Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jefri Sukmawan
"Adhesi peritendon pasca reparasi tendon hingga saat ini masih menjadi masalah dalam perbaikan fungsi gliding tendon. Banyak metode untuk mencegah adhesi peritendon, diantaranya dengan membran amnion liofilisasi atau asam hialuronat. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui peran kombinasi membran amnion liofilisasi dan asam hialuronat.
Penelitian dilakukan terhadap 16 ekor kelinci putih New Zealand yang menjalani pemotongan dan reparasi tendon digitorum fibularis, lalu diberikan membran amnion liofilisasi, asam hialuronat, dan kombinasi keduanya.
Evaluasi dilakukan secara makroskopik dan histologik pada minggu ke-6, dan rentang gerak untuk gliding tendon pada minggu ke-10. Pemberian kombinasi membran amnion liofilisasi dan asam hialuronat terbukti dapat mengurangi adhesi peritendon pasca reparasi tendon.

In spite of improvements in surgical techniques and post-operative rehabilitation programmes, the result of surgery on flexor tendons is still highly unpredictable because of adhesion formations. Several methods have been used to solve the problem but never achieved adequate reduction of peritendinous adhesion.
The purpose of this experimental study is to know the effect of lyophilized amniotic membrane, hyaluronic acid, and combination of both in preventing post repair peritendinous adhesion. We used 16 rabbits with severed flexor digitorum fibularis underwent repair and treated with lyophilized amniotic membrane, hyaluronic acid, and combination of both.
Then several evaluations performed; macroscopic and histologic (after six weeks) and range of motion (after ten weeks). Intra-operative application of a combination of amniotic membrane and hyaluronic acid appears to be effective in preventing adhesions of the flexor tendon.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Pratama Masri
"Pendahuluan: Otot Palmaris Longus adalah salah satu otot pada grup fleksor lengan bawah manusia. Palmaris Longus ini sering digunakan dalam prosedur medis di berbagai bidang, khususnya di bidang Orthopaedi dalam prosedur tendon transfer dan rekonstruksi tendon. Absensi Palmaris Longus merupakan variasi normal pada tubuh manusia, absensi tersebut berbeda-beda pada berbagai populasi di seluruh dunia seperti pada populasi Serbia mempunyai angka absensi sebesar 42,4% sedangkan pada populasi Korea hanya sebesar 4,0%. Pengetahuan mengenai absensi Palmaris Longus pada populasi Indonesia penting untuk menghindari kesulitan dan kesalahan dalam operasi dan pengambilan graft Palmaris Longus. Absensi Palmaris Longus ini diduga berkaitan faktor genetik yang berkaitan erat dengan etnis dan jenis kelamin. Absensi Palmaris Longus pada satu sisi tangan saja diduga dapat mempengaruhi kekuatan tangan pada salah satu sisi. Penelitian absensi Palmaris Longus ini belum pernah dilakukan sebelumnya pada populasi Indonesia dengan etnis yang beranekaragam dan juga mengenai hubungannya dengan jenis kelamin dan sisi tangan dominan.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional deskriptif analitik dengan melakukan pemeriksaan klinis Palmaris Longus dengan pemeriksaan standar yakni tes Schaeffer dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan klinis lainnya. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan fisik langsung, dilengkapi dengan foto dan kuisioner oleh pemeriksa tunggal di berbagai kota di Indonesia yaitu Jakarta, Pemalang, Bandung, Bogor, Depok, Bukittinggi, Padang. Responden diambil dengan proportional consecutive sampling pada enam etnis terbesar di Indonesia dengan jumlah responden 1230 orang dengan 492 etnis Jawa, 246 etnis Sunda, 123 etnis Batak, 123 etnis Madura, 123 etnis Betawi dan 123 etnis Minang. Analisa statistik dilakukan untuk mengetahui hubungan absensi Palmaris Longus dengan etnis, jenis kelamin dan hubungan absensi unilateral dengan sisi tangan dominan. Analisa tersebut dilakukan dengan uji chi-square dengan signifikansi p<0,05.
