Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Romi'at
"Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2003-2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan yang dianalisis adalah 5 variabel penentu yaitu nilai PDRB ADHK 2000, upah minimum, pendidikan SD&SMP, pendidikan SMA dan jumlah pengangguran dengan menggunakan model panel data. Hasil regresi model panel memperlihatkan bahwa seluruh variabel independen secara statistik signifikan mempengaruhi kemiskinan. Variabel PDRB ADHK 2000 dan pendidikan SMA signifikan negatif sedangkan variabel upah minimum, pendidikan SD&SMP serta pengangguran signifikan positif. Dari hasil regresi pengaruh variabel PDRB ADHK 2000 sebesar -0,349896, variabel upah minimum sebesar 0,170965, variabel pendidikan SD&SMP sebesar 0,039336 dan variabel pendidikan SMA sebesar -0,852296 serta pengangguran sebesar 0,286976. Dari kelima variabel independen, variabel Pendidikan SMA paling signifikan mempengaruhi kemiskinan.
Berdasarkan hasil tersebut saran yang diusulkan adalah PDRB dan pendidikan jenjang yang lebih tinggi (SMA keatas) harus terus ditingkatkan. Untuk PDRB yang mana kenaikan nilai PDRB melambangkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sehingga hendaknya ke depan dapat dilaksanakan pembangunan yang berorientasi pada pemerataan pendapatan serta pemerataan hasil-hasil ekonomi keseluruh golongan masyarakat. Sedangkan pendidikan perlu ditingkatkan, kedepan masyarakat disetiap kabupaten/kota berpendidikan minimal tamat SMA/SMK. Dengan demikian semua mendapat pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan dasar, sehingga tingkat kemiskinan dapat diturunkan. Memberikan jaminan pendidikan bagi orang miskin serta meningkatkan fasilitas-fasilitas pendidikan secara merata tidak hanya terpusat di suatu daerah tetapi merata ke seluruh daerah. Kebijakan upah minimum perlu dikaji secara mendalam, meskipun tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan taraf hidup pekerja/buruh sehingga terhindar dari kemiskinan, namun pada saat upah minimum meningkat pengangguran akan meningkat, menyebabkan kemiskinan meningkat pula. Kebijakan upah minimum tersebut harus diikuti oleh kebijakan pendukung lainnya. Tingkat pengangguran perlu diturunkan sekecil mungkin melalui upaya-upaya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru atau melalui pemberdayaan masyarakat seperti kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

This study aims to analyze the factors that affect poverty in the Province of Bangka Belitung of the year 2003-2011. Factors that affect poverty determinant variables analyzed were 5 the variabel of GDP ADHK 2000, minimum wage, education SD&SMP, education SMA and unemployment using panel data models. Panel regression model showed that all the independent variables were statistically significantly affect poverty. Variable GDP ADHK 2000 and high school education significant negative while variable minimum wage, education and elementary and junior high and unemployment significantly positive. From the results of the regression variables influence GDP ADHK 2000 was -0.349896, minimum wage variable was 0.170965, the variable of primary education and junior high school variable 0.039336 and education high school -0.852296 and the unemployment rate of 0.286976. Of the five independent variables, the most significant variable high school education affecting poverty.
Based on these results the proposed suggestion is GDP and a higher level of education (high school and above) should be improved. For GDP which represents the increase in the value of GDP increase in economic growth that should be implemented in the future development of income-oriented equity and equal economic outcomes throughout the community group. While education needs to be improved, future society in every district / city minimum education completed high school / vocational school. Thus all got an education higher than elementary education, so that poverty can be reduced. Guarantee the education of the poor and improving educational facilities evenly not only concentrated in one area but evenly throughout the area. Minimum wage policy should be examined in depth, although the ultimate goal is to improve the lives of workers / laborers so avoid poverty, but at the minimum wage increases unemployment will increase, leading to increased poverty anyway. Minimum wage policy should be followed by other supporting policies. The unemployment rate needs to be reduced as small as possible through the efforts of the development of new growth centers or through community empowerment as the policies set by the central government."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T32756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurmilawaty Adam
"ABSTRAK
Program Keluarga Harapan merupakan program bantuan tunai bersyarat yang
telah berlangsung mulai tahun 2007 dan masih berlangsung hingga saat ini.
