Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Richard Michael H. S.
Abstrak :
Mencari nilai Penampang Lintang Diferensial dan nilai Polarisasi dari Fotoproduksi Eta-Meson dengan menggunakan Model Quark. Lalu menurunkan Lagrangian Efektif untuk mencari Amplitudo. Pada Bagian akhir menggunakan penulisan Amplitudo CGLN untuk mencari nilai Amplitudo Kuadrat dan memplot grafik antara Penampang Lintang Differensial dan Sudut Hambur juga Polarisasi dan Sudut Hambur. ......Calculation of The Differential Cross Section and Polarization from Eta-Meson Photoproduction with Quark Model. After that, calculation of The Effective Lagrangian to find Amplitude. Finally, use CGLN Amplitude to find the value of Squared Amplitude and plot the graphic between Differential Cross Section and Angle, also Polarization and Angle.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nigel Immanuel
Abstrak :
Salah satu prediksi menarik dari kerangka gravitasi kuantum adalah keberadaan panjang minimum. Temuan ini membuat prinsip ketidakpastian Heisenberg yang sudah terkenal menjadi termasuk dalam pendekatan leading order dari relasi ketidakpastian yang lebih umum. Penelitian terkini mengenai generalized uncertainty principle (GUP) telah menghasilkan tiga model. Memperkenalkan model-model GUP ini dalam density of states di dalam volume fase-ruang dapat mengubah sifat statistik dan termodinamika sistem fisik apa pun pada tingkat mikroskopis. Pada beberapa kasus, perubahan ini menimbulkan beberapa perilaku aneh ke model yang lebih umum dari sebuah objek kompak, yang merupakan pencarian utama dari penelitian ini. Kami akan menginvestigasi sebuah bintang foton yang sudah sering dikonfirmasi untuk memiliki persamaan keadaan yang linear P = ρ. Sebuah bintang foton dalam sistem satu dimensi, yang notabene tidak memiliki horizon, ternyata memiliki skala yang identik dengan relasi luas-entropi lubang hitam. Menambahkan koreksi GUP ke dalam persamaan keadaan objek ini diduga akan menimbulkan properti tidak terduga di dekat daerah panjang minimum. Penelitian kami memperluas kuantitas termodinamika dan fisis dari bintang foton dibawah pengaruh tiga model GUP yang telah ada. Selanjutnya, kami akan mengamati dampak persamaan keadaan bintang foton yang telah modifikasi ini di setiap model koreksinya. ......One of the intriguing predictions from the framework of quantum gravity is the existence of a minimum length. This founding makes Heisenberg’s already established uncertainty principle belongs to the leading order approximation of a generalized uncertainty relation. Recent work on this generalized uncertainty principle (GUP) has resulted in three models. Introducing these GUP models in the density of states inside phase-space volume changes any physical system’s statistical and thermodynamic properties at the microscopic level. In some cases, these changes suggested some odd behaviors to a generalized model for compact objects, which is the main quest of this thesis that we will soon explore further. We will investigate a self-gravitating photon that has been severally confirmed for having a linear equation of state P = ρ. A one-dimensional self-gravitating photon, which incidentally has a horizonless feature, identically scales with the black hole’s area-entropy relation. Adding GUP correction into the equation of the state of this object is suspected of showing unexpected properties near the minimal length region. Our research results extend the self-gravitating photon thermodynamics and physical quantities under the three existing GUPs. Furthermore, we will observe the impact of this modified equation of state’s impact across each correction model.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Gunawan
Abstrak :
