Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aribowo
Abstrak :
ABSTRAK
Lembaga pelayanan sosial yang memberikan pelayanan seringkali memperoleh pertanyaan dari berbagai kalangan yang berkisar tentang tujuan atau misi utamanya dalam memandang kelayan, yaitu apakah lembaga pelayanan sosial itu telah melaksanakan misi pemberdayaan kelayan dalam pelayanannya.

Penelitian ini berupaya untuk mengkaji pemberdayaan yang telah dilakukan di lembaga pelayanan tersebut, khususnya pada lembaga sosial SOS Kinderdorf Lembang Bandung. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah. 1) Bagaimana pemberdayaan kelayan yang dilakukan di lembaga pelayanan sosial, 2) Bagaimana hambatan serta kelemahan dari pelaksanaan pemberdayaan kelayan ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Oral ' History° dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.

Komponen utama dalam pemberdayaan yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian inl adalah : a) Hubungan atau relasi yang saling berbagi daya. b) Assessment yang didasarkan pada kemampuan kelayan,
c) Kebersamaan untuk saling tolong menolong. d) Proses pendidikan untuk berpikir kritis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga sosial ini telah menerapkan proses pemberdayaan pada kelayannya yang dillhat dari empat komponen pemberdayaan. Lembaga ini mengembangkan pola asuh keluarga sehingga tercipta suatu relasi kekeluargaan secara akrab. Relasl sosial yang tercipta antara ibu asuh dengan anak asuh ini sangat kondusif bagi pengembangan kebersamaan diantara mereka, sehingga kerja sama saling tolong menolong dapat berkembang dengan baik.

Dialog diantara keduanya dapat tercipta dengan balk, sehingga situasi tersebut dapat dijadikan media bagi tercapainya proses pendidikan yang membebaskan, anak asuh dilatih untuk berani mengemukakan pendapat dan harapannya secara bebas. Hal inilah yang sangat berguna bagi anak asuh untuk mengenal dan memahami situasi yang dihadapinya dengan lebih jelas.

Hambatan utama terletak pada proses assessment yang hanya dipahami oleh ibu asuh saja, tanpa kesempatan bagi orang lain untuk mengkajinya, dengan demikian proses supervisi tidak dapat dilakukan secara intensif. Hal ini disebabkan tidak adanya proses pencatatan dan pelaporan secara sistematis.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Irmawati Djauharie
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang perubahan perubahan kondisi biologis, psikologis dan kondisi sosial pada lanjut usia yang menimbulkan permasalahan dan bagaimana penyesuaian diri lanjut usia terhadap perubahan perubahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan : pada kondisi biologis (kekuatan tubuh, penglihatan, pendengaran, kulit, rambut, gigi, dan kesehatan) sebagian besar responden yaitu 43 - 75 orang atau 57,33 - 100% mengalami perubahan kearah kemunduran, juga pada kondisi psikologis sebagian besar responden antara 55 - 57 orang atau 73,33% - 76% mengalami perubahan. Sementara itu pada kondisi sosial sebagian besar yakni 43 - 64 orang atau 57,3% - 85,33% masih terlibat dalam berbagai kegiatan. Penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi biologis : sebagian besar responden yaitu 90,47% menerima perubahan 7,42% tidak peduli dan 2,1% menolak perubahan. Terhadap perubahan kondisi psikologis sebanyak 93,1% menerima perubahan dan sebanyak 6,85% tidak peduli. Penyesuaian diri terhadap perubahan kondisi sosial hasilnya sebagai berikut sebagian besar yakni 89,76% menerima perubahan, 9,11% tidak peduli dan 1,11% menolak perubahan. Penyesuaian diri disini adalah responden dapat menerima perubahan tersebut berdasarkan pemahaman bahwa perubahan tersebut pasti akan terjadi dan dialami oleh tiap orang pada waktu memasuki masa