Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilis Chodijah
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilah Rahmawati Wahyudi
"Penelitian tentang kerajaan di sekitar Kota Palembang telah dilakukan oleh beberapa orang ahli arkeologi dan beberapa dari disiplin ilmu lain. Namun demikian belum ada penelitian tentang lokasi pusat pemerintahan yang ditinjau dari sudut pandang ilmu geografi. Skripsi ini membahas tentang pergeseran lokasi pusat pemerintahan di Kota Palembang pada masa Sriwijaya (abad ke-7) hingga masa pemerintahan Kolonial (abad ke-20). Lokasi pusat pemerintahan kerajaan yang berada di sekitar Kota Palembang dilakukan dengan mengumpulkan bukti-bukti situs peninggalan masa lampau yang ditelusuri melalui peta dan dan pustaka sejarah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui analisis keruangan dan analisis isi. Analisis keruangan dilakukan terhadap sumber data yang berupa peta sedangkan analisis isi dilakukan untuk data yang berupa deskripsi kesejaraha. Selanjutnya hasil analisis tersebut dideskripsikan dengan menggunakan pendekatan Geografi Regional. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pusat pemerintahan yang di Kota Palembang, berada tidak jauh dari sumber air, bergerak dari arah timur kebarat kemudian bergeser kembali kesebalah barat. Adapun faktor yang mempengaruhi pergeseran lokasi pusat pemerintahan adalah faktor fisik seperti ketinggian, bentuk medan, jarak dengan sungai, serta keadaan geologi wilayah.

The research about the kingdom around the Palembang City was carried out by several people of archeology and some of the discipline of other knowledge of the expert. Nevertheless did not yet have the research about the location of the centre of the government that was inspected from the point of view of geography knowledge. This thesis discussed about the shift in the location of the centre of the government in the Palembang City in the Sriwijaya period (the 7th age) through to the government's Colonial period (the 20th age). The location of the centre of the government of the kingdom that was around the Palembang City was carried out by gathering site proof of the legacy of the past that was investigated through the map and and the history book. This research was carried out with the qualitative approach through the analysis keruangan and the analysis of the contents. The analysis keruangan was carried out towards the source of the data that took the form of the map whereas the analysis of the contents was carried out for the data that took the form of the description kesejaraha. Further results of this analysis were described by using the Regional Geography approach. Results of the research showed that the centre of the government that in the Palembang City, was was not far from the source of water, moving from the east to the west afterwards shifted again kesebalah west. As for the factor that influenced the shift in the location of the centre of the government was the physical factor like the height, the Medan form, the distance with the river, as well as the situation of territory geology."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34130
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Diah Kusumawardhani
"Skripsi ini membahas tentang sebaran rumput laut berdasarkan faktor fisik dan alaminya dan juga wilayah intensitas budidaya rumput laut di pantai karst Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menujukan bahwa secara potensial terdapat tiga tingkat potensial sebaran rumput laut di daerah penelitian yaitu tingkat potensial sedang, rendah dan tidak potensial. Sedangkan secara aktual rumput laut ditemukan di seluruh daerah penelitian kecuali di perairan pantai Baron. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa secara umum tingkat intensitas budidaya rumput laut di Kabupaten Gunungkidul masih rendah.

Focus of this study in about seaweed scattered not only base on physical factors but also its natural scattered and the intensity area of seaweed culture. This is a descriptive research which uses spatial and descriptive analysis. There are three level of potential area base on physical factors. Seaweed naturally scattered almost in all beach karst in Gunungkidul except in Baron beach. This research also gives information that seaweed culture intensity in Kabupaten Gunungkidul under the standard."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34175
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Dharma Saputra
"Wilayah karst di Indonesia memiliki karakteristik yang beragam. Salah satunya adalah Wilayah Karst Gombong Selatan yang bertipe kokpit. Bagian lembah karst bertipe kokpit, disebut dengan dolina, merupakan depresi tempat tersalurkannya air yang dapat tertampung membentuk telaga atau diteruskan menjadi aliran bawah tanah. Morfometri dolina merupakan salah satu cara menyediakan data dasar dalam upaya pelestarian lingkungan. Identifikasi dolina dilakukan dengan pengukuran untuk mendapatkan karakteristik kuantitatif. Selanjutnya ditambahkan dengan karakteristik lokasi ketinggian dolina, lokasi kelerengan dolina dan posisi topografi dolina. Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik dolina pada wilayah ketinggian, kelerengan dan posisi topografi.
Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi suatu dolina maka kecenderungan luas dan kelilingnya semakin kecil. Sebagian besar dolina berada pada kelerengan 0-2% dan berada posisi topografi lembah. Semakin tinggi lokasi dolina maka ukuran luas permukaan dan panjang keliling permukaan cenderung semakin rendah. Dolina dengan klasifikasi luas kecil (2.000-8.000 m2) dan keliling pendek (205-430 m) sebagian besar berada di bagian tengah Wilayah Karst Gombong Selatan pada ketinggian 300-400 mdpl.

