, di tempat peristirahatan Sang Ketua...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S13043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Wahyu Revolusiningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Keadaan politik di Cina menjelang kematian Mao Zedong diwarnai adanya krisis kepemimpinan dimana dua kubu kekuatan yang dominan saat itu bersaing untuk berebut pengaruh dan kekuasaan di Cina. Pada saat itu orang tak menduga bahwa yang akhirnya memenangkan pertarungan kekuatan politik tersebut adalah Hua Guofeng karena pada saat itu yang meniadi tokoh dominan adalah Deng Xiaoping yang memang dipersiapkan oleh Zhou Enlai untuk menggantikannya dan salah satu dari Kelompok Empat yang disponsori oleh Mao Zedong. Hua Guofeng terpilih sebagai tokoh tak terduga pengganti Mao Zedong agaknya karena peranannya dalam menjembatani dua kubu kekuatan yang saling bersaing itu sehingga tertipta kesatuan dalam negeri pada saat itu.
1989
S12832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Murtiningtyastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Mengingat jumlah pertambahan penduduk Cina yang semakin meningkat, yang menjadikannya sebagai negara yang paling padat penduduknya di dunia, dan karena munculnya kekhawatiran pemerintah akan pengaruhnya terhadap politik dan ekonomi negara, maka dengan sekuat tenaga mereka memerangi jumlah pertambahan penduduknya itu. Meskipun KB pernah didengungkan pada tahun 1952, Baru tahun 1979 hal tersebut diperkeras dengan mengkampanyekan Satu Keluarga Satu Anak (yige hai zhihao). Untuk itu pemerintah pun membentuk pasukan yang diperintahkan untuk bergerak ke setiap pelosok. Di desa-desa, pasukan tersebut menuntut masyarakat untuk menggunakan berbagai alat kontrasepsi dan bahkan dengan cara memaksa mereka meminta para wanita yang sedang mengandung anak kedua atau anak selanjutnya untuk melakukan pengguguran. Imbalan atau tunjangan akan diberikan kepada siapa yang sudi melakukannya. Dari adanya kebijaksanaan ini timbul pula banyak dampak tersendiri di dalam masyarakat. Diantaranya adalah dengan, melakukan pembunuhan terhadap bayi-bayi mereka dan yang terutama adalah bayi perempuan, demi memiliki bayi lagi yang laki-laki. Perbuatan seperti itu adalah karena masih adanya tuntutan dalam masyarakat Cina untuk memiliki anak laki-laki. Akan tetapi sejauh itu pemerintah RRC menganggapnya sebagai sesuatu yang legal dan bagi para pelakunya pun tidak akan dituntut tindakan apapun.
1989
S12716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelica Giovanni Gunarto
Abstrak :
Pada tahun 1976 dimulailah era kepemimpinan Deng Xiaoping sebagai tokoh sentral Cina. Deng menggagas “Reformasi dan Kebijakan Pintu Terbuka” sebagai cara untuk memulihkan krisis dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakannya adalah menetapkan sejumlah kawasan menjadi Zona Ekonomi Khusus (ZEK) sebagai daerah percobaan untuk menerapkan Ekonomi Pasar sekaligus menjadi pintu masuk bagi investasi asing yang dapat menopang reformasi ekonomi Cina. Shenzhen merupakan ZEK pertama, terbesar, dan paling berhasil di Cina. Sejatinya, ideologi sosialis menjadikan negara sebagai pusat komando dalam politik dan ekonomi. Namun, masuknya berbagai perusahaan asing membuat ideologi Cina seperti mundur dari masyarakat sosialis ke kapitalis. Oleh karena itu, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah implementasi sosialisme di Shenzhen. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dasar negara Cina tetap sosialisme. Deng Xiaoping mengimplementasikan teori sosialisme ke dalam situasi nyata Cina, sehingga terbentuklah konsep Sosialisme dengan Karakteristik Cina. Konsep ini melegitimasi tindakan Cina untuk tetap memberlakukan Ekonomi Sosialis di daerah lain, tetapi memberi pengecualian pada Zona Ekonomi Khusus dengan menerapkan Ekonomi Pasar Sosialis. ......In 1976 began the era of Deng Xiaoping's leadership as the central figure of China. Deng initiated "Reform and Open Door Policy" to recover from the crisis and promote economic growth. One of the policies is to create Special Economic Zones (SEZs) as experimental areas to implement the Market Economy and become entry points for foreign investment that can support China's economic reforms. Shenzhen is China's first, largest, and most successful SEZ. In socialism, the country holds a command center in politics and the economy. However, the influx of various foreign companies made China's ideology seem to retreat from a socialist to a capitalist society. Therefore, the problem discussed in this study is the implementation of socialism in Shenzhen. This study is qualitative research with a historical approach. The results of this study indicate that China's ideology remains socialist. Deng Xiaoping implemented the theory of socialism into the actual situation of China, thus forming the concept of Socialism with Chinese Characteristics. This concept legitimizes China's action to keep the Socialist Economy in other areas but exceptions to the Special Economic Zones by implementing a Socialist Market Economy.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library