Pada penelitian-penelitan sebelumnya, telah diperoleh persamaan Bogomol'nyi–Prasad–Sommerfield (BPS) untuk model-model monopol magnet. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan persamaan BPS untuk monopol elektrolemah $SU(2)\times U(1)$. Salah satu masalah dalam menghitung persamaan BPS pada monopol elektrolemah adalah singularitas energi pada monopol Cho-Maison. Dalam kasus ini, lagrangian dari monopol yang hendak ditinjau harus dimodifikasi terlebih dahulu sehingga menghasilkan energi yang berhingga pada nilai $r$ menuju nol. Metode regularisasi yang ditinjau dalam skripsi ini dilakukan dengan memperkenalkan permitivitas elektromagnetik non-vakum pada lagrangian Cho-Maison. Energi nonsingular pada monopol elektrolemah juga dapat tercapai dengan mengubah sektor\textit{hypercharge} dari lagrangian Cho-Maison menjadi bentuk Born-Infeld. Ekstensi Born-Infeld juga dapat diterapkan pada sektor $SU(2)$ non-abelian. Modifikasi yang terakhir tidak bersifat wajib mengingat penggunaan ekstensi Born-Infeld pada sektor\textit{hypercharge} sudah cukup untuk membuat energi monopol bersifat non-singular pada nilai $r$ menuju nol, namun pencarian persamaan BPS untuk monopol ini menarik untuk dilakukan. ......In previous researches, there have been solutions for various magnetic monopole models. The objective of this research is to find the Bogomol'nyi–Prasad–Sommerfield (BPS) equations for the $SU(2)\times U(1)$ electroweak monopole. The problem that arises when calculating the BPS equation of electroweak monopole is the singularity in the energy of the Cho-Maison monopole. In this case, the lagrangian of the monopole must be modified to achieve finite energy in the limit of $r$ goes to zero. The regularization is done by introducing non-vacuum electromagnetic permittivity to the Cho-Maison lagrangian. Nonsingular electroweak monopole energy can also be achieved by applying Born-Infeld extension to the hypercharge sector of the Cho-Maison Lagrangian. This Born-Infeld extension can also be applied to the non-abelian SU(2) sector of the lagrangian. The latter modification is not mandatory since the Born-Infeld extension for the hypercharge sector of the lagrangian has been enough to make the energy of the monopole nonsingular at the limit of $r$ goes to zero, but it is still interesting to find the BPS equations for this monopole.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khairunnisa
Abstrak :
Kami menggunakan profil densitas energi ρ(r) analitik Tolman VII dan modifikasi Tolman VII Jiang and Yagi (2019) untuk mempelajari properti-properti bintang. Kami melakukan analisis sistematik terkait kesesuaian dari persamaan keadaan (EoS) dengan kondisi stabilitas secara fisis untuk kedua profil. Dalam perhitungan, untuk memudahkan, semua ekspresi dibuat dalam bentuk dimensionless dengan memperkenalkan besaran ζ = r/R. Terkait stabilitas terhadap radial pulsation, kami menganalisa parameter adiabatik dari kedua model untuk melihat besar compactness yang memenuhi kondisi stabilitas secara fisis. TVII memberikan batas compactness C ∈ [0.1−0.335] berdasarkan syarat energy conditions dan C,0.38 berdasar indeks adiabatik yang diperoleh. MTVII tidak memberikan rentang α yang unik untuk semua model karena batas energy conditions yang berlaku dan menunjukkan kestabilan untuk C < 0.38 pada setiap variasi α dengan ζ ∈ [0−0.88]. ......We use Tolman VII and Modified Tolman VII Jiang and Yagi (2019) density energy profile ρ(r) to study about star properties. We carry out systematic analysis regarding equation of state (EoS) with physical stability conditions for both profiles. In calculations, to simplify, all expressions written on dimensionless by introducing ζ = r/R. Related radial pulsation stability, we analyze index adiabatic from both models to learn about physical stability that fit compactness. TVII allow limit of compactness C ∈ [0.1−0.335] based on energy conditions boundary and C = 0.38 based on adiabatic index. MTVII does not provide range of α that fit all energy conditions boundary, especially speed of sound limit. Compactness show stability for C < 0.38 for all α variation with ζ ∈ [0−0.88].