Characteristics of karst region in Indonesia are in moderately varied types. Southern Gombong Karst Region with a cockpit-type is one of the karst region characteristics. Doline, karst basin with a cockpit-type, is a depression where water can be formed as water base-flow or ground water. Morphometry of doline is one of the options to provide basic data for natural reservation. Doline identification is obtained by a characteristic quantitative measurement. Furthermore, it is obtained by adding measurements of doline topography location, doline steep location and doline topography position. Then, analyze on topography, steep and position of doline characteristic is being conducted.
Based on the research result, it indicates that the higher doline will have the narrower length and space. Most of the dolines are located on the 0-2 percent steep and sited on the basin. The higher doline will have the smaller surface space and length. Dolines with smaller space qualification (from 2,000 to 8,000 m2) and shorter length qualification (from 205 to 430 m) are mostly located in the mid area of Southern Gombong Karst Region, in the height between 300-400 meters above the sea level."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34086
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Kota Bukittinggi merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. Kota Bukittinggi memiliki beberapa objek wisata yang banyak menarik kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perkembangan fasilitas wisata di Kota Bukittinggi tahun 1994-2007, yaitu dengan cara mengkorelasikan lokasi dan jumlah fasilitas wisata dengan lokasi objek wisata, jumlah wisatawan, dan jaringan jalan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan spasial dan metode deskriptif dengan membagi tahun penelitian menjadi tiga periode,yaitu periode I (1994-1997), periode II (1998-2002), periode III (2003-2007). Pola perkembangan fasilitas wisata Kota Bukittinggi Tahun 1994-2007 mengelompok di pusat kota dan linear mengikuti jaringan jalan utama kota menuju ke arah Padang.

City of Bukittinggi is one of the main tourist destination of Indonesia is located in the Province of West Sumatra. Bukittinggi city has a few objects that attract many tourists visit the archipelago and abroad. This study aims to determine the pattern of tourism facilities in the city of Bukittinggi in 1994-2007, that is the way to correlate the location and number of facilities with tourism object location, the number of tourists, and the road network. Method used in this research approach, namely spatial and descriptive method by dividing a three-year research period, the period I (1994-1997), period II (1998-2002), period III (2003-2007). The development pattern of tourism facilities at Bukittinggi city in 1994-2007 is clustering in city center and linearing at city street network heading to Padang."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma Kalsuma
"Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat di alam dalam tingkat/grade yang berbeda dari lignit, subbitumine, antrasit. Batubara cukup banyak ditemukan di Indonesia, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Potensi sumber daya alam, berupa tambang batubara, yang terdapat di Kalimantan Selatan cukup besar dengan kualitas yang baik, serta keberadaannya hampir menyebar di seluruh Kabupaten. Berdasarkan data dari Indonesian Coal Mining Assosiation pada tahun 2001, cadangan batubara Kalimantan selatan yang terukur (pasti) adalah 2,428 milyar ton, dan yang terindikasi sekitar 4,101 milyar ton. Sehingga paling tidak sampai saat ini terdapat cadangan batubara yang sudah ditemukan sebesar 6,529 milyar ton. Kebutuhan akan batubara yang meningkat, tetapi tidak diimbangi dengan luasan area penambangan dengan inilah terjadi pembukaan lahan untuk menambang yang terindentifikasikan sebagai area PETI. Pada tahun 2007 ditemukan aktifitas PETI yang terjadi tidak hanya di luar konsesi tambang, tetapi juga terdapat di dalam konsesi tambang. Hasil penambangan itu pun terdistribusi melalui transportasi darat dengan menggunakan truck truck yang setiap harinya lalu lalang melalui jalan arteri.
Hasil temuan selama identifikasi langsung di daerah penelitan, bahwa ditemukan 16 titik lokasi PETI di Kalimantan Selatan. Dari hasil pengolahan hasil identifikasi langsung, didapatkan dua karakteristik PETI, yaitu PETI Padat Modal dan PETI Padat Karya. Sebaran PETI di Kalimantan Selatan yang masuk ke dalam kelompok jenis PETI padat modal terdapat di bagian barat pegunungan Meratus yaitu sebanyak 7 titik, tersebar pada Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, dan Hulu Sungai Selatan; sedangkan pada bagian timur pegunungan Meratus baik PETI padat karya dan PETI padat modal kedudukannya relatif seimbang, sebarannya terdapat pada Kabupaten Tanah Bumbu dan Tanah Laut. Karakteristik lokasi PETI yang berada di dalam konsesi tambang dan keberadaanya jauh dari jalan arteri merupakan PETI padat modal, sedangkan PETI yang berada di luar konsesi tambang dan keberadaanya dekat dengan jalan arteri merupakan PETI padat karya.

