Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernyasih
"Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta bulan April 2012 dengan menggunakan desain ekologi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari hasil rekapitulasi jumlah penderita diare perbulan perwilayah selama tahun 2007 ? 2011 di DKI Jakarta. Data ditampilkan secara visualisasi trend berdasarkan tempat dan waktu serta dianalisis secara statistik untuk melihat hubungan antar variabel dependen dan independen.
Kasus diare perbulan tertinggi di DKI Jakarta bulan Februari 2007 sebesar 33.511 penderita, kasus diare pertahun perwilayah tertinggi di wilayah IV (Wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dan Jakarta Timur) 2010 sebesar 87.355 penderita. Rata-rata suhu udara perbulan tertinggi bulan April 2010 sebesar 29.20C, curah hujan tertinggi bulan Februari 2007 sebesar 673.5 mm, kelembaban tertinggi bulan Februari 2008 sebesar 86%, kecepatan angin bulan Maret sebesar 6.5 knot.
Ada hubungan signifikan suhu udara dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = -0.319), berpola negatif, ada hubungan signifikan curah hujan dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = 0.273) berpola positif, Ada hubungan signifikan kelembaban dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan sedang (r = 0.340) berpola positif, Ada hubungan signifikan kecepatan angin dengan kasus diare (p value 0.0005) dan hubungan kuat (r = -0.569) berpola negatif. Faktor iklim yang paling dominan yaitu curah hujan.
Saran penelitian yaitu menyediakan sumber air bersih untuk dikonsumsi baik pada saat musim hujan ataupun musim kemarau, Dinas Kebersihan DKI Jakarta harus mengelola sampah dengan baik, pembuatan taman kota atau penanaman kembali pohon-pohon di DKI Jakarta, perlu adanya kerjasama lintas program antara Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, BMKG, PAM, ormas, tokoh masyarakat, civitas akademika dalam memanfaatkan data variasi iklim untuk mencegah terjadinya ledakan kasus (KLB) diare di masa yang akan datang, menjaga Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), makan yang baik dan bersih, istirahat yang cukup serta senantiasa melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), perlu dilakukan intervensi dalam aspek SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) ataupun pembuangan sampah yang teratur, jangan membuang sampah sembarangan.

This study was conducted in DKI Jakarta on April 2012 by using ecology desain. Data was used secondary data from result of summary of diarrhoea patient of sub-district per-month during year 2007 - 2011 in DKI Jakarta. Data presented visualizinged trend pursuant to time and place and also analysed statistically to see correlated between variable dependent and independent.
Highest Diarrhoea case per-month in DKI Jakarta on Februari 2007 is 33.511 patient, highest area per-year diarrhoea case in region IV ( Regional south of Jakarta and east of Jakarta ) 2010 is 87.355 patient. Highest mean Temperature on April 2010 is 29.20C, highest mean rainfall on Februari 2007 is 673.5 mm, highest mean humidity on Februari 2008 is 86%, wind?s on March month is to 6.5 knot.
There is significant correlations of temperature with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = - 0.319), have negative pattern, there is significant correlations rainfall with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = 0.273) have positive pattern, There is significant correlations humidity with diarrhoea case (p value 0.0005) and medium correlations (r = 0.340) have positive pattern, There is significant correlations wind?s speed with diarrhoea case (p value 0.0005) and strong correlations (r = - 0.569) have negative pattern. the most dominant climate factor that is rainfall.
Research suggestion that is providing the source of clean and hygiene water to be consumed at the rains and or dry season, sanitary department of state DKI Jakarta have to manage garbage better, making town garden or cultivation tree in DKI Jakarta, need the existence of cooperation program among Public Health Service Provinsi DKI Jakarta, BMKG, PAM, NGO, elite figure, civitas academica in exploiting climate variation data to prevent of diarrhoea case explosion (KLB) in the future, taking care of Healthy and Clean life Behavior (PHBS), eat non contaminated and good food, good and clean hand wash with Soap (CTPS), require to intervence in SPAL aspect (segregate system) and regular garbage disposal, good garbage management program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30870
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Adriyani
"ABSTRAK
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam
terjadinya dan penyebaran penyakit chikungunya, baik lingkungan fisik maupun
biologis. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi dan
akan meningkatkan risiko penularan. Penyebaran penyakit ini biasanya terjadi
pada daerah endemis Demam Berdarah. Sekalipun tidak menimbulkan kematian,
namun akibat yang ditimbulkan dari aspek kesehatan masyarakat cukup
merugikan, apalagi jika sampai penderita mengalami kelumpuhan dan
berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, produktivitas
kerja dan akvititas sehari-hari praktis terhenti. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara faktor iklim dengan kejadian penyakit chikungunya
di wilayah Jawa Barat tahun 2002-2010. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah studi ekologi menurut waktu. Data yang digunakan adalah data sekunder
dari hasil rekapitulasi jumlah penderita chikungunya perbulan selama 2002-2010
di Jawa Barat. Hasil penelitian hubungan prevalensi chikungunya dari tahun
2002-2010 dengan iklim di wilayah Jawa Barat ini menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan kecepatan angin (p=0,018) dan tidak mempunyai hubungan
yang signifikan dengan suhu udara (p=0,828), curah hujan (p=0,507) dan
kelembaban udara (p=0,778). Saran yang dapat diberikan adalah diperlukan
tindakan preventif dari semua lapisan masyarakat dalam mengantisipasi kejadian
penyakit chikungunya tentang pentingnya menjaga kebersihan, terutama program
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Upaya pencegahan dititikberatkan pada
pemberantasan nyamuk penular, dengan membasmi jentik nyamuk penular di
tempat perindukannya. Salah satu cara untuk memutus rantai penularan nyamuk
Aedes aegypti sebagai penyebar penyakit. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara
kimiawi, biologis, fisik dan perlindungan diri.

Abstract
Environment is one of the most important factor in occurance and
distribution of chikungunya, both of phisycs and biologic environment. Climate
change can influence to infection disease pattern and will increase spreading risk.
The spread of this disease usually occurs in endemic areas of dengue fever. Even
if no cause of death, but the impact of public health aspects quite detrimental,
especially when it comes to people with paralysis and lasts for weeks to months,
work productivity and daily activity practically stopped. The objective of this
research is to know correlation chikungunya cases and climate factors in west java
2002-2010. This research uses the design of ecological time trend study. Data was
used secondary data from result of summary of amount chikungunya patient
during year 2002-2010 in west java. Number of chikungunya prevalance were
used the results indicate that chikungunya prevalance have significant related to
wind?s speed (p=0,018) and didn?t have significant related to temperature
(p=0,828), precipitation (p=0,507) and humidity (p=0,778). Advice can be given
preventive action is required from all walks of life in anticipation of the incidence
of chikungunya disease on the importance of maintaining cleanliness, especially
the mosquito nest eradication program (PSN). Prevention efforts focused on the
eradication of mosquito-borne, to eradicate the mosquito-borne larvae in breeding.
One way to break the chain of transmission of the mosquito Aedes aegypti as a
spreader of disease. These efforts can be done by means of chemical, biological,
physical and self-protection."
2012
T31605
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library