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Rizka Anggraini
Abstrak :
Sebuah model potensial K p diturunkan berdasarkan interkasi KN . Pada penelitian ini, kami menggunakan model potensial pertukaran satu hadron. Hadron yang dipertukarkan meliputi ρ, σ, ω, δ, λ, and σ. Parameter model potensial diturunkan berdasarkan fitting terhadap data differential cross section dari energy 21 MeV ndash; 669 MeV. Parameter yang akan di fit adalah cut-off dari faktor bentuk, massa sigma, massa delta, dan konstanta kopling. Hamburan K p dihitung berdasarkan teknik 3D untuk hamburan KN. ......A model of K p potential is derived based on K N interactions. The model is constructed as a one hadron exchange potential for simplicity. The hadrons being exchanged are ρ, σ, ω, δ, λ, and σ. The potential 39 s parameters are determined by means of fitting processes to K p scattering data, which are the spin averaged differential cross sections, for energies of about 21 MeV to 669 MeV. These parameters are the cutoff parameters for the form factors, sigma mass, delta mass, and the coupling constants. Theoretical data are produced without partial wave expansion by employing a three dimensional technique for KN scattering.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T46919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Fadhlurahman
Abstrak :
Interaksi antar partikel dapat digambarkan sebagai pertukaran partikel virtuil. Spesifik untuk interaksi K−N , model potensial yang digagas oleh Muller adalah model pertukaran satu hadron (orde kedua) dan dua hadron (orde keempat). Pada penelitian ini, model pertukaran dua hadron dijabarkan sebagai pertukaran dua pion (2 meson π) dimana model tersebut memiliki keadaan intermediate N atau ∆. Kontribusi pertukaran 2 pion tersebut dibahas dengan cara membandingkannya dengan kontribusi pertukaran 1 hadron. Perbandingan yang dimaksud adalah dengan melihat penampang lintang diferensial dari hamburan K−N untuk interaksi orde kedua dan orde keempat yang dibatasi hanya dengan mengambil leading term amplitudo hamburan. Teknik 3D tanpa ekspansi gelombang parsial diterapkan dalam perhitungan ini, yang mengambil daerah energi sangat tinggi. ......Interaction between particles can be described as virtual particles exchange. Specifically for K−N interaction, the potential models initiated by Muller are one-hadron exchange (second order) and two-hadrons exchange (fourth order). In this research, the tow-hadrons exchange model is described as two pions exchange (2 π mesons) in which have N or ∆ as the intermediate state. The two pions exchange contribution discussed by comparing it to the one-hadron exchange. The comparison mentioned are by looking at the differential cross sections of the K−N interaction for the second and fourth order bounded by the leading term of the scattering amplitude only. 3D technique — without the partial wave expansion — is used in this calculation in the high energy region.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditiya Nugraha
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi pertukaran pion orde keempat pada hamburan K+N dalam leading term dengan menghitung penampang lintang diferensial. Penelitian ini dilakukan karena pada hamburan K+N orde kedua belum memberikan hasil yang baik sehingga perlu dilakukan hingga orde keempat. Pada penelitian ini model yang digunakan adalah model pertukaran dua hadron (2 meson pion) dimana model tersebut memiliki keadaan intermediate N atau Δ. Perhitungan hamburan yang dilakukan pada penelitian ini tidak menggunakan teknik gelombang parsial, melainkan teknik tiga dimensi (3D). Teknik 3D tidak menguraikan keadaan bebas dalam bentuk gelombang parsial, sehingga sangat bermanfaat pada hamburan energi tinggi. ......The aim of this study is to analyze the contribution of pion exchange on the fourth-order KN Interaction for leading term by calculating the differential cross section. Previous study about the-second order KN interaction shows that the result need to be improved, so we continue the study to the fourth-order. In this study, the two-hadrons exchange model is described as two pions exchange (2 pion mesons) in which have N or Δ as the intermediate state. We apply 3D technique in this study as a good alternative to Partial wave technique. That technique does not expand the free state in partial wave so it is usefull in high energy scattering.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Dio Danarianto