lanjut usianya, sedangkan ketidakpedulian terhadap terjadinya perubahan tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap permasalahan pada masa lanjut usia itu sendiri. Selanjutnya penolakan terhadap datangnya perubahan pada masa lanjut usia disebabkan karena ketidak pahaman responden terhadap hakikat permasalahan pada masa lanjut usia yang menyebabkan responden tidak mampu mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk menerima perubahan ataupun permasalahan yang terjadi pada masa lanjut usia. Mengenai penyesuaian diri responden berdasarkan karakteristiknya (faktor internal dan eksternal) dapat digambarkan sebagai berikut ; berdasarkan jenis kelamin ternyata responden perempuan lebih dapat menyesuaikan diri hal ini terlihat dari tidak adanya responden perempuan yang tidak peduli ataupun yang menolak perubahan. Selanjutnya usia yang semakin lanjut cenderung memperlihatkan kekurang mampuan responden dalam penyesuaian diri. Tingkat pendidikan ternyata berpengaruh pada penyesuaian diri ; makin tinggi tingkat pendidikan makin dapat lanjut usia menyesuaikan diri. Sementara itu jenis pekerjaan tidak mempunyai pengaruh yang berarti dalam penyesuaian diri. Sedangkan penghasilan dan pemilikan rumah mempunyai pengaruh positif dalam penyesuaian diri responden, hal mana yang terlihat bahwa makin mampan secara ekonomi dan bagi mereka yang memiliki rumah sendiri lebih dapat menyesuaikan diri.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Holungo
Abstrak :
PT. Schering Indonesia adalah sebuah perusahaan industri farmasi dalam bentuk kerja sama pengusaha Indonesia dan Jerman yang telah berdiri sejak tahun 1970 di Jakarta dalam rangka Undang-Undang No.I tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Bentuk kerja sama hanyalah dalam hal permodalan dan pemasaran. Sedangkan mengenai hal lain yang menyangkut operasional perusahaan dilaksanakan langsung oleh induk perusahaan yang berkedudukan di Berlin, Jerman. Berdirinya perusahaan ini bersamaan dengan masuknya puluhan jenis industri yang sama namun demikian masing-masing perusahaan memiliki pangsa pasar sedikit berbeda karena hasil produksinya memiliki ciri tersendiri. Dengan demikian perkembangan perusahaan berjalan cukup baik hingga dapat bertahan sampai sekarang. Seiring dengan perkembangan perusahaan ternyata memberikan dampak lain pada perusahaan yaitu timbulnya permintaan perbaikan kesejahteraan oleh para pekerja sesuai ketentuan peraturan yang berlaku di Indonesia. Para pekerja yang sebelumnya hanya sekedar bekerja untuk mendapatkan upah akhirnya menyadari bahwa perusahaan telah menerapkan sistim perjanjian kerja yang menyimpang dari ketentuan undang-undang mengenai ketenagakerjaan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Penyimpangan yang dilakukan diantaranya adalah adanya perjanjian kerja waktu tertentu yang seharusnya tidak boleh lebih dari tiga tahun ternyata diantara pekerja sudah banyak yang bekerja lebih dari sepuluh tahun dengan status kontrak secara terus menerus. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian atas penerapan perjanjian kerja yang diterapkan di PT. Schering Indonesia yang kemudian dibandingkan dengan perjanjian kerja menurut undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang berlaku. Hal ini sangat menarik perhatian seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran hukum para pekerja secara khusus dan masyarakat secara umum.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001
S20857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Basuki
Abstrak :
