Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silaen, Ratna Nurlely
"Latar belakang. Nyeri haid yang berkaitan dengan kerja gilir, stres kerja merupakan salah satu gangguan haid yang mengganggu aktivitas sehari-hari wanita pekerja yang memerlukan pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut.
Metode. Penelitian ini di unit produksi pabrik sepatu PT `H' di Tangerang bulan Mei-Juni 2004. Analisis memakai pendekatan rasio odds.. Kasus adalah subyek yang mengeluh nyeri haid yang memerlukan pengobatan (NHMO). Kontrol adalah subyek yang mengeluh nyeri haid tetapi tidak memerlukan pengobatan, Kasus dan kontrol diidentifikasi melalui survei.
Hasil. Kasus sebanyak 80 orang dan kontrol 80 orang. Kaitan stresor kerja dengan keluhan NHMO tidak dapat dibuktikan secara statistik. Sedangkan, keluhan NHMO lebih kecil sebanyak 67% di antara yang berpendidikan SLTA/Akademi dibandingkan pekerja berpendidikan SMP [rasio odds (OR) suaian = 0,33; 95% interval kepercayaan (CI) = 0,09-1,13]. Pekerja yang sudah melahirkan anak 59% lebih kecil mengalami keluhan NHMO (OR suaian = 0,41; 95% CI = 0,20-0,82) dibandingkan dengan yang belum pernah melahirkan. Lebih lanjut, wanita pekerja yang bekerja secara gilir 43% lebih kecil untuk mengalami keluhan NHMO (OR suaian = 0,57; 95% CI = 0,25-1,31) bila dibandingkan dengan yang tidak bekerja gilir. Bila dibandingkan dengan yang hanya untuk membantu keluarga, pekerja yang berperan sebagai pencari nafkah utama keluarga 5 kali lebih besar untuk mengalami keluhan NHMO (OR suaian=5,34; 95%CI=1,01-28,32).
Kesimpulan: Perhatian khusus perlu diberikan kepada pekerja yang berpendidikan SMP, yang bekerja tidak gilir, pencari nafkah utama keluarga, atau yang belum mempunyai anak terhadap keluhan nyeri haid yang memerlukan pengobatan.

The Relationship Between Work Stressors And The Dysmenorrhoea With Therapy Among Of Shoes Employees At PT 'H' In TangerangBack ground Dysmenorrhoea is one of menstrual dysfunction which can found and makes problems, among others related to shift work, job stress. Therefore, the objective of this study was to identify the relationship those risk factors.
Methods. This study was carried out among workers at PT in Tangerang during May to June 2004. The analysis using odds ratio to ident the risks, Case was those who had dysmenorrhoea who needed medication (DIVM), whiles control was those who did not need medication.
Result. There were 80 cases and 80 controls. There was noted that no relationship between job stressors and DMv!.. The factors related to DNM were education, parity. shift work, and the function in the family. Compared to lower junior high school workers, senior high school or undergrade had a lower risk being DNM for 67% /adjusted odds ratio (OR) = 0.33; 95% confidence interval (CI) ; 0.09-1.13]. In addition, those who had baby had 59% lowered being DNM than who did not have baby (OR = 0.41; 95% CI 0.20-0.82), and shift workers also had a lower risk of being DNM for 43% (OR 0.57; 95% CI 0.25-1.31). however, the main earners for family worker had higher risk DNM for 5.3 times than who work to increase their family income (OR = 5,34; 95% CI 1.01-28.32).
Conclusion. The workers who had lower education, no parity, and who were not in shift workers need special attention to lower DNM."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntara Hari
"Latar belakang: Ditemukannya peningkatan proporsi kasus psikiatri pada pasien dengan epilepsi dibandingkan dengan pasien yang tidak pernah mengalami serangan epilepsi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan proporsi dan profil gambaran gejala psikosis episodik, serta rentang waktu antara awitan penyakit epilepsi dengan awitan gejala psikosis episodik pada pasien epilepsi.
Metode: Penefitian ini menggunakan rancangan potong lintang dengan subyek pasien rawat jaian di Paliklinik Syaraf. Pada setiap subyek dilakukan wawancara psikiatri terstruktur berdasarkan butir-butir kuesioner DIP versi Indonesia. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menjabarkan data-data hasil penelitian.
