Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihite, Onggal
Abstrak :
ABSTRAK
Di dalam dunia kesenian visual, dunia Barat membedakan antara seni dan kerajinan. Dalam kesenian Jawa pembedaan tersebut tidak dikenal. Tetapi dikotomisasi antara seni dan kerajinan umum berlaku di Kampung Taman. Munculnyapun belum demikian lama yaitu beberapa tahun setelah tradisi baru mereka dalam membuat batik. Tradisi baru mereka adalah membuat batik lukis yang bukan untuk memenuhi fungsi busana melainkan sebagai pendukung dekorasi interior saja. Munculnya tradisi baru tersebut mereka melahirkan pula cara ekepresi yang berbeda.

Perbedaan cara berekspresi di dalam kesenian batik masyarakat Kampung Taman akibat dari adanya dikotomi antara seni dan kerajinan. Yang secara umum orang-orang Taman mendefinisikan seni sebagai karya-karya yang bersifat individual dan dibuat dalam jumlah terbatas. Sedangkan kerajinan adalah karya produk massal dibuat dalam jumlah yang banyak (dalam bentuk yang berulang-ulang) oleh banyak orang. Akan tetapi ketika dihadapkan terhadap ciri-ciri bentuk satuan karya apakah itu karya seni atau kerajinan masyarakat tidak dapat mengkategorikan secara jelas tanpa melihat konteks di luar satuan karya tersebut.

Kampung Taman adalah kawasan wisata, di mana hasil kesenian masyarakatnya mempunyai kaitan erat dengan pasar yang bersifat turistik. Masalah yang menarik dari gejala-gejala ini adalah: pertama, mengapa muncul cara berekspresi yang berbeda dalam menghadapi pasar yang bersifat turistik?; kedua apabila hasil suatu karya seni dan kerajinan demikian Samar mengapa masyarakat Taman mengkategorikan seni bertentangan dengan kerajinan?; ketiga, apabila kategori seni dan kerajinan lebih mencerminkan pertentangan, bagaimana hubungan kesenian dengan konflik dan kerjasama yang ada dalam masyarakat pelaku kesenian batik?

Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah mencoba mengidentifikasi, memahami, dan menjelaskan konflik dan juga kerjasama yang terwakili dengan adanya dikotomisasi antara seni dan kerajinan.

Dalam upaya menjelaskan gejala-gejala ini diperlukan suatu pengamatan terlibat dan wawancara mendalam terhadap masyarakat pelaku kesenian batik di Kampung Taman. Kampung Taman diambil sebagai lokasi penelitian berkat kerangka teori yang dibuat dan pertimbangan-pertimbangan teknis: tempat tersebut memungkinkan dikaji secara mendalam, dan orang-orang yang dapat diajak kerjasama sehingga didapat data-data yang memadai.

Dikotomisasi seni dan kerajinan seperti ini bukanlah kebiasaan pada masyarakat Jawa. Pengadopsian istilah seni dan kerajinan menimbulkan konflik kepentingan. Karena mereka dapat mendefinisikan karya lain sebagai kerajinan dan orang lain sebagai perajin. Sehingga ada kelompok masyarakat yang membuat karya batik yang bersifat individualistis dan yang bersifat produk massal. Konflik berkaitan dengan pasar di mana karya-karya unik individualistik direproduksi oleh orang lain secara massal. Pengadopsiam konsep seni dan kerajinan tersebut tidak diikuti dengan mendaftarkan hak cipta pada lembaga yang berwenang. Konflik-konflik tersebut diekspreslkan dengan merendahkan karya-karya kerajinan. Selain itu masing-masing kelompok membuat organisasi kesenian masing-masing. Yang satu berlabel seni dan yang satu lagi berlabel kerajinan.

Namun ada ketidaktegasan dalam membuat kategori apakah karya tertentu digolongkan sebagai kerajinan atau seni. Seni dapat menjadi kerajinan, dan seni dapat pula mengandung unsur kerajinan. Ketidaktegasan tidak menghalangi dikotomisasi antara seni dan kerajinan. Ini pula yang menandakan adanya konflik kepentingan antara dua kelompok tersebut. Karena suatu karya bukan konteksnya pada karya itu sendiri melainkan terkait dengan siapa pembuatnya.

Sisi lain dari konflik mereka juga dapat melakukan kerjasama. Jika konflik kepentingan masyarakat mengambil semacam model dikotomisasi antara seni dan kerajinan. Kerja sama mempunyai nuansa lain. Kerjasama bukan mengambil model dari seni mengandung unsur kerajinan dan kerajinan dapat menjadi seni. Kerjasama mereka lakukan dalam upaya menonjolkan Kampung Taman sebagai "desa seni" supaya menjadi sorotan masyarakat lain yang lebih luas. Ini ada hubungannya dengan upaya pemugaran situs budaya Kompleks Taman Sari oleh pemda DIY. Pemugaran ini dikhawatirkan terjadinya penggusuran. Masyarakat saat ini masih dalam tanda tanya tentang kelangsungan hidup mereka bagaimana nasib mereka jika pemugaran itu terlaksana. Untuk itu selama dalam masa menunggu lebih baik mereka berpameran karya-karya batik di luar kampung mereka, supaya masyarakat lain tahu bahwa mereka eksis. Untuk itu mereka perlu bekerjasama dalam upaya tersebut.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayat Suryatna
Abstrak :
ABSTRAK


Penelitian ini berusaha Memahami salah satu fenomena kebudayaan, yakni bertahannya kernampuan menggambar. Ini berarti kajiannya berkait dengan sifat kebudayaan dalam masyarakat manapun yang senantiasa berupaya untuk mentransmisikan suatu kemampuan dari satu generasi pada generasi berikutnya. Dalam penelitian ini ditetapkan kemampuan tersebut yakni kemampuan menggambar dengan mengambil kasus kelompok masyarakat Jelekong di daerah Bandung- Selatan, Jawa Barat.

Pertimbangan dalam menetapkan fokus masalah penelitian ini didasarkan atas studi Antropologi selama ini yang masih dipandang kurang merninati dalam kajian transmisi kebudayaan, di samping juga adanya anggapan bahwa menggambar tidak selalu dapat ditransmisikan karena berkait dengan faktor bakat yang harus dibuktikan. Pada sisi fain lingkungan kota Bandung sebagai lokasi penelitian yang dikenal sejak dulu masyarakatnya kental sekali dengan berbagai ragam kesenian, termasuk gaya menggambar dari Barat.

Mengingat hal itu, maka strategi penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kebudayaan, yakni dengan cara memahami gejala-gejala sosial yang ada sebagai satuan-satuan yang satu sama lain sating berkait dan berhubungan serta membentuk satu kesaruan (holistik). Dengan begitu fenomena bertahannya kemampuan menggambar dapat ditempatkan.

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik pengamatan, pengamatan terlibat wawancara dan wawancara mendalam yang dilakukan secara emik, maka diperoleh gambaran, bahwa bertahannya fenomena transmisi kemampuan menggambar tersebut disebabkan menggambar bukanlah sebagai alat untuk mengungkapkan keindahan semata, melainkan juga sebagai kebutuhan lain, termasuk kebutuhan primer (sebagai benda ekonomi), dan bahkan sebagai alat untuk memperkuat kolektivitas sosial.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library