Program Keluarga harapan diharapkan untuk membangun sistem jaminan sosial kepada masyarakat miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat miskin. Evaluasi dampak PKH dengan estimasi difference in difference menunjukkan bahwa pengaruh PKH terhadap kelengkapan rata-rata cakupan imunisasi di desa signifikan baik tahun 2007 maupun tahun 2013 dimana kelompok intervensi ratarata kelengkapan cakupan imunisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil estimasi juga menunjukkan terdapat perubahan rata-rata kelengkapan cakupan imunisasi di kelompok intervensi dan kontrol dari tahun 2007 ke 2013 namun perubahan tersebut tidak berbeda signifikan. Evaluasi dampak PKH dengan estimasi difference in difference menunjukkan bahwa pengaruh PKH terhadap kelengkapan pemeriksaan kehamilan di desa signifikan baik tahun 2007 maupun tahun 2013 dimana kelompok intervensi ratarata kelengkapan pemeriksaan kehamilannya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil estimasi juga menunjukkan terdapat perubahan rata-rata kelengkapan pemeriksaan kehamilan di kelompok intervensi dan kontrol dari tahun 2007 ke 2013 namun perubahan tersebut tidak berbeda signifikan

ABSTRACT
Program Keluarga Harapan is a conditional cash transfer program that was
initiated in 2007 and has continued until now. Program Keluarga Harapan
expectations are expected to establish a social security system to the poor in order to improve the social welfare of the poor. Impact evaluation PKH on immunization Coverage with Difference in differencestimation showes that PKH influence on of the average immunization coverage in the village significantly both in 2007 and 2013 in which the intervention group on average completeness of immunization coverage is higher than the control group The estimation results also show there are changes in the average completeness of immunization coverage in the intervention and control from 2007 to 2013 but those changes did not differ significantly. Impact evaluation PKH on antenatal care with Difference in differencestimation showes that PKH influence on of the average antenatal care in the village significantly both in 2007 and 2013 in which the intervention group on average completeness of antenatal is higher than the control group The estimation results also show there are changes in the average completeness of immunization coverage in the intervention and control from 2007 to 2013 but those changes did not differ significantly.
"
2016
T43424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
CHK Karyadinata
"Madura adalah sebuah pulau sebagai salah satu kawasan tertinggal di Jawa Timur dimana guna mengejar ketertinggalan tersebut maka diperlukan peningkatan akses keluar masuk Madura melalui pembangunan Jembatan Suramadu sehingga memperlancar arus distribusi barang/jasa dan meningkatkan mobilitas penduduk. Kewenangan pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Jembatan Suramadu dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) dengan pedoman pelaksanaan kegiatan tercantum dalam Rencana Induk Pengembangan Wilayah Suramadu 2010-2024. Besarnya dampak pengembangan wilayah Suramadu dianalisa menggunakan Tabel Input Output Madura Tahun 2008 yang diturunkan dari Tabel Input Output Jawa Timur Tahun 2008 dengan variabel yang dilihat berupa peningkatan output, pendapatan dan lapangan kerja. Sektor kunci dalam perekonomian Madura adalah sektor 8 : industri, sektor 10 : air bersih, sektor 15 : angkutan jalan raya, sektor 20 : bank dan sektor 21 : lembaga keuangan bukan bank. Dampak pengembangan wilayah Suramadu terhadap peningkatan output pada tahun 2010 sebesar Rp. 28,955 milyar; tahun 2011 sebesar Rp. 1,584 trilyun; tahun 2012 sebesar Rp. 2,150 trilyun; tahun 2013 sebesar Rp. 2,310 trilyun dan tahun 2014 sebesar Rp. 3,634 trilyun sehingga total output meningkat sebesar Rp. 9,709 trilyun atau meningkat 26,7723%. Dampak pengembangan wilayah Suramadu terhadap peningkatan pendapatan pada tahun 2010 sebesar Rp. 2,104 