Hasil: Dari ke-80 subyek terdapat total 20% subyek yang menyatakan mengalami gejala psikosis episodik, pada beberapa subyek terdapat lebih dari satu gejala, sementara pada subyek lain hanya satu gejala psikosis episodic saja. Angka rerata rentang waktu dari saat awitan sampai munculnya gejala pslkotik dari ke-16 subyek ini 9 tahun dengan standar deviasi 6,663 tahun.
Simpulan: Pada penelitian ini 20% pasien epilepsi mengalami gejala psikosis episodik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 18168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Steven
"Latar Belakang: Penilaian pola kelekatan adalah hal yang penting dalam proses psikoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen untuk menilai pola kelekatan, yaitu ECR-R versi Bahasa Indonesia dan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Penelitian ini dilakukan di Unit Rawat Jalan Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Februari hingga April 2017 N= 360, usia 18 hingga 59 tahun. Uji validitas isi memperoleh koefisien 1,00 yang menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dalam instrumen sesuai dengan teori. Uji validitas konstruksi membuktkan bahwa butir-butir pertanyaan dalam instrumen mewakili konstruksi teoritis dan konseptual. Uji reliabilitas dengan penghitungan koefisien Cronbach's Alpha memperoleh hasil 0,887 yang menunjukkan konsistensi internal instrumen adalah baik. Penelitian ini menghasilkan instrumen ECR-R versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal dalam menilai pola kelekatan.

Background: Assessment of attachment pattern is important in the process of psychotherapy. This research aimed to obtain a valid and reliable Indonesian version of Experiences in Close Relationships Revised ECR R , an instrument to assess attachment pattern. The study was conducted at a psychiatric outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital, Indonesia on February until April 2017. There were 360 subjects participated in the study, aged between 18 to 59 years. Validity score for ECR R was 1,00. All items in Indonesian version of ECR R were suited the theory of attachment. The construction validity test showed that all items in ECR R represent both theoretical and conceptual construction. Cronbach rsquo s Alpha for ECR R was 0,887 which showed good internal consistency. Therefore, Indonesian version of ECR R is a valid and reliable instrument to assess attachment pattern.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistiana Dewi
"ABSTRAK
Latar Belakang : Penilaian kebutuhan orang dengan skizofrenia adalah tugas penting bagi semua pihak yang terkait sehingga dapat mengurangi hendaya dalam penurunan fungsi baik fisik, psikologis atau sosial.Tujuan: Mengetahui gambaran kebutuhan hidup orang dengan skizofrenia menurut dirinya dan caregiver. Metode:Masing-masing sembilan puluh orang dengan skizofrenia yang berobat jalan dan caregivernya di poliklinik psikiatri RSCM, dengan consecutive sampling, dengan menggunakan instrumen CANSAS, Clinical Global Impression-Severity (CGI-S) dan Global Assessment Fungtioning (GAF).Hasil :Dari 22 butir pertanyaan CANSAS rata-rata kebutuhan yang dilaporkanorang dengan skizofrenia adalah 9 kebutuhan, sedangkan caregivernya 12 kebutuhan.Reratadari Global Assessment Fungtioning (GAF) adalah 40-50, Clinical Global Impression-Severity (CGI-S) adalah2-3. Baik orang dengan skizofrenia maupun caregivernya menilai adanya masalah pada kebutuhan fisik yang lebih tinggi dibanding kebutuhan lainnya. Kesimpulan : Dalam menilai kebutuhan hidup orang dengan skizofrenia ternyata tidak hanya fokus pada kebutuhan pada gejala psikotiknya saja, tetapi kebutuhan fisik juga dinilai penting baik bagi orang dengan skizofrenianya maupun caregiver.