Coal is a mix of heterogenic solid which can be found on earth in many different ranks such as lignite, sub-bituminous, and anthracite. Coal is found in many parts of Indonesia, spread from Sumatera, Kalimantan, to Papua. Kalimantan in particular, has quite abundance and high quality of potential natural resource especially for coal mining. It spreads evenly in every district. Based on data from Indonesia Coal Mining Association in 2001, the measured coal deposit in South Kalimantan reached 2,428 billion tons in real, and the predicted coal deposit could reach 4,101 billion tons. It indicates that 6,529 billion tons of coal deposit has been founded until now. The increasing need of coal without any expansion of mining area has evoked some exploration activities that indentified as illegal coal mining (PETI). In 2007, PETI activities have been founded not only at outsides of the coal mining concession zone but also inside of it. The coal productions are landline distributed, with trucks which pass the arterial road every single day.
The direct identifications on this research have found 16 spot of illegal coal mining (PETI) across South Kalimantan. Two types of PETI characteristic has been also detected from the findings: labor intensive PETI (PETI padat karya) and capital intense PETI (Peti padat modal). The capital intensive PETI spreads along the west side of Meratus Mountains in 7 main spots: Banjar district, Hulu Sungai Utara district, Hulu Sungai Tengah district, and Hulu Sungai Selatan district. The east side of Meratus Mountains on the other hand, has a relatively balance distribution between the labor intensive PETI and capital intense PETI, It spreads along the Tanah Bumbu district and Tanah Laut district. PETI whose area is far from arterial road and located inside of mining concession zone is commonly become the capital intense type. On the other hand, PETI whose area is near from arterial road and located outside of mining concession zone is typically become the labor intensive type.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34075
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyota Adhishakti Nandana
"Pandai besi merupakan salah satu kegiatan industri sekunder di pedesaan selain pertanian. Pandai besi tersebar di desa-desa di Indonesia,dan salah satunya di Kecamatan Cisaat. Pandai besi yang terdapat di Cisaat mengalami penyusutan sejak periode tahun 1980. Penelitian ini mengkaji pola keruangan lokasi pandai besi di Kecamatan Cisaat berdasarkan variabel lokasi pandai besi, produksi, dan pasca produksi dari setiap pandai besi dengan menggunakan metode deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum sebaran lokasi pandai besi di Kecamatan Cisaat menunjukkan pola mengelompok dilihat dari jarak masing-masing titik yang berdekatan. Di dalam pola yang mengelompok ini terdapat perbedaan yang dilihat dari faktor produksi dan pasca produksi pandai besi. Berdasarkan faktor tersebut, maka pola keruangan pandai besi di kecamatan Cisaat secara detil terlihat variatif. Pandai besi yang memiliki komoditi, modal, tenaga kerja, jenis produk, jumlah produksi paling variatif dan usia usaha yang paling tua terdapat di wilayah yang dekat dengan pusat pertokoan industri logam.