milyar; tahun 2011 sebesar Rp. 302,830 milyar; tahun 2012 sebesar Rp. 393,473 milyar; tahun 2013 sebesar Rp. 428,841 milyar dan tahun 2014 sebesar Rp. 479,485 milyar sehingga total pendapatan meningkat sebesar Rp. 1,606 trilyun atau meningkat 28,0943%. Dampak pengembangan wilayah Suramadu terhadap peningkatan lapangan kerja pada tahun 2010 sebanyak 76 orang; tahun 2011 sebanyak 29.151 orang; tahun 2012 sebanyak 37.043 orang; tahun 2013 sebanyak40.610 orang dan tahun 2014 sebanyak 52.159 orang sehingga total lapangan kerja meningkat sebanyak 159.039 orang atau meningkat 11,0954%. Pengembangan wilayah Suramadu yang dilakukan oleh BPWS memberikan dampak yang lebih baik karena persentase peningkatan output setara dengan skenario I, persentase peningkatan pendapatan tertinggi dibandingkan dengan skenario yang lain dan persentase peningkatan lapangan kerja yang cukup tinggi.

Madura is an island as one of the regions lagging in East Java where to catch it, needs to improve access in and out of Madura through the developmentm of Suramadu bridge so as to accelerate the flow of distribution of goods /services and increase the population mobility. Management authority and Regional Development Suramadu bridge implemented by the Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS- Regional Development Agency Suramadu) with guidelines for implementation of the activities listed in Suramadu Area Development Master Plan 2010-2024. Magnitude of the impact of regional development Suramadu analyzed using Input Output Table of Madura in 2008 are derived from Input Output Table of East Java in 2008 with the variable as seen in the form of increased output, income and employment. Key sectors in the economy of Madura is a sector 8: industry, sector 10: clean water, 15 sectors: road transport, 20 sectors: banks and 21 sectors: non-bank financial institutions. The impact of regional development Suramadu to increased output in 2010 amounting to Rp. 28.955 billion; in 2011 amounting to Rp. 1.584 trillion; year 2012 amounting to Rp. 2.150 trillion; year 2013 amounting to Rp. 2.310 trillion, and the year 2014 amounting to Rp. 3.634 trillion, so total output increased by Rp. 9.709 trillion, an increase of 26.7723%. The impact of regional development Suramadu to increased revenues in 2010 amounting to Rp. 2.104 billion; in 2011 amounting to Rp. 302.830 billion; year 2012 amounting to Rp. 393.473 billion; year 2013 amounting to Rp. 428.841 billion and the year 2014 amounting to Rp. 479.485 billion, bringing total revenues increased by Rp. 1.606 trillion, an increase of 28.0943%. The impact of regional development Suramadu to increased employment in the year 2010 as many as 76 people; in 2011 as many as 29,151 people; year 2012 as many as 37,043 people; of 2013 as many as 40,610 people and as many as 52,159 people in 2014 so that total employment increased by 159,039 people or an increase of 11.0954%. Suramadu regional development undertaken by BPWS provide more better impact because the percentage increase in output is equivalent to the scenario I, the highest percentage increase in revenue compared with other scenarios and it gives increasing percentage in employment is quite high."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T30227
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Sapti Puswanhari
"Dalam rangka pengembangan UMK melalui pemanfaatan asset UMK berupa tanah, Pemerintah melaksanakan Kebijakan Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) melalui Kegiatan Sertipikasi Tanah. Dengan kegiatan sertipikasi tanah ini diharapkan dapat mewujudkan kemampuan penjaminan yang akan membuka akses ke lembaga keuangan, dan akan mendukung peningkatan usaha UMK dengan peningkatan modal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kebijakan pendaftaran tanah mampu meningkatkan akses permodalan UMK di Kota Jakarta Selatan dengan cara memanfaatkan sertipikat tanah sebagai jaminan untuk memperoleh kredit oleh PMK Peserta Program.
Penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan menggunakan kuisioner. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, analisis regeresi logit untuk mengetahui faktor-faktor yang diprediksi mempengaruhi pemanfaatan sertipikat tanah sebagai jaminan kredit perbankan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 13 responden telah memanfaatkan sertipikat tanahnya sebagai jaminan di lembaga keuangan, dan sisanya belum menjaminkan sertipikat tanahnya. Berdasarkan hasil analisis regresi binary logit maka diperoleh hasil bahwa peluang masyarakat untuk memanfaatkan sertipikat sebagai jaminan kredit perbankan pada saat persyaratan pengajuan kredit ke Bank (X1), pembayaran pinjaman kredit perbankan (X2), pertimbangan memperoleh modal di luar bank (X3), dan keperluan akan modal yang besar dalam rangka mengembangkan usaha (X4) = 1, adalah sebesar 68,20 %.
Pelaksanaan Program Pemberdayaan UMK melalui kegiatan sertipikasi hak atas tanah lebih meningkatkan akses permodalan UMK terhadap lembaga keuangan di Jakarta Selatan secara umum. Hal ini dicerminkan dari hasil wawancara dengan lembaga keuangan yang menunjukkan bahwa dengan penggunaan sertipikat tanah sebagai jaminan meningkatkan kepercayaan lembaga keuangan dalam pemberian pinjaman.
Untuk meningkatkan pemanfaatan sertipikat tanah oleh PMK sebagai jaminan kredit perbankan untuk memperoleh modal dalam rangka pengembangan usaha agar dilakukan kegiatan pasca sertipikasi secara intensif yaitu berupa pembinaan, pelatihan dan konsultansi terhadap UMK mengenai startegi-strategi pengembangan usaha dengan pemanfaatan teknologi dan asset yang dimiliki secara maksimal guna mengembangkan usahanya.

In the framework of the development of SMEs through the use of assets such as land SMEs, the Government implement the Empowerment Program Policy for Small and Micro Enterprises (SMEs) through land certification activities. With a land certification activity is expected to realize the capability that will guarantee open access to financial institutions, and will support increased efforts to increase capital SMEs.
The purpose of this study was to determine whether the policy of land registration can improve SMEs access to capital in South Jakarta City by way of utilizing land certificates as collateral to obtain credit by the FMD Program Participants.
This study used a survey approach using a questionnaire. The analysis used is a qualitative descriptive analysis, regeresi logit analysis to determine the factors that influence the use of predictable title deed as collateral for bank credit.
The results showed that as many as 13 respondents have made use of his land certificates as collateral in financial institutions, and the remainder has not pledged his land certificate. Based on the results of binary logit regression analysis of the obtained results that the public an opportunity to capitalize on the certificate as collateral for bank loans at the time of filing requirements of credit to the Bank (X1), loan payments bank credit (X2), considerations raise capital outside the bank (X3), and the need will be substantial capital in order to develop the business (X4) = 1, is equal to 68.20%.
Empowerment Program Implementation SMEs through certification of land rights further improve SMEs access to capital to financial institutions in general in South Jakarta. This is reflected from the results of interviews with financial institutions indicate that the use of the title deed as collateral increase confidence in financial institutions in granting loans.