Permasalahan utama penelitian ini adalah peranan pembina kelompok dalam perkembangan kelompok penduduk miskin di pedesaan. Sedangkan ruang lingkup penelitian ini meliputi kondisi kehidupan keluarga miskin, efektivitas peranan pembina kelompok dalam pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) serta hubungan antara pelaksanaan peranan pembina kelompok tersebut terhadap kinerja KUBE binaan mereka. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui cara-cara yaitu; studi dokumentasi dari laporan pelaksanaan Program BRS di Gunungkidul yang terdapat di Kanwil Depsos DIY. Kedua pengamatan dan wawancara umum kepada pembina. KUBE serta pengurus KUBE dan beberapa anggota KUBE. Obyek penelitian ini ialah lima KUBE yang penerima Program Bantuan Kesejahteraan Sosial (BKS) pada tahun anggaran 19901991 di Kabupaten Tk II Gunungkidul DIY yaitu: KUBE Sidomulyo yang berada di Desa Dadapayu Kecamatan Semanu, KUBE Sumber Rejeki yang berada di Desa Kenteng Kecamatan Ponjong, KUBE Sumber Urip di Desa Watusiku Kecamatan Ngawen, KUBE Ngudi Lestasi di Desa Jatiayu Recamatan Karangmojo dan KUBE "Gembira" di Desa Karangsari Kecamatan Semin. Hasil penelitian: Pertama; kondisi kehidupan keluarga miskin di daerah ini umumnya dicirikan dengan pemilikan tanah pertanian yang kecil (dibawah 0,50 ha). Karena produktivitas lahan yang rendah maka mereka bekerja serabutan (apa saja) untuk mempertahankan hidupnya. Usaha serabutan itu tidak menentu dan sangat bergantung pada musim dan pasaran kerja yang ada. Kedua; Program BKS yang ditujukan untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui pendekatan kelompok (KUBE) masih dihadapkan pada kinerja para pembina kelompok yang belum semua dapat berperan secara efektif. Tidak semua PSK berperan aktif dalam pelaksanaan seleksi serta penyadaran calon anggota KUBE dan mereka hanya mempercayakan tugas-tugas tersebut kepada aparat desa. Akibatnya PSK kurang memahami kondisi internal (potensi dan sumber-sumber) yang dimiliki anggota KUBE binaan mereka (KUBE Ngudi Lestari dan KUBE "Gembira"). Walaupun kelima PSK umumnya telah dapat memfasilitasi KUBE, (membentuk pengurus, membuat pembagian tugas, menciptakan norma-norma kelompok serta penyaluran stimulan kelompok) namun pada KUBE yang intensitas pembinaannya yang rendah, perangkat kelompok itu tidak dapat berfungsi untuk mendorong perkembangan KUBE. Intensitas pembinaan yang rendah membuat kelompok sulit memanfaatkan semua perangkat yang ada. Bahkan pada KUBE yang berprestasi rendah, timbul konflik diantara anggota yang'sulit dipecahkan. Sebaliknya peran PSK pada dua KUBE Sidomulyo dan sumber Rejeki lebih dapat berkembang karena selain kedua pembina ini mampu memfasilitasi kelompok, mereka juga melaksanakan pembinaan secara intensif. Dari penelitian pada lima KUBE di Gunungkidul ini diketahui bahwa secara umum intensitas pembinaan dari PSK pada PSH akan mempengaruhi pembinaan PSH kepada KUBE. Selanjutnya intensitas kedua pembina kelompok tersebut berpengaruh pada kinerja KUBE binaan mereka. Intensitas pembinaan yang tinggi oleh pembina kelompok akan diikuti dengan prestasi KUBE yang tinggi. Sebaliknya intensitas pembinaan yang rendah akan diikuti kinerja yang rendah pula. Peran pembina kelompok dalam pengembangan usaha TUBE perlu mendapat perhatian serta penghargaan yang seimbang. Artinya peningkatan mutu PSI, maupun PSM sepatutnya memperoleh perhatian sehingga dapat meningkatkan gairah kerja dan tanggung jawabnya sebagai pembina TUBE. Selain itu dibutuhkan Pula suatu pola pembagian togas yang terintegrasi diantara para pembina kelompok, bank dalam materi maupun peran-peran yang seharusnya dilakukan masing-masing. Selanjutnya yang perlu dihindari dalam penampilan peranan ini adalah kecenderungan dominasi pembina kelompok sebagai pengambil keputusan dalam TUBE karena hal ini sangat bertentangan dengan asas pemberdayaan dan keswadayaan kelompok.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library