Skripsi ini membahas tentang kemampuan perusahaan untuk bertahan di dalam industri fesyen di Indonesia pada tahun 2006-2010. Penelitian ini menggunakan metode probit untuk model kemampuan bertahan perusahaan dengan pooled data. Data diperoleh dari Statistik Industri Sedang dan Besar (KBLI 17302, 17303, 17304, 18101, 18102, 18202, 19201, 19202, 19203, dan 19209) berupa data individual perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan rasio ekspor terhadap output perusahaan meningkatkan probabilitas kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam industri fesyen secara signifikan. Sementara peningkatan penggunaan energi listrik dan terjadinya krisis finansial global menurunkan kebertahanan perusahaan.
This research describes the ability of a company to survive in Indonesia‟s fashion industry during the 2006-2010 period. This study uses probit method for firm survival model with pooled data. Data obtained from Statistics Medium and Large Scale Industry (ISIC 17302, 17303, 17304, 18101, 18102, 18202, 19201, 19202, 19203, and 19209) in the form of firm individual data. The results of this study showed that firm size, firm age, and the ratio of exports to output of the firm significantly increases the probability of firm survival in the fashion industry. Meanwhile, the increased use of electrical energy and the global financial crisis lowered the probability of firm survival.
"Industri kendaraan bermotor roda empat menyumbangkan output yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Output industri tersebut ditopang oleh penjualan mobil yang tinggi di Indonesia. Penelitian ini ingin melakukan analisis determinan permintaan mobil. Dengan menggunakan penjualan mobil sebagai proksi dari permintaan mobil, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDB perkapita riil berdampak positif dan signifikan terhadap permintaan mobil, sementara suku bunga riil, dan harga bensin riil berdampak negatif dan signifikan. Permintaan mobil di Indonesia tidak sensitif terhadap perubahan pendapatan dan harga bensin. Kebijakan down payment, krisis ekonomi Amerika Serikat 2008, dan nilai tukar riil Rupiah ternyata tidak berpengaruh terhadap permintaan mobil. Harga mobil riil tidak signifikan dan dikeluarkan dari model karena alasan ekonometrika. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa upaya pengendalian jumlah mobil di Indonesia dengan menggunakan kebijakan di sisi harga seperti pajak dan kebijakan down payment tidak efektif.
Automotive industry contributes highly to Indonesian economy in terms of output. The performance of automotive industry is bolstered by high car sales. This study tries to analyse the determinants of car demand. Using car sales as a proxy of car demand, this study finds that real percapita GDP positively and significantly affects car demand, while real interest rate and real fuel price impacts negatively. Car demand is not responsive to changes in income and fuel price. Down payment policy, 2008 US crisis, and real exchange rate does not affect car demand significantly. Real car price does not have a significant impact and is omitted from the model because of econometric reasons. Based on that result, it can be concluded that price side policy like value added tax and luxury goods tax and down payment policy will not be effective in limiting number of cars.
"