To increase the utilization of land by the PMK certificates as collateral for bank loans to raise capital to expand the business to be conducted post-certification activities namely in the form of intensive coaching, training and consultancy to SMEs on strategy, business development strategy with the use of technology and assets owned by the maximum order develop their business.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T30145
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Ratih Kusumaningrum
"Kawasan kumuh di Indonesia terjadi karena tingginya urbanisasi, namun tidak diimbangi oleh edukasi maupun skill para migran, disatu sisi, lapangan kerja yang terbatas, menyebabkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan begitu sulit, begitu pula dengan keuangan para migran dan akhirnya banyaknya migran yang datang, menyebabkan tingginya permintaan akan hunian, namun kemampuan keuangan migran tidak dapat menjangkaunya sehingga mereka menempati lokasi daerah marginal tanpa adanya pelayanan infrastruktur dasar yang memenuhi standart pelayanan minimum.
Pembangunan Rusunawa di Marunda, Jakarta Utara adalah salah satu solusi dalam penyediaan permukiman layak huni bagi pekerja kawasan industri, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan korban gusur serta kebakaran. Rumah susun dilakukan dengan tujuan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui upaya peremajaan, pemugaran dan relokasi. Kegiatan pembangunan rumah susun ini dinilai positif dalam mengurangi kekumuhan perkotaan karena sangat menghemat lahan.
Ketepatan penerima manfaat subsidi, dapat dilihat dari penerima subsidi sudah tepat sasaran atau belum dengan menggunakan metode Benefit Incidence Analysis yang menggunakan data SUSENAS dan data primer, kemudian diperkuat dengan menganalisis permasalahan pergeseran penerima subsidi tersebut dengan menggunakan metode depth interview dan sistem sewa menyewa yang ada di dalamnya, serta komparasi fakta lapangan dengan kebijakan yang berlaku, yaitu UU no 16 tahun 1985.
Dari hasil analisis BIA, secara umum ditemukan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah yang menjadi target sasaran program ini masih kesulitan masuk ke rumah susun karena tingginya harga hunian dan utilitas yang tidak sebanding dengan pendapatan mereka. Untuk penghuni yang mendapatkan sistem subsidi, masyarakat miskin (Q1) belum mendapatkan manfaat dari program pemerintah ini, penerima manfaat terbanyak merupakan masyarakat yang memiliki penghasilan lebih tinggi (Q4). Pergeseran penerima manfaat ini disebabkan karena tingginya biaya hidup yang sulit dipenuhi oleh penghuni, sulitnya aksesibilitas transportasi, desain yang kurang sesuai dengan kegiatan penghuni. Sedangkan untuk penghuni dengan sistem non subsidi, penerima manfaat hampir merata dan hampir tepat sasaran karena tidak ada perbedaan yang mencolok antara masyarakat miskin (Q1) dengan masyarakat terkaya (Q5).
Mengacu pada UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pemerintah berkewajiban untuk menyediakan layanan dasar kesehatan tersebut, namun agar program tersebut berkelanjutan, harus ada peran serta dari masyarakat, yaitu ikut menanggung biaya penyediaan layanan dasar, terutama layanan dasar air bersih yang sekarang ini belum tahu berapa besaran biaya yang harus ditanggung masyarakat. Penentuan besaran biaya air bersih tersebut, menggunakan metode willingness to pay dan menggunakan data primer. Besaran biaya air bersih ini perlu dilakukan untuk menghitung biaya service hunian, yang menurut UN Habitat tidak boleh melebihi 30% dari total pengeluaran rumah tangga, dan ketika masyarakat mengeluarkan pendapatannya lebih dari 30% untuk sewa rumah dan utilitasnya, maka hunian tersebut sudah tidak dapat terjangkau lagi oleh masyarakat dan akhirnya mereka akan kembali ke daerah marginal yang minim akan pelayanan dasar. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 51% sample penghuni, mengeluarkan pendapatannya melebihi batas yang dianjurkan oleh UN Habitat, yaitu >30% untuk hunian dan utilitasnya, sehingga rumah susun tersebut sudah tidak lagi terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah ini.

