Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noto Dwimartutie
Abstrak :
Prevalensi pre-frail tinggi pada usia lanjut dan kondisi tersebut dapat berubah menjadi frail. Kolekalsiferol diduga memiliki potensi untuk memperbaiki sindrom frailty pada usia lanjut. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh kolekalsiferol terhadap kekuatan genggam tangan, kecepatan berjalan serta reseptor vitamin D (vitamin D receptor/VDR), interleukin-6 (IL-6), dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1) monosit pada usia lanjut dengan pre-frail. Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan di Poliklinik Geriatri RSCM pada bulan April–Desember 2021. Sebanyak 120 subjek dirandomisasi menjadi kelompok yang mendapat kolekalsiferol 4.000 IU/hari (60 subjek) serta kelompok yang mendapat plasebo/hari (60 subjek). Seluruh subjek mendapat suplementasi kalsium laktat 500 mg /hari. Pengamatan dilakukan selama 12 minggu. Terdapat 57 subjek pada kelompok kolekalsiferol dan 56 subjek pada kelompok plasebo yang menjalani penelitian hingga selesai. Analisis intention to treat dilakukan untuk mengevaluasi luaran kekuatan genggam tangan dan kecepatan berjalan, sedangkan analisis per protokol untuk mengevaluasi VDR, IL-6 dan IGF-1 monosit. Pada akhir pengamatan, tidak terdapat perbedaan bermakna pada kekuatan genggam tangan (p = 0,228), kecepatan berjalan (p = 0,734), VDR monosit (p = 0,45), IL-6 monosit (p = 0,57) dan IGF-1 monosit (p = 0,72) antara kedua kelompok perlakuan. Tidak ada korelasi antara perubahan VDR, IL-6 dan IGF-1 monosit dengan kekuatan genggam tangan dan kecepatan berjalan. Terdapat peningkatan kadar 25(OH)D yang bermakna pada masing-masing kelompok perlakuan dan peningkatan bermakna pada kelompok kolekalsiferol dibandingkan plasebo. Pemberian kolekalsiferol 4.000 IU pada usia lanjut pre-frail 12 minggu meningkatkan kadar 25(OH)D secara bermakna, namun belum terbukti dapat memperbaiki kekuatan genggam tangan, kecepatan berjalan, meningkatkan VDR dan IGF-1 monosit serta menurunkan IL-6 monosit. Fungsi ginjal memiliki pengaruh terhadap efek kolekalsiferol pada IGF-1 monosit. Kolekalsiferol meningkatkan jumlah monosit dengan IGF-1+ pada eGFR > 90, namun tidak pada eGFR 30–59. ......Pre-frail prevalence is higher in the elderly. Frailty status is a dynamic condition. Pre-frail can fall into a frail condition. Cholecalciferol is regarded to have potential effect to improve frailty syndrome in the elderly. This study aimed to determine the effect of cholecalciferol on hand grip strength, walking speed, vitamin D receptors, IL-6, and IGF-1 monocyte in pre-frail elderly. A randomized double-blind clinical trial study at the RSCM Geriatric Polyclinic was conducted from April to December 2021. A total of 120 subjects were randomized into groups receiving 4000 IU cholecalciferol/day (60 subjects) and groups receiving placebo/day (60 subjects). All subjects received calcium lactate supplementation 500 mg/day. Observations were made for 12 weeks. There were 57 subjects in the cholecalciferol group and 56 subjects in the placebo group who completed the study. An intention to treat analysis was performed to evaluate the output of hand grip strength and walking speed, while a per protocol analysis was performed to evaluate monocyte VDR, IL-6 and IGF-1.There were no significant differences in hand grip strength (p = 0,228), walking speed (p = 0,734), VDR monocyte (p = 0,45), IL-6 monocyte (p = 0,57) and IGF-1 monocyte (p = 0,72) between treatment groups. There were no correlation between changes in the VDR, IL-6 and IGF-1 monocytes with changes in hand grip strength and walking speed. There was a significant increase in 25(OH)D levels in each group and a significant difference between groups. Supplementation of cholecalciferol 4.000 IU daily for 12 weeks increased serum 25(OH)D level significantly, however it did not improve hand grip strength and walking speed, and did not affect VDR, IL-6 and IGF-1 monocytes in pre-frail elderly. Kidney function had an influence on the effect of cholecalciferol on monocyte IGF-1. Cholecalciferol increased the number of monocytes with IGF-1+ at eGFR > 90, but not at eGFR 30–59.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwita Wijaya Laksmi
Abstrak :
ABSTRAK