Abstrak :
Sejumlah pengujian perlu dilakukan untuk memilah proposal modifikasi gravitasi. Kami menunjukkan bahwa sejumlah teori alternatif dari relativitas umum, yang memodifikasi gravitasi hanya di dalam keberadaan materi, dapat kembali ke bentuk persamaan Poisson yang mirip dengan teori Eddington-inspired Born Infeld (EiBI) dan Minimal Exponential Measure (MEMe). Menggunakan notasi EiBI, κ, kami menginvestigasi seberapa jauh gravitasi skala Newtonian dalam teori gravitasi kopling alternatif konsisten dengan deskripsi massa-radius (MR) katai putih (KP) dan struktur atmosfer Bumi saat ini. Pada bagian pertama, kami mencari batas κ menggunakan data observasi MR KP presisi tinggi yang independen terhadap model. Kami menunjukkan bahwa model KP perlu memperhitungkan efek temperatur dan riwayat evolusinya untuk memperoleh akurasi yang sebanding dengan data MR yang paling presisi saat ini. Sebagai konsekuensi, model tersebut umumnya membutuhkan beban komputasi tinggi. Karenanya, kami membangun model pengganti semi-analitik berdasarkan model Mestel yang dikalibrasikan dengan tabulasi model KP realistik. Model pengganti ini digunakan untuk mengoreksi radius pendekatan temperatur-nol dengan bentuk yang relatif sederhana. Berdasarkan analisis posterior terhadap data, kami menunjukkan bahwa nilai best-fit dari κ bergantung pada model WD, dengan model selubung tebal lebih konsisten dengan relativitas umum dan konsisten antar pengukuran. Batas paling rapat diperoleh dari pengukuran MR paling presisi pada set data, QS Vir, dengan −0, 19 ≲ κ ≲ 0, 22 dalam 103 m5kg−1 s−2 untuk kredibilitas 2σ (∼ 95%). Pada bagian kedua, kami membandingkan prediksi teori terhadap struktur hidrostatis atmosfer melalui model US Standard Atmosphere 1976 yang umumnya menyimpang kurang dari 10% terhadap observasi. Berdasarkan analisis likelihood dari struktur tekanan vertikal, kami menemukan bahwa untuk dapat mereproduksi deskripsi atmosfer Bumi yang secara umum diterima, rentang parameter model gravitasi tersebut harus memenuhi −9, 78 ≲ κ ≲ 10, 3 dalam 103 m5kg−1 s−2 dengan kredibilitas 2σ. Kami menemukan bahwa batas parameter yang diperoleh dari model atmosfer standar sebanding dengan batas dari pengukuran kecepatan gelombang gravitasi dari GW170817. Sementara itu, dalam konteks pengukuran KP yang presisi, pengukuran MR KP dengan presisi paling tinggi yang independen terhadap model, digabungkan dengan deskripsi terkini mengenai struktur KP, belum cukup untuk untuk menunjukkan penyimpangan terhadap prediksi relativitas umum. Sehingga, data observasi yang lebih presisi dan model KP yang lebih realistik diperlukan untuk menunjukkan adanya modifikasi gravitasi di dalam materi. ......Several tests must be performed to rule out proposals for gravity modification. We have shown that several alternatives to general relativity (GR), which modified GR only within matter, might be reduced to Poisson equation similar to that of Eddington-inspired Born Infeld (EiBI) and Minimal Exponential Measure (MEMe). Using EiBI notation, κ, we investigate how much the Newtonian-scale gravity within alternative coupling theory agrees with our understanding of white dwarf (WD) mass-radius (MR) and Earth’s atmosphere structure. In the first part, we constrain the value of κ using a high-precision model-independent measurement of WD MR observations. We have shown that the WD model should include their temperature and evolutionary history to achieve comparable accuracy to the current most precise WD MR data. In consequence, this model might be computationally expensive. To overcome this issue, we construct a semi-analytical surrogate model based on Mestel’s model, calibrated with tabulated, realistic models, to correct the zero-temperature radius with (relatively) simple manner. From posterior analyses of the data, we have