Slum areas in Indonesia occurred because of the high urbanization, but not matched by education and skills of migrants, on the one hand, employment is limited, causing the competition to get a job so difficult, so they accept law salary, high housing demand for working and less supply in housing, make they fit into the marginal areas without basic infrastructure services that meet minimum service standards.
Development for Flats in Marunda, North Jakarta is one of the solutions in the supply of habitable housing for industrial workers, low income people (MBR) and evicted the victims and fire. Development for flats with the aim of improving the quality of neighborhoods through the efforts of rejuvenation, restoration and relocation. Apartment construction activity was assessed positively in reducing urban squalor because it can conserve land, encourage green open space and efficiency for development basic infrastructure.
The accuracy of the beneficiaries of subsidies, subsidies can be seen from the receiver is on target or not by using a method that uses the Benefit Incidence Analysis. This analysis using data from SUSENAS and primary data, and then amplified by analyzing the problems of shifting the subsidy recipients by using the method of depth interviews and a lease system that is in therein, as well as comparative facts on the ground with the policies in force, UU Rumah Susun (UURS) No. 16 year 1985.
From the analysis of BIA, in general it was found that low-income people who become the target of this program is still difficult entry into the apartment because of the high price of housing and utilities that are not proportional to their income. For residents who get a subsidy system, the poor (Q1) has not benefited from this government program, most beneficiaries are the people who have higher incomes (Q4). Beneficiaries of this shift is caused due to the high cost of living is difficult to fulfill by the occupant, the difficulty of accessibility of transportation, lack of appropriate design with the activities. As for residents with non-subsidy system, beneficiaries almost evenly and almost right on target because there was no significant difference between the poor (Q1) with the richest (Q5). Referring to the Act No. 26 of 2007 on Spatial Planning, the government is obliged to provide basic services such health, but that the program is sustainable, there must be participation from the community, which helped underwrite the cost of providing basic services, especially basic services of clean water are not currently know how much amount of cost to be borne by society.
Determination of the amount of the cost of the clean water, using the method of willingness to pay and use the primary data. Cost of clean water is necessary to calculate the cost of residential service, which according to UN Habitat should not exceed 30% of total household expenditure, and when people spend more than 30% of their income for rent and utilities, then the occupancy is already out of reach again by the community and eventually they will return to marginal areas would be minimal basic services. From the result showed that as many as 51% sample of residents, to spend his income exceeds the limit recommended by the UN Habitat, which is> 30% for shelter and utilities, so the apartment is no longer affordable by low-income communities.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30283
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Rustam
"Peningkatan Pengeluaran Pemerintah Kota Solok melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tidak sebanding dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Solok. Hal ini mengindikasikan adanya ketidaktepatan alokasi dana untuk sektor perekonomian. Melalui analisa dampak dengan model input output dapat diketahui sektor perekonomian yang berpengaruh terhadap perekonomian Kota Solok secara keseluruhan. Penelitian ini menggunakan model input output untuk mencari sektor kunci, dampak pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja sektor-sektor dalam perekonomian Kota Solok. Untuk membuktikan hipotesa, dilakukan simulasi analisa dampak dengan melakukan shock dana APBD terhadap model input output sehingga dapat terlihat perbedaan PDRB riil dan hasil simulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi dana APBD pada sektor kunci dan memiliki dampak pengganda besar terhadap perekonomian dapat meningkatkan PDRB Kota Solok.

Enhancement of government expenditure Kota Solok through Regional Revenue and Expenditure Budget disproportionate with Gross Domestic Product of Kota Solok. It indicates the inaccuracy of fund alocation for economic sector. Through impact analysis using input output model known which sector has influence economic of Kota Solok generally. Research using input output model to find key sector, output multiplier, income multiplier and labor multiplier impact of Kota Solok economic sector. To prove the hypothesis, conduct impact analysis simulation by doing fund shock to input output model thereby shows different between real and simulation result GDP. Research result shows that fund alocation of key sector which has high output impact of economics could increase GDP of Kota Solok."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T32977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Gatot Murwanto
"Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh akumulasi modal (berupa investasi pada tanah, peralatan dan mesin, sarana, sumber daya alam), human resources, kemajuan teknologi, akses informasi, inovasi dan kemampuan pengembangan diri serta budaya kerja.