Terapi metformin berpotensi untuk memperbaiki sindrom frailty dengan memodifikasi resistensi insulin, inflamasi, dan konsentrasi miostatin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran metformin terhadap kekuatan genggam tangan, kecepatan berjalan, konsentrasi miostatin serum, dan kualitas hidup terkait kesehatan pada pasien usia lanjut dengan pre-frail. Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada pasien rawat jalan berusia 60 tahun dengan status pre-frail yang direkrut secara konsekutif Maret 2015 ndash;Juni 2016 di RSCM. Pasien dieksklusi bila menyandang diabetes melitus, skor Geriatric Depression Scale ge; 10, skor Abbreviated Mental Test < 8, fase akut penyakit, dan kontraindikasi terhadap metformin. Evaluasi luaran penelitian dilakukan sebelum dan pasca-intervensi selama 16 minggu. Randomisasi terhadap 120 subjek menempatkan 60 subjek untuk tiap kelompok perlakuan. Sebanyak 43 subjek kelompok metformin 3 x 500 mg dan 48 subjek kelompok plasebo menyelesaikan penelitian. Terdapat peningkatan kecepatan berjalan yang bermakna dengan rerata sebesar 0,39 0,77 detik atau 0,13 0,24 meter/detik pada kelompok metformin dan tetap bermakna setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor prognostik penting yang tidak setara p = 0,024 . Pada analisis ITT ada tidaknya peningkatan kecepatan berjalan > 0,1 meter/detik didapatkan ARR 8,3 IK95 -7,9 ndash;24 , dengan NNT sebesar 12. Tidak terdapat perbedaan bermakna kekuatan genggam tangan, konsentrasi miostatin serum, dan kualitas hidup terkait kesehatan antara kedua kelompok perlakuan. Konsentrasi miostatin serum berkorelasi negatif lemah r = -0,247; p = 0,018 dengan kecepatan berjalan, namun tidak berkorelasi dengan kekuatan genggam tangan. Skor indeks EQ-5D berkorelasi positif sedang dengan kecepatan berjalan r = 0,566; p = 0,000 dan berkorelasi positif lemah dengan kekuatan genggam tangan r = 0,355; p = 0,001. Sebagai simpulan, pemberian metformin 3 x 500 mg selama 16 minggu secara statistik dan klinis bermakna dalam meningkatkan kecepatan berjalan sebagai salah satu dimensi kualitas hidup terkait kesehatan, namun belum dapat meningkatkan skor indeks EQ-5D, tidak meningkatkan kekuatan genggam tangan, dan belum menurunkan konsentrasi miostatin serum. Kata kunci. kecepatan berjalan, kekuatan genggam tangan, kualitas hidup terkait kesehatan, metformin, miostatin, pre-frail, usia lanjut.
ABSTRACT
Metformin is considered to have potential effects to improve frailty syndrome by modifying insulin resistance, inflammation, and myostatin serum level. This study aimed at investigating the effect of metformin on handgrip strength, gait speed, myostatin serum level, and health related quality of life HR QoL in pre frail elderly. A double blind randomized controlled trial was conducted on elderly outpatients aged 60 years and older with pre frail status consecutively recruited from March 2015 to June 2016 at Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients with history of diabetes mellitus, Geriatric Depression Scale score ge 10, Abbreviated Mental Test score 8, acute phase of diseases, and contraindication s to metformin were excluded. The measurement of study outcomes was conducted at baseline and after 16 weeks of intervention. One hundred twenty subjects were randomized and equally assigned into metformin 3 x 500 mg or placebo group. There were 43 subjects in metformin group and 48 subjects in placebo group completed the intervention. The mean gait speed in metformin group significantly improved by 0.39 0.77 second or 0.13 0.24 meter second, even after adjusted for importance prognostic factors p 0,024 . Intention to treat analysis on the presence or absence of increased gait speed 0.1 meter second showed ARR 8.3 95 CI 7.9 ndash 24 , with NNT of 12. There were no significant differences on handgrip strength, myostatin serum level, and HR QoL between the two intervention groups. Myostatin serum level had weak negative correlation with gait speed r 0.247 p 0.018 , but did not correlate with handgrip strength. EQ 5D index had moderate positive correlation with gait speed r 0.566 p 0.000 and weak positive correlation with handgrip strength r 0.355 p 0.001. In conclusion, metformin 3 x 500 mg for 16 weeks significantly improved gait speed as one of the HR QoL dimensions, but not significantly improved the EQ 5D index score and handgrip strength nor decreased myostatin serum level. Keywords. gait speed, handgrip strength, health related quality of life, metformin, myostatin, pre frail, elderly.