Blacksmith is one of the secondary industrial activities in rural areas besides agriculture. Blacksmiths scattered in villages in Indonesia, and one of them is exist in Cisaat District. Blacksmith contained in Cisaat shrinkage since the period of 1980. This study examines the pattern of spatial location of a blacksmith in the District based on the blacksmith's location variable, production, and post-production of any blacksmith using descriptive methods.
The results showed that the overall distribution of blacksmith's locations in the Cisaat District is form into clustered patterns, seen from the distance that are close between each points. In the clustered pattern seen there are differences of factors of production and post production blacksmith. Based on these factors, in detail, the spatial pattern of blacksmiths in the Cisaat District look varied. Blacksmiths who have a commodity, capital, labor, product variation, the amount of production of the most varied and the longest workshop period are found in areas that close to the metal industry market center.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1448
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firly Maiyang Sariwati Dewi
"ABSTRACT
Batik telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-19 dan menjadi warisan budaya Indonesia. Batik sendiri memiliki karakteristik yang beragam di berbagai daerah, salah satunya yaitu batik Indramayu atau Dermayon. Karakteristik tersebut dapat diketahui salah satunya dari bentuk ragam hias batiknya sebagai gambaran seperti apa daerah batik tersebut diproduksi. Untuk mengetahui ragam hias batik Indramayu apa saja yang paling merepresentasikan daerah produksinya, maka batik Indramayu dinilai dengan dua dasar, yaitu Outstanding Universal Value (OUV) dan Indikasi Geografis (IG). Selain itu, dengan penilaian tersebut dapat diketahui pola keruangan yang terbentuk dari hasil penilaian batik Indramayu berdasarkan OUV dan IG. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif di mana dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara menggunakan daftar pertanyaan kepada perwakilan dari pemilik usaha batik Indramayu maupun pengrajin batik Indramayu yang tersebar di 22 lokasi produsen batik tulis Indramayu. Hasil dari penelitian ini adalah ragam hias sekar niem dan kapal kandas mendapatkan nilai tertinggi berdasarkan IG, sedangkan ragam hias dengan nilai paling rendah yaitu merak berunding, lokchan, liris, parang teja, rajeg wesi, banji, dan sawat riweh. Sementara itu, ragam hias yang paling tinggi nilainya berdasarkan OUV antara lain sekar niem, ganggeng, iwak etong, sisik, iwak petek, kapal kandas, dan bokong semar, sedangkan ragam hias yang paling rendah nilainya antara lain merak berunding, liris, parang teja, dan banji. Ragam hias batik Indramayu yang memiliki penilaian paling baik berdasarkan OUV dan IG adalah ragam hias sekar niem dan kapal kandas, sedangkan ragam hias merak berunding, liris, parang teja, dan banji merupakan ragam hias dengan nilai terendah. Ragam hias kultural memiliki cakupan paling besar dibandingkan dengan ragam hias natural maupun natural dan kultural. Daerah ragam hias kultural tersebar di bagian utara dan meluas di bagian selatan, daerah ragam hias natural lebih terkonsentrasi di pusat dan ke barat, dan daerah gabungan ragam hias kultural dan natural berada di pusat, tetapi daerah ini meluas ke barat dan ke timur.

ABSTRACT
Batik has been known in Indonesia since the 19 century and has become an Indonesian cultural heritage. Batik itself has various characteristics in various regions, one of which is Indramayu or Dermayon batik. These characteristics can be seen from one of the forms of batik ornament as an illustration of what the area of batik was produced. To find out which Indramayu batik ornaments represent the production area the most, Indramayu batik is judged on two grounds, namely Outstanding Universal Value (OUV) and Geographical Indication (GI). In addition, with this assessment, it can be seen the distribution pattern formed from the results of the assessment of Indramayu batik based on OUV and GI. This study used a qualitative method in which the data collection was carried out by interviewing questionnaires to representatives of Indramayu batik business owners and craftsmen spread across 22 locations of Indramayu batik producers. The results of this study are sekar niem and kapal kandas ornament get the highest value based on IG, while the ornament with the lowest value are merak berunding, lokchan, liris, parang teja, rajeg wesi, banji, and sawat riweh. Meanwhile, the highest value of ornament based on OUV includes sekar niem, ganggeng, iwak etong, sisik, iwak petek, kapal kandas, and bokong semar, while the lowest value of ornamentation is merak berunding, liris, parang teja, and banji. The Indramayu batik ornament that has the best rating based on OUV and IG is sekar niem dan kapal kandas, while the ornament of merak berunding, liris, parang teja, and banji are the lowest value decoration. Cultural ornament has the largest coverage compared to natural and natural and cultural ornaments. The area of cultural ornament is spread in the north and extends to the south, the area of natural ornament is more concentrated in the center and extends to the west, and the combined area of cultural and natural decoration is in the center, but this area extends to the west and east."
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Sava
"ABSTRAK
Dewasa ini, muncul kebiasaan baru dalam kalangan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk berburu kuliner. Hal ini menciptakan suatu fenomena yang kemudian disebut sebagai wisata kuliner dimana para wisatawan tidak segan untuk membayar mahal agar dapat mencicipi hidangan khas dari suatu wilayah. Kota Yogyakarta pada umumnya yang mengalami perubahan struktural sektor agrikultur menuju manufaktur (tenaga mesin) hingga akhirnya mencapai sektor jasa, wilayah kota Yogyakarta mengalami loncatan dari sektor agrikultur ke sektor jasa dimana industri pariwisata berada di dalamnya, termasuk pariwisata kuliner dengan makanan-makanan khas Yogyakarta seperti gudek, bakpia, yangko, dan lain sebagainya. Disamping makanan tradisional, terdapat juga makanan-makanan khas Yogyakarta yang merupakan hasil dari akulturasi budaya. Sebagai contoh, terdapat bakmi yogya, bakmi pentil, dan mie des yang merupakan hasil dari perpaduan antara budaya Tiongkok dengan budaya lokal. Akulturasi budaya kuliner tersebut dapat dilihat antara lain dari bahan utama, cara penyajian, serta cara pengemasan makanan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, survey lapang akan dilakukan unuk meletakan posisi (plotting) berbagai rumah makan atau restoran di Kota Yogyakarta yang hasilnya kemudian akan diolah untuk menghasilkan sebuah peta pola spasial akulturasi kuliner asing di Kota Yogyakarta dalam jangka waktu antara tahun 2005-2018.