Infrastruktur merupakan faktor produksi yang memegang peranan strategis untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah. Efisiensi dan pembangunan infrastruktur sangat dibutuhkan untuk menjamin perekonomian berfungsi dengan efektif sekaligus menjadi faktor penting dalam menentukan lokasi kegiatan ekonomi dan jenis kegiatan/sektor yang dapat dikembangkan. Infrastruktur yang baik akan mengurangi jarak antar daerah, mengintegrasikan pasar nasional dan menghubungkannya ke negara/wilayah lain dengan biaya rendah.
Penelitian ini akan menganalisa signifikansi hubungan antara infrastruktur, pengeluaran pemerintah, modal manusia, dan ukuran sektor pemerintah (goverment size) dengan output perekonomian regional Propinsi Jawa Tengah yang diwakili oleh PDRB per kapita. Penelitian dilakukan dengan melakukan uji regresi model ekonometrika terhadap data panel kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2004 - 2010, dimana pendekatan modelnya merupakan pengembangan dari fungsi produksi Cobb-Douglass.
Hasil analisa menunjukkan bahwa semua variabel bebas tersebut di atas berpengaruh signifikan positif terhadap output perekonomian dimana infrastruktur yang berpengaruh paling besar adalah jalan sedangkan secara keseluruhan, variabel pendidikan memiliki pengaruh paling besar terhadap output perekonomian.

Income Economic growth of a country is affected by the accumulation of capital (in the form of investment in land, equipment and machinery, infrastructure, natural resources), human resources, technological advances, access to information, innovation and self-development skills and work culture.
Infrastructure is a factor of production that has a strategic role to drive economic growth.Availability of quality infrastructure is one of the determinants of the attractiveness of an area / region. Efficiency and infrastructure development are needed to ensure the economy to function effectively and be an important factor in determining the location of economic activity and the types of activities / sectors that can be developed. Good infrastructure will reduce the distance between the regions, integrating the national market and connecting it to other countries / regions with low cost.
This study will analyze the significance of the relationship between infrastructure, goverment spending, human capital, and the size of the government sector (goverment size) with an output of regional economies in Central Java. It was conducted by econometric regression models for panel data of Regencies / Cities Central Java in 2004 - 2010, which is the model approach of the Cobb-Douglass production function.
The analysis shows that all of the above variables positif significant effect on the output of the economy which is the road is the most influential infrastructure compared to other infrastructures, while overall, the education variables have the most influence on the economy's output.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T32742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Agustin
"Dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional, Pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengembangkan industri hilir kelapa sawit yang salah satu klaster prioritasnya berlokasi di Provinsi Kalimantan Timur. Terkait hal tersebut diperlukan penelitian mengenai dampak pengembangan industri pengolahan kelapa sawit terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodologi Input - Output dengan simulasi investasi pada industri pengolahan kelapa sawit. Sektor kelapa sawit merupakan salah satu sektor kunci pada Provinsi Kalimantan Timur dan memiliki angka pengganda output sebesar 1,324568, angka pengganda pendapatan biasa sebesar 0,283317 dan pengganda pendapatan Tipe I sebesar 1,262833. Sedangkan angka pengganda lapangan kerja biasa dari sektor tersebut adalah 0,0000510 dan angka pengganda lapangan kerja Tipe I sebesar 1.1629549. Dengan suntikan investasi pada industri pengolahan kelapa sawit sebesar Rp2,3 trilyun berdampak pada peningkatan output sebesar 0,89%, pada peningkatan pendapatan sebesar 0,72% dan pada peningkatan lapangan kerja sebesar 4,63%. Dampak peningkatan output, pendapatan dan lapangan kerja tersebut tidak terlalu besar diperkirakan karena masih lemahnya kaitan antar industri pengolahan tersebut dan dikarenakan sebagian besar produk CPO langsung diekspor ke luar wilayah dan belum diolah lebih lanjut pada industri lainnya.