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listya Tresnanti Mirtha
Abstrak :
ABSTRAK
Pekerja merupakan kelompok usia produktif yang berisiko terhadap penyakit tidak menular karena gaya hidup yang tidak sehat. Sebagian besar waktu bangun pekerja akan dihabiskan di tempat kerja dengan aktivitas sedenter berupa duduk. Waktu menjadi kendala utama bagi pekerja melakukan latihan fisik demi meningkatkan kebugaran jasmani, yang diketahui berbanding lurus dengan produktivitas. Salah satu fokus intervensi adalah peningkatan latihan fisik pekerja pada jam kerja. Beberapa upaya telah dilakukan sebelumnya, namun belum ada alat latihan kardiorespirasi yang ergonomis dan mampu laksana bagi pekerja. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan model alat latihan kardiorespirasi yang secara efektif dapat meningkatkan kebugaran jasmani pekerja duduk. Penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pengembangan, tahap penentuan validitas, dan tahap pembuktian efektivitas model alat latihan. Kedua tahap awal menggunakan rancang penelitian potong lintang, sedangkan tahap akhir menggunakan rancang kuasi eksperimental. Pemilihan sampel dilakukan pada populasi pekerja duduk di Jabodetabek. Peneliti mendapatkan 3 aspek yang memengaruhi pencapaian denyut nadi optimal, dengan model regresi yang menjelaskan 86,2% variasi pencapaian denyut nadi latihan optimal (R2 = 0,862). Selain itu, didapatkan protokol dan formula uji ukur daya tahan kardiorespirasi untuk memprediksi nilai VO2maks dengan model alat latihan yang mempunyai tingkat akurasi dan presisi baik. Pada implementasi, didapatkan peningkatan nilai prediksi VO2maks pada kelompok perlakuan di akhir minggu ke-12 dengan selisih rerata 1,21 (2,4) mL/kg/menit (p < 0,005) dan tingkat pemenuhan sesi latihan sebesar 39,7% dari total sesi yang diharapkan. Sementara itu, terjadi penurunan nilai prediksi VO2maks sebesar 2,8 (2,8) mL/kg/menit (p < 0,005) pada kelompok kontrol. Penggunaan model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki Kinesia pada program latihan fisik berbasis tempat kerja dikatakan valid (r > 0,3) dan reliabel (r-alpha > 0,6) untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi pekerja duduk.
ABSTRACT
Workers are a productive age group who are at risk of non-communicable diseases because of an unhealthy lifestyle. Most of the workers waking time will be spent in the workplace with a sedentary activity in the form of sitting. Time is a major obstacle for workers doing physical exercise in order to improve physical fitness, which is known to be directly proportional to productivity. One of the focuses of the intervention is to increase the physical exercise of workers during working hours. Several efforts have been made before, but there is no ergonomic cardiorespiratory training devices yet that able to do by workers. The purpose of study was to obtain a model of cardiorespiratory exercise devices that effectively improve physical fitness of sitting workers. It consists of three stages, namely the development phase, the stage of determining the validity, and the stage of proving the effectiveness of the exercise model. The first two stages use a cross-sectional design, while the final stage uses a quasi-experimental design. The sample selection was carried out in the sitting working population in Jabodetabek. The researcher obtained 3 aspects that influenced the achievement of optimal exercise heart rate, with a regression model that explained 86.2% variation in the achievement of optimal exercise heart rate (R2 = 0.862). In addition, the cardiorespiratory endurance test protocol and formulas was obtained to predict VO2max values with a training tool model that had good accuracy and precision. In implementation, it was found an increase in the predictive value of VO2max in the treatment group at the end of the 12th week with an average difference of 1.21 (2.4) mL/kg/minute (p < 0.005) with a training session fulfillment rate of 39.7% of the total expected session. Meanwhile, in the control group there was a decrease in the predicted value of VO2max of 2.8 (2.8) mL/kg/minute (p < 0.005). It was concluded that the use of Kinesia foot rest-based cardiorespiratory exercise devices model in workplace-based physical training program is said to be valid (r > 0.3) and reliable (r-alpha > 0.6) to increase the cardiorespiratory endurance of sitting workers.
2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library