Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Pujiyanti
Abstrak :
Penelitian ini merupakan ex-ante evaluation melalui penelitian cross sectional dengan menggunakan data set susenas tahun 2012 di Indonesia. Penelitian ini melihat protektabilitas Jaminan Kesehatan Nasional terhadap tingkat pengeluaran biaya kesehatan tunai (out-of-pocket) rumah tangga di Indonesia. Total sampel yang berhasil dicacah dalam Susenas 2012 mencapai 279.581 individu dalam 69.895 rumah tangga. Dalam studi ini,unit analisis dilakukan pada tingkat individu yang jumlahnya mencapai 279.581 sampel. Determinan yang dinilai adalah kepemilikan jaminan kesehatan/asuransi sebagai variabel independen utama, status kesehatan, rural/urban,akses/ jumlah kunjungan baik rawat inap maupun rawat jalan dan karakteristik rumah tangga (jenis kelamin,jumlah anggota rumah tangga, lama pendidikan, status perkawinan). Analisis data dilakukan dengan pendekatan ekonometrika dengan menggunakan model ekonometrik discrette choice model dengan pendekatan model regresi binary response yaitu Logit Model. Hasil penelitian didapatkan tingkat pengeluaran biaya kesehatan tunai rumah tangga (OOP) sebesar 2,7 kali dari pendapatan rumah tangga yang dialami oleh 7,8% rumah tangga di Indonesia. Jaminan kesehatan/asuransi kesehatan dapat memberikan peluang proteksi/perlindungan dalam menurunkan tingkat pengeluaran biaya kesehatan tunai (OOP) rumah tangga sebesar 1,075 kali. Proteksi ini dapat berjalan dengan baik jika memperhatikan determinan yang berhubungan dengan tingkat OOP seperti status kesehatan, akses rawat jalan dan rawat inap, disparitas wilayah dan karakteristik rumah tangga yang memiliki hubungan signifikan secara statistik. ...... This study is an ex-ante evaluation through a cross-sectional study using data sets susenas in 2012 in Indonesia. The research looked at protectability of National Health Insurance on the level of health expenditure in cash (out-ofpocket) of households in Indonesia. The total sample Susenas successfully enumerated in 2012 reached 279 581 people in 69 895 households. In this study, the unit of analysis is done on an individual level that amounted to 279 581 samples. The determinant is assessed is the ownership of health insurance / insurance as the main independent variables, health status, rural / urban, access / number of visits to both inpatient and outpatient care and household characteristics (gender, number of household members, length of education, marital status) . Data analysis was performed using the econometric approach discrette econometric model of choice models with binary response regression model approach, namely logit model. The results showed the level of health expenditure household cash (OOP) by 2.7 times household income experienced by 7.8% of households in Indonesia. Health insurance / health insurance can provide protection opportunities / protection in lowering the level of health expenditure in cash (OOP) households of 1,075 times. This protection can work well if the attention-related determinants such as health status, access to outpatient and inpatient care, geographic disparities and household characteristics have a statistically significant relationship.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T37665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Kurniawati
Abstrak :
ABSTRAK
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit menular melalui udara yang menyerang saluran nafas atas hingga saluran nafas bawah. ISPA pada balita terutama pneumonia merupakan penyebab kematian kedua di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh balita penderita ISPA di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013. Sampel pada penelitian cross sectional ini adalah balita penderita ISPA dan menjadi sampel Riskesdas 2013, berjumlah 23.310 orang. Hasil penelitian, 36% balita penderita ISPA memanfaatkan fasilitas kesehatan. Terdapat hubungan antara umur, waktu tempuh, dan alat transportasi ke fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan. Akses yang dianalisis yaitu waktu tempuh dan alat transportasi yang digunakan terbukti berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan balita dengan ISPA. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan adalah umur, waktu tempuh dan alat transportasi ke fasilitas kesehatan. Masih ada kendala akses dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan terutama di pedesaan dan luar Pulau Jawa. Pemerintah perlu memperhatikan peningkatan akses ke fasilitas kesehatan di pedesaan dan luar Pulau Jawa serta meningkatkan program pencegahan.