In order to improve national industries competitiveness, Government has establishes a policy to develop palm oil industries with its prioritized cluster in East Kalimantan Province. This policy equals to East Kalimantan vision to be the leading centre of agro industry supported by the availability of palm oil. Therefore, research about impact analysis of palm oil industries towards East Kalimantan?s economy is needed. Research is done by using Input ? Output Analysis, by identifying key sectors, calculating multiplier impact, and exercising the simulation of investment on palm oil industries.The palm plantation sector is one of the key sectors and it has output multiplier in amount of 1,324568, its regular income multiplier is 0,283317and its Type I income multiplier is 1,262833. Meanwhile, its regular employment opportunity multiplier is 0,0000510and its Type I employment opportunity multiplier is 1,1629549. With 2,3trillion rupiahs investment, the output multiplier increases by 0,89%, the income multiplier increases by 0,72%, and employment opportunity increases by 4,63%. This insignificant impact is happened presumably because the weak linkage between palm oil industries and because the majority of CPO production are going straight to be exported without being processed further in domestic industries."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T36857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marinda Herapumila
"Tujuan pertama penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi setiap sektor industri dan pengaruh besaran konsentrasi terhadap adanya aglomerasi industri serta aglomerasi industri yang terjadi (localization economies atau urbanization economies) di Jawa Barat. Tujuan kedua yaitu itu untuk mengetahui produktivitas modal dan tenaga kerja terhadap output sektor industri di Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan regresi data panel dengan metode fixed effects model.
Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah output, ukuran konsentrasi industri (Herfindahl Index), dan ukuran perusahaan industri (skala ekonomi) memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas industri di Jawa Barat pada tahun 2007-2011. Sedangkan modal, upah, dan populasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas industri.

The main objective of this study is to examine the effect of spatial concentration of industry and the effect for industrial agglomeration (localization economies or urbanization economies) in West Java. The second objective is to examine the effect of labor and capital productivity related to industry output in West Java. The study uses quantitative approach with panel data regression with fixed effects model.
The results showed that total output, spatial concentration (Herfindahl Index), and firm size (economy of scale) have significant effect for industry productivity in West Java in 2007-2011. While capital, labor cost, and population show insignificant effect in industry productivity.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T38933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Yulianti
"Penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan kecenderungan tingkat disparitas antar Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada periode 2005-2012. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel fixed effect dan menggunakan indeks Williamson serta indeks Theil untuk mengukur disparitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada periode 2005-2012, (1) investasi pemerintah, pendapatan asli daerah (PAD), tenaga kerja serta aglomerasi industri signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (2) Terjadi disparitas yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun dan tergolong rendah. (3) Tingkat disparitas antar daerah di pulau Bangka lebih lebar dibandingkan dengan tingkat disparitas antar daerah di pulau Belitung dan disparitas antar pulau Bangka dan pulau Belitung.

The objective of this study is to analyze the factors that affecting economic growth and disparities trend between Province of Kepulauan Bangka Belitung districts on the period of 2005-2012. To measure the disparities, this study uses panel data regression with fixed effects model, Williamson index and Theil index. The results of this study indicate that on 2005-2012, (1) government investment, regional income, labor and industrial agglomeration have significant and positive effect on economic growth in the Province of Kepulauan Bangka Belitung districts. (2) There are disparities fluctuation with a declining trend and relatively low. (3) The level of disparity between districts in Bangka Island is wider than the disparity between districts in the Belitung Island and Bangka Belitung Island."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T38934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>