shown that the best-fit value of κ depends on the WD model, with the ’thick’ envelope models more consistent in describing data. The tightest bound obtained from the most precise MR measurement, QS Vir, with −0.19 ≲ κ ≲ 0.22 in 103 m5kg−1 s−2 for 2σ (∼ 95%) credibility. In the second part, we also compare the atmospheric hydrostatic structure predicted by this theory with one from US Standard Atmosphere 1976 model which deviates less than 10% from observation. From the likelihood analysis of the vertical pressure structure, we found that, to be able to consistently reproduce our current description of Earth’s atmosphere structure, the range of gravity parameter should yield −9.78 ≲ κ ≲ 10.3 in 103 m5kg−1 s−2 with 2σ credibility. We found that the bound of parameter from general-purpose standard atmosphere model is comparable to the constraint from GW170817 standard siren. In the context of precise measurements of WDs, we assert that the recent most precise model-independent WD MR dataset, combined with current description of WD structure, are insufficient to see the deviation from GR. Both more precise observational data and detailed WD modelling are required show modification of gravity inside matter accurately.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feri Apryandi
Abstrak :
Berdasarkan paper Gupta [1] telah dihitung massa dari 12 gugusan galaksi (dengan data Chandra X-ray) menggunakan persamaan Tolman-Oppenheimer-Volkov (TOV) dari kesetimbangan hidrostatik dan persamaan keadaan gas ideal. Rumus secara penghitungan analitik untuk kerapatan gas dan temperatur untuk gugusan ini, sebelumnya telah diturunkan oleh Vikhlinin, dkk [2]. Lalu digunakan untuk menentukan massa klaster/gugusan. Kemudian massa berbasis persamaan TOV ini diselisihkan dengan massa dari persamaan hidrostatika Newton lalu dibandingkan dengan penghitungan yang diperoleh menggunakan persamaan hidrostatika Newton (ΔM/M). Ditemukan hasil bahwa hanya sedikit perbedaan antara dua massa tersebut, perbedaannya sebesar suku 10^(-5), sehingga efek relativistik dapat diabaikan. Disini penulis akan menggunakan pendekatan yang lain untuk menghitung perbandingan massa nya (ΔM/M), yaitu dengan prinsip ketidakpastian diperumum/GUP, serta teori gravitasi termodifikasi EiBI (Eddington-inspired Born Infeld) dan BHG (Beyond Horndeski Gravity), tetapi dalam tinjauan non-relativistik dan kesetimbangan hidrostatik. Parameter bebas dari GUP dan masing-masing teori gravitasi termodifikasi ini kemudian dikaitkan dengan data-data gugusan galaksinya pada literatur, nantinya dapat diperoleh koreksi massanya serta persentase perbandingan massanya. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam karya ilmiah tesis ini dengan mudah dapat dijelaskan impak dari GUP dan teori gravitasi termodifikasi EiBI dan BHG pada objek di gugus galaksi. Hasil yang diperoleh adalah bahwa pendekatan GUP/Entropic Force (dengan parameter β_0 = -1,656 × 10^43 [3]) tidak terlalu berdampak pada massa objek galaksi, karena nilai koreksi massa yang diperoleh dari penghitungan GUP orde nya sangat kecil yaitu 10^(-67). Agar berdampak, paramaternya divariasikan, didapat β_0 = -1,656 × 10^110 ≈ -10^110. Dampaknya yaitu massa globular (galaksi) semakin besar. Pada teori gravitasi EiBI (dengan parameter κ = 5 m^2 [4]) juga tidak terlalu memberikan dampak pada massa objek galaksi disebabkan hasil orde koreksi massa dengan EiBI juga kecil yaitu 10^(-46). Lalu agar memiliki dampak, maka parameter κ divariasikan dan diperoleh nilai rentangnya yaitu 5 × 10^38 ≤ κ ≤ 5 × 10^40 m^2. Dampaknya adalah massa globular semakin kecil. Namun untuk teori gravitasi BHG, langsung memberikan dampak terhadap massa galaksi dengan tanpa memvariasikan parameternya, dengan parameter Υ = -0,1655 [5]. Dampak yang terjadi adalah memperbesar keseluruhan massa galaksi klaster. Kemudian dampak dari teori BHG ini adalah memperkecil nilai korelasi-R (regresi linear kurva), yang diperoleh dengan fitting ratio dari persamaan M = (M_dyn^c)/(M_bar^c ) [6] yang awalnya diperoleh M = 0,84 ± 0,04 [6] menjadi M = 0,316 ± 0,00044, maka dapat disimpulkan bahwa akibat perubahan massa pada teori BHG