ABSTRACT
Acute respiratory infections (ARI) was airborne communicable diseases, attacks upper respiratory to lower respiratory track. ARI in children under 5 years, especially pneumonia was second leading cause of death in Indonesia. The objective of this study was to know the healthcare facilities utilization among the children under five with ARI in Indonesia. Samples were the children under five with ARI in Riskesdas 2013, amounted to 23,310. The study found that only 36% children under five with ARI utilized healthcare facilities. Factors related to the utilization were age, time, and transportation to healthcare facilities with healthcare facilities utilization. Factors associated with utilization were age, times and transportation to healthcare facilities. It was suggested to solve barrier to access healthcare facilities in rural and outside Java island, as well as continuing preventive programs
2016
T46166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Tina Amiaty Naro Putri
Abstrak :
Seorang bayi membutuhkan nutrisi terbaik pada awal kehidupannya dan ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang. Di sisi lain, walaupun beberapa keunggulan ASI telah diketahui, para ibu memiliki kecenderungan untuk tidak menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Sehingga menyebabkan menurunnya pemberian ASI eksklusif sehingga capaian ASI eksklusif di Indonesia rendah dan belum mencapai target pemerintah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2013 dengan populasi adalah wanita usia subur 15-49 tahun yang memiliki bayi usia 6-24 bulan. Sampel penelitian ini adalah sampel yang tercakup dalam Riskesdas 2013. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Pemberian ASI eksklusif di Indonesia merujuk pada hasil publikasi Badan Litbangkes yaitu sebesar 38%. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa ada empat variabel yang berhubungan signifikan dengan pemberian ASI eksklusif, yaitu pendidikan ibu,(OR=1,449), IMD (OR=1,65), kunjungan ANC (OR=1,215), dan konseling pasca persalinan (OR=1,137). Sedangkan, faktor yang paling dominan dalam pemberian ASI eksklusif adalah IMD. Pendidikan ibu, IMD, Kunjungan ANC, dan konseling pasca persalinan menjadi faktor penentu keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Sehingga, pemerintah perlu mewajibkan tenaga kesehatan untuk melakukan IMD, mensosialisasikan kunjungan ANC lengkap dan konseling pasca persalinan untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada seribu hari pertama kehidupan.
A baby needs the best nutrition in early of his life and breastfeeding is very ideal source of nutrition with a balanced composition. Although some mothers have been known the advantages of breastfeeding, they have a tendency not to exclusively breastfeed their infants. The achievements of exclusive breastfeeding in Indonesia is low and the government's target has not yet reached. The design of this study was a cross sectional using secondary data of Riskesdas 2013, the population are women of childbearing age 15-49 who had infants aged 6-24 months. Samples were included in the sample of Riskesdas 2013. The purpose of this study is to analyze the factors that associated breastfeeding practices in Indonesia. The results of exclusive breastfeeding regarding on Riskesdas Data 2013 is 38%. Multivariate analysis showed that there are four variables significantly associated with exclusive breastfeeding, the mother's education, (OR = 1.449), early breasrtfeeding initiation (OR = 1.65), ANC (OR = 1.215), and post-natal counseling (OR = 1.137). Meanwhile, the most dominant factor in exclusive breastfeeding is the IMD. Maternal education, early breastfeeding initiation, ANC, and postpartum counseling becomes a critical success factor as exclusive breastfeeding. Thus, the government should require health workers to perform early breastfeeding initiation, socialize complete ANC and postnatal counseling for the success of exclusive breastfeeding in the first thousand days of life.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Puspa Hapsari
Abstrak :

Penelitian menganalisis impelementasi Clinical Pathway (CP) Typhoid fever melalui deskripsi utilisasi pelayanan serta tagihannya pada periode sebelum dan sesudah implemenatsi CP. Studi dilakukan di RS PMI Bogor bertujuan untuk mengeksplor siklus pembuatan CP serta utilisasi pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga menimbulkan tagihan. Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan tahapan dalam pembuatan CP dan metode kuantitatif digunakan untuk mengeksplor utilisasi layanan dan tagihan yang ditimbulkan serta melihat signifikansi implementasi CP terhadap utilisasi pelayanan dan billing. Simulasi INA-CBG dilakukan akibat temuan dalam penelitian. Data berasal dari sistem informasi rumah sakit, billing dan rekam medis. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada signifikansi/perubahan pada utilisasi pelayanan secara statistik p-value >0.05 antara kelompok pada periode sebelum dan sesudah implementasi CP melalui Uji T dan Uji non parametrik Mann-Whitney U dengan tingkat kepercayaan 95%. Namun secara substansi terjadi perubahan tagihan pasca implementasi clinical pathway Typhoid fever dari Rp. 4,269,051 meningkat menjadi Rp. 5,225,384. Setelah dilakukan penyesuaian obat yang berfungsi terapeutik dan simtomatik terhadap Typhoid fever, maka total tagihan menjadi Rp. 4,771,016 dan meningkat menjadi Rp. 5,959,796. Proses pencatatan diagnosis di dalam rekam medis menjadi isu di RS PMI Bogor. Adanya potensi undercode yang mempengaruhi severity level kasus INA-CBGs (A-4-14), rumah sakit berpotensi kehilangan sebesar Rp. 485,200 hingga Rp. 1,450,400.