ABSTRACT
Background: Assessment of the needs of people with schizophrenia is an important task for all stakeholders so that they can reduce the impairment in physical, psychological or social function.AimAssessing the the needs of people living with schizophrenia based on themselves and the caregivers, and to obtain the differences between those assessment.Method:Ninety people with schizophrenia and ninety of their caregivers in RSCM outpatient clinic, using consecutive sampling. Instruments used by researcherduring the interview for people with schizophrenia and their caregivers are CANSAS, Clinical Global Impression-Severity (CGI-S) and Global Assessment Fungtioning (GAF).Result: Using CANSAS instrument, the mean total of needs reportedfor people with schizophrenia and their caregivers reported 9 and 12, respectively. The mean of Global Assessment Functioning (GAF) was range of 40-50, and Clinical Global Impression-Severity (CGI-S) was 2-3. Both people with schizophrenia and their caregivers assessed the problem of need on physical health higher than other needs.Conclusion: Assessment of the needs of people with schizophrenia was not only focused on the needs of the psychotic symptoms, but also physical needs which were considered important both for people with schizophrenia and their caregivers."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shandy
"ABSTRAK
Latar belakang : Cara dokter anestesiologi berkomunikasi dengan pasien menentukan kepuasan dan kecemasan pasien praopeatif. Salah satu metode komunikasi yang awalnya dikembangkan oleh Stuart dan Lieberman untuk pendekatan psikoterapi sederhana adalah metode BATHE. Metode wawancara BATHE (disesuaikan untuk Klinik Praoperatif) terdiri atas empat pertanyaan spesifik mengenai latar Belakang pasien, perasaan (Afeksi) pasien berpikir tentang operasi, hal yang paling diTakutkan pasien menghadapi operasi atau pembiusan, Harapan-harapan pasien, diikuti dengan suatu tanggapan Empati serta pemberian penjelasan (Edukasi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penggunaan metode wawancara BATHE terhadap kepuasan dan kecemasan pasien yang berkunjung di Klinik Praoperatif.
Metode : Penelitian ini dilakukan pada 270 pasien tanpa randomisasi yang berkunjung di Klinik Praoperatif, 135 pasien diwawancara biasa (non BATHE) dan 135 pasien lainnya dengan metode BATHE. Kecemasan pasien dinilai pra dan pascawawancara menggunakan perangkat Visual Analoque Scale, rentang nilai 0 (tidak cemas) sampai 100 (kecemasan maksimal). Kepuasan pasien sesudah kunjungan dinilai melalui kuesioner dengan rentang nilai 1 (tidak puas) sampai 5 (sangat puas).
Hasil : Pasien yang diwawancarai dengan metode BATHE memiliki rata-rata skor kepuasan yang lebih tinggi secara bermakna daripada pasien yang diwawancarai tanpa metode BATHE (3,97 ± 0,49 vs 3,64 ± 0,51). Selain itu, pasien kelompok BATHE memiliki skor kecemasan yang lebih rendah secara bermakna daripada kelompok non BATHE (22,95 ± 16,87 vs 32,57 ± 23,65).
Kesimpulan : Metode wawancara BATHE bermanfaat untuk menambah kepuasan dan mengurangi kecemasan pasien yang berkunjung di Klinik Praoperatif.

ABSTRACT
Background : The way how the anesthesiologists do communicate determines patient satisfaction and also preoperative anxiety. BATHE method is one of the communication method developed by Stuart and Lieberman as a psychotherapy approach. This method (adapted for the Preoperative Clinic) includes four specific questions about patient’s Background, patient’s Affect thinking about operation, most Troubling aspect of having surgery or anesthesia, patient’s Hope, followed by Empathy expression and giving Education. The aim of this study was to know the effect of BATHE method on patient satisfaction and anxiety in the Preoperative Clinic.
Method : This study was conducted on 270 non-randomized patients who visited in Preoperative Clinic, 135 patients interviewed by usual method (non BATHE) and 135 other patients by BATHE method. Visual Analoque Scale, range from 0 (no anxiety) until 100 (maximal anxiety), was used to asses patient anxiety pre and post interviewed. Patient satisfaction was assessed using quesionaire, the score range from 1 (very poor) until 5 (very good).
Result : The mean overall patient satisfaction in the BATHE group was higher significantly than the non BATHE group (3,97 ± 0,49 vs 3,64 ± 0,51). Moreover, the mean anxiety score in the BATHE group was lower significantly than the non BATHE group (22,95 ± 16,87 vs 32,57 ± 23,65).
Conclusion : The BATHE method improves patient satisfaction and decreases patient anxiety in the setting of Preoperative Clinic."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library