dapat memperkecil nilai korelasi-R nya. ......Based on Gupta’s paper [1] has been calculated the mass of 12 galaxy clusters (with Chandra X-ray data) using the Tolman-Oppenheimer-Volkov (TOV) equation of hydrostatic equilibrium and the equation of state for an ideal gas. The analytically calculated formulas for gas density and temperature for these clusters have previously been derived by Vikhlinin et al. [2] Then, it is used to determine the mass of the clusters/galaxy groups. Then the mass based on the TOV equation is subtracted from the mass from Newton’s hydrostatic equation and then compared with the calculations obtained using Newton’s hydrostatic equation (ΔM/M). It was found that there was only a slight difference between the two masses; the difference was in terms of 10^(-5), so the relativistic effect could be neglected. Here we calculate the mass ratio (ΔM/M) by considering the effect of the Generalized Uncertainty Principle (GUP), as well as the modified EiBI (Eddington-inspired Born Infeld) and BHG theories of gravity (Beyond Horndeski Gravity), but within non-relativistic hydrostatic equilibrium. The constraint parameters of GUP and each modified theory of gravity are then linked to the data on their galaxy clusters in the literature, so that later mass corrections can be obtained as well as the percentage ratio of their masses. So that from the results, we can easily explain the impact of the GUP and the modified EiBI and BHG theories of gravity on objects in galaxy clusters. The results obtained are that the GUP/Entropic Force approach (with parameter β_0 = -1,656 × 10 ^43 [3]) does not have much impact on the mass of the galaxy object, because the mass correction value obtained from the calculation of the order GUP is minimal, namely 10^(-67). In order to have an impact, the parameters are varied, we get β_0 = -1,656 × 10^110 ≈ -10^110. The impact is that the mass of globular (galaxies) is getting bigger. In the theory of gravity, EiBI (with parameter κ = 5 m^2 [4]) also does not have much impact on the mass of galaxy objects because the result of the order of mass correction with EiBI is also small, namely 10^(-46). Then in order to have an impact, the κ parameter is varied, and the range value is 5 × 10^38 ≤ κ ≤ 5 × 10^40 m ^2. The impact is that the globular mass is getting smaller. However, the BHG theory of gravity directly impacts the mass of the galaxy without varying its parameters, with the parameter Υ = -0,1655 [5]. The impact that occurs is to increase the overall mass of the cluster galaxy. Then the impact of this BHG theory is to reduce the value of the R-correlation (linear regression of the curve), which is obtained by fitting ratio from the equation M = (M_dyn^c)/(M_bar^c ) [6] originally obtained M = 0,84 ± 0,04 [6] becomes M = 0,316 ± 0,00044, it can be concluded that due to changes in mass in the BHG theory can reduce the value of its R-correlation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muzakkiy Putra Muhammad Akhir
Abstrak :
Hamburan partikel ber-spin 0 dan 1/2 dikerjakan secara teoretis pada energi tinggi. Interaksi yang ditinjau adalah model pertukaran meson berbasis potensial Yukawa dengan penambahan suku spin orbit. Persamaan Lippmann-Schwinger untuk matriks T hingga beberapa suku hamburan ulang dan juga yang mengandung semua suku diselesaikan secara numerik dengan menggunakan teknik 3D. Penampang lintang diferensial serta besaran-besaran spin dihitung dari matriks T. Efek-efek proses hamburan ulang dan juga kinematika relativistik pada besaran-besaran tersebut ditunjukkan. ...... Scattering of spin 0 and spin 1/2 particles is calculated at higher energy. The interaction being considered is a meson exchange model based on Yukawa potential including spin orbit terms. Lippmann-Schwinger equation for T-matrix up to a few lowest order terms as well as one with full term is solved by means of a 3D technique. Differential cross section and spin observables are calculated from the T-matrix. Effects of rescattering process and relativistic kinematics on those observables is shown.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>