This research elaborated Typhoid fever Clinical Pathway (CP) implementation which were described using service utilization and the incurred billing before and after the implementation of CP. Study was conducted in PMI hospital Bogor and aimed to explore CP development cycle and the later service utilization delivered and hence, the incurred billing from each period (before and after CP implementation). Qualitative method was used to explore stages in CP development and quantitative method was used to explore the significance of CP implementation to service utilization and the billing. INA-CBGs grouping simulation was conducted due to a research finding. Data were derived from hospital information system, billing, and medical records. Study resulted in no significance of service utilization before and after CP implementation and it was predicted using T-test and Mann-Whitney U test showing p-value >0.05. However, changes in billing substantially changed from IDR 4,269,000 to IDR. 5,225,384. Adjustment was done by excluding drugs other than for therapeutic and symptomatic pursposes resulting in the increment of billings (e.g. IDR. 4,771,016 before and IDR. 5,959,796 after CP implementation). Simulation through INA-CBGs grouping showed that there were potential undercoding from higher severity level of Typhoid fever case (A-4-14). Hospital might subsequently lose IDR 485,200 up to IDR.1,450,400 each case reimbursed.

2019
T54055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Rosita
Abstrak :
Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia sejak tahun2014 telah mengubah sebagian besar pola pembayaran pelayanan kesehatan di rumahsakit dari sistem fee for service menjadi prospective payment system berdasarkanpaket INA CBGs. Hal ini memberikan dampak terhadap rumah sakit, terutama rumahsakit milik pemerintah dan pemerintah daerah sebagai provider utama pelayanankesehatan tingkat lanjut. Diperlukan strategi yang fokus pada peningkatkan kinerjasecara terintegrasi untuk meminimalkan cost, merasionalisasi waste, sertameningkatkan efisiensi business process tanpa mengabaikan clinical pathway yangmengacu pada standar pelayanan profesi. Tujuan dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh pemberlakuan JKN terhadap kinerja rumah sakit umum daerahyang meliputi aspek kinerja keuangan dan hospital base rate. Penelitian dilakukanmenggunakan data laporan keuangan periode 2012 - 2015 dan data klaim BPJS untukmenghitung hospital base rate di dua RSUD tipe C di kabupaten Sukabumi. Selamaperiode 2012 - 2015 terjadi kenaikan dari total aset dan aset lancar, terutama kas dansetara kas sangat meningkat setelah pemberlakuan Jaminan Kesehatan Nasional padatahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Peningkatan Aset disertai juga denganpeningkatan liabilitas. Peningkatan pendapatan layanan lebih tinggi setelahpemberlakuan JKN jika dibanding periode sebelumnya dan pendapatan dari APBDberkurang setelah pemberlakuan JKN di RSUD A. Sedangkan untuk komponen biayajustru peningkatannya lebih rendah setelah pemberlakuan Jaminan KesehatanNasional. Secara umum dilihat dari ratio keuangan, kinerja RSUD mengalamipeningkatan, terutama RSUD A. Case mix indeks meningkat baik pada rawat jalandan rawat inap di RSUD A, sedangkan di RSUD B case mix indek rawat inapmeningkat sedangkan rawat jalan menurun. Hospital Base Rate untuk rawat inap danrawat inap di kedua RSUD meningkat pada periode 2014 - 2015.