ABSTRACT
New habits among tourists, both from domestic and abroad, in culinary hunt are emerging today. It creates a phenomenon later called culinary tourism where the tourists do not hesitate to pay in a heavy price in order to taste the local dishes of the region. Unlike the Regions of Daerah Istimewa Yogyakarta in general that is undergoing a structural change to agricultural sector towards manufacturing (power machines), the City of Yogyakarta experienced a leap from the agricultural sector to the services sector this is includes the tourism industry which also carries with the culinary tourism with local foods of Yogyakarta as gudek, bakpia, yangko, and so forth. Besides the traditional food, there are also food from Yogyakarta that emerges as the result of acculturation. For example, Bakmie Yogya, Bakmie Pentil and Mie Des. These culinary are the outcome of the combination between Chinese culture with local culture. The culinary culture acculturation can be seen among others from the main material, manner of presentation, as well as a way of packaging food. By paying attention to these aspects, field survey will be conducted by plotting a variety of restaurants in Yogyakarta then processed to produce a map of the spatial pattern of acculturation foreign cuisine in the city of Yogyakarta since 2005-2018."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Affan Muhammad
"Bali merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terkenal dengan perpaduan keindahan alam dan kekayaan budaya yang unik, adalah tempat di mana tradisi, geografi, dan agama berjalin dalam keseimbangan yang terus dipertahankan dari zaman dahulu hingga saat ini. Sebagai tempat tinggal mayoritas umat Hindu di Indonesia, Bali ditandai dengan praktik Hinduisme yang dinamis, di mana ritual dan upacara agama adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Salah satu upacara tersebut adalah Ritual Melasti, sebuah prosesi agama yang signifikan melambangkan penyucian spiritual yang dilakukan di dekat area pantai atau sumber air besar, salah satunya di desa Baktiseraga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik pendukung dan alam, serta pola pergerakan partisipatif pendukung yang terbentuk saat prosesi ritual Melasti berlangsung di Dusun Galiran. Data yang dikumpulkan berupa data wawancara dan observasi yang mencakup rute pergerakan ritual Melasti, sebaran pemuka agama dan budaya, masyarakat pendatang, masyarakat lokal, dan turis, serta studi literatur yang kemudian di analisis secara spasial deskriptif untuk di analisa pola pergerakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pendukung memiliki peranan yang berbeda dan penting dalam proses ritual melasti. Karakteristik fisik seperti kemiringan lereng dan ketinggian menjelaskan mengenai jarak yang ditempuh dan lokasi terjauh. Selain itu, pola pergerakan yang ditemui terbagi menjadi gerak profan, sakral, dan thirtha amertha.

Bali is a province in Indonesia, renowned for its unique blend of natural beauty and cultural richness. It is a place where tradition, geography, and religion intertwine in a balance that has been maintained from ancient times to the present. As home to the majority of Hindus in Indonesia, Bali is characterized by its dynamic practice of Hinduism, where religious rituals and ceremonies are an integral part of everyday life. One such ceremony is the Melasti Ceremony, a significant religious procession symbolizing spiritual purification, which is performed near coastal areas or large water bodies, including Baktiseraga village. This research aims to explain the supporting characteristics and nature, as well as the participatory movement pattern formed during the Melasti Ritual procession in Galiran hamlet. The collected data consists of interview and observation data that includes the Melasti Ritual movement route, the distribution of religious and cultural leaders, incoming communities, local communities, and tourists, as well as literature studies, which are then analyzed descriptively spatially to analyze the movement pattern. The results of the study show that supporting characteristics play different and important roles in the Melasti ritual process. Physical characteristics such as slope and altitude explain the distance traveled and the farthest location. In addition, the observed movement patterns are divided into profane, sacred, and thirtha amertha movements."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>