National Health Insurance NHI implementation in Indonesia since 2014 hastransformed most of the payment system in the hospital from fee for service into aprospective payment system based on INA CBGs. Necessary strategies formanagement hospital that focus on enhancing performance in an integrated tominimize cost, rationalize waste, and improve business process efficiency withoutneglecting clinical pathways refers to the standard of professional services. Thepurpose of this study was to determine the effect of the implementation of NHI on theperformance of district public hospitals were covering aspects of financialperformance and hospital base rate HBR . In order to conduct a financial analysisthis study uses financial statement period 2012 ndash 2015 and BPJS claims period 2014 2015 to calculate the HBR in two type C public hospitals in Sukabumi. During 2012 2015 there was an increase of total assets and current, primarily cash and cashequivalents greatly increased after NHI period in 2014. The increase in assets isaccompanied also by an increase in liabilities. Improved medical revenue after NHIperiod higher if compared to the previous period and revenues from the localgoverment budget APBD was reduced after NHI period. As for the expensesprecisely the increase is lower after NHI period. In general, if viewed from thefinancial ratios, the performance of hospitals has increased. Case mix index increasedon both outpatient visit and inpatient admission at District Hospital A, while inDistrict Hospital B case mix index increased on inpatient admission and decreased onoutpatient visit. Hospital Base Rate on inpatient admission and outpatient visit in bothhospital increased during 2014 2015.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47706
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwany Amalliah Badruddin
Abstrak :
Karies gigi merupakan masalah kesehatan global dan penyakit gigi yang paling tinggi prevalensinya. Peningkatan masalah penyakit karies gigi di Indonesia masih mengkhawatirkan berdasarkan tren prevalensi pada Riskesdas 2007 sampai 2018, sedangkan Pemerintah telah menetapkan target Indonesia Bebas Karies 2030 untuk kelompok usia 12 tahun. Tren peningkatan prevalensi dan keparahan penyakit karies gigi terjadi pada semua umur, karena itu, tujuan penelitian ini adalah meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman karies di Indonesia melalui data populasi Indonesia dengan pendekatan siklus kehidupan. Metode: Analisis data sekunder dari Riskesdas 2018 berdasarkan kelompok usia menurut WHO, yaitu kelompok usia 5, 12, 15, 35-44 dan 65-74 tahun. Hasil: Besar sampel untuk masing-masing kelompok usia adalah 668, 690, 649, 8123 dan 2602 subjek. Prevalensi penyakit karies gigi pada masing-masing kelompok usia adalah 93,4%, 68,8%, 68,1%, 92,1% dan 95,2%. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pengalaman karies pada kelompok anak dan remaja, adalah variabel persepsi tentang masalah kesehatan gigi, dengan nilai asosiasi Odds Ratio (OR) berkisar antara 3,066 sampai dengan 11,714. Faktor sosioekonomi dan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi juga menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pengalaman karies anak dan remaja. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pengalaman karies pada kelompok dewasa adalah jenis kelamin (OR=2,007;95%CI 1,703-2,366). Sedangkan untuk kelompok lansia, faktor yang paling berpengaruh terhadap pengalaman karies adalah faktor kecukupan tenaga dokter gigi di puskesmas pada tingkat provinsi (OR=1,626;95%CI 1,069-2,475). Faktor merokok aktif menunjukkan asosiasi yang kuat (OR>1; p<0,05) di kelompok dewasa dan lansia.  Kesimpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap pengalaman karies berbeda pada setiap kelompok usia. Hal ini berimplikasi pada program pencegahan penyakit karies gigi. ......Dental caries is a global health problem and the highest prevalence of dental disease. The increase in the problem of dental caries in Indonesia is still worrying based on the prevalence trend in Riskesdas 2007 to 2018, while the Government has set the 2030 Caries-Free Indonesia target for the 12 year age group. The trend of increasing prevalence and severity of dental caries occurs at all ages, therefore, the purpose of this study is to examine the factors that influence the caries experience in Indonesia through Indonesian population data with a life cycle approach. Methods: Analysis of secondary data from Riskesdas 2018 based on age groups according to WHO, namely age groups 5, 12, 15, 35-44 and 65-74 years. Results: The sample sizes for each age group were 668, 690, 649, 8123 and 2602 subjects. The prevalence of dental caries in each age group was 93.4%, 68.8%, 68.1%, 92.1% and 95.2%, respectively. The most influential factor on the caries experience in the group of children and adolescents is the variable perception of dental health problems, with the association value of Odds Ratio (OR) ranging from 3.066 to 11.714. Socioeconomic factors and utilization of dental health services also showed a significant relationship with the caries experience of children and adolescents. The most influential factor on the caries experience in the adult group was gender (OR=2.007; 95%CI 1.703-2.366). As for the elderly group, the most influential factor on caries experience was the adequacy of dental personnel at Public Health Centre at the provincial level (OR=1,626; 95%CI 1.069-2.475). The active smoking factor showed a strong association (OR>1; p<0.05) in the adult and elderly groups. Conclusion: The factors that influence the caries experience are different in each age group. This has implications for the dental caries prevention program.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library