Temuan dan Diskusi Penelitian: Absensi Palmaris Longus pada keseluruhan responden populasi Indonesia baik bilateral dan unilateral adalah 128 dari 1230 orang responden (10,41%). Absensi Palmaris Longus tertinggi adalah pada etnis Batak dan Madura yaitu 15,45% diikuti oleh etnis Sunda yaitu 11,79%, etnis Jawa 9,96%, etnis Betawi 5,96% dan yang terendah adalah etnis Minang 4,07%. Perbedaan angka absensi Palmaris Longus di antara berbagai etnis ini bermakna secara statistik (p=0,008). Absensi Palmaris Longus pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak berbeda signifikan secara statistik (p=0,74) dimana absensi Palmaris Longus perempuan sedikit lebih banyak yakni 10,70% sedangkan laki-laki 10,20%. Di antara keseluruhan Absensi Palmaris Longus, absensi unilateral adalah sebanyak 62,5% dan bilateral 37,5% responden. Absensi Palmaris Longus unilateral tersebut tidak dapat dianalisis statistik dengan sisi tangan dominan karena sedikitnya jumlah responden dengan tangan dominan kiri yang mempunyai absensi Palmaris Longus unilateral yakni hanya 1 orang responden (1,25%).
Simpulan: Absensi Palmaris Longus pada populasi Indonesia adalah 10,41%. Absensi tersebut berhubungan bermakna dengan etnis, namun tidak berhubungan bermakna dengan jenis kelamin. Absensi Palmaris Longus unilateral pada penelitian ini tidak dapat diuji secara statistik.

Introduction: Palmaris Longus muscle is one of the muscle in human forearm flexor group. Palmaris Longus is often used in the medical procedure in various medical specialty, especially in orthopaedics which are used in the tendon transfer procedure and tendon reconstruction. Palmaris Longus absence is a normal variation on human body, the absence are different in the various pupulation over the world, like in the Serbian population have absence rate in 42,4% but in the Korean population only 4,0%. Knowledge about Palmaris Longus absence in Indonesian Population important to avoid difficulties and mistakes during operation or harvesting of Palmaris Longus graft. This absence of Palmaris Longus is likely related to genetic factor which are also related with ethnicity and sex. Unilateral absence of Palmaris Longus is suggested can affect hand power on the side of the absence. This study about this Palmaris Longus absence hasn’t been studied yet in the Indonesian population with its multiethnicity and also the relationship with sex and side of hand dominance.
Methods: This research is a descriptive analytic cross-sectional study using Palmaris Longus clinical examination with standard examination Schaeffer test and confirmed with other clinical examinations. Data collections are performed with direct physical examination, photo and questionnare by a single examiner in various cities in Indonesia which are Jakarta, Pemalang, Bandung, Bogor, Depok, Bukittinggi and Padang. Respondent was taken with proportional consecutive sampling in the six largest ethnicities in Indonesia with total respondent 1230 people with 492 Java ethnicity, 246 Sunda ethnicity, 123 Batak ethnicity, 123 Madura ethnicity, 123 Betawi ethnicity and 123 Minang ethnicity. Statistical analysis used to find relationship of Palmaris Longus absence with ethnicity, sex and relationship of unilateral absence with hand side dominance. The analysis are performed with chi-square test with significance p<0,05.
Result and Discussion: Palmaris Longus absence in overall Indonesian population respondent, bilateral and unilateral noted in 128 people from 1230 respondent (10,41%). Highest rate of Palmaris Longus absence is in the Batak and Madura ethnicities which are 15,45% followed by Sunda ethnicity 11,79%, Java ethnicity 9,96%, Betawi ethnicity 5,95% and the lowest is Minang ethnicity 4,07%. The difference rate between these ethnicities are statistically significant (p=0,008). Palmaris Longus absence between male and female sex is not different statistically (p=0,74) which are female sex slightly higher absence rate than male sex, 10,70 and 10,20 respectively. In overall absence of Palmaris Longus, unilateral absence is 62,5% and bilateral absence is 37,5%. This unilateral Palmaris Longus absence cannot be statistically analyzed with the hand dominance side because of the limitation number of the respondent with left hand dominance which have unilateral absence of Palmaris Longus, that only 1 respondent (1,25%).
Conclusion: Palmaris Longus absence in Indonesian population is 10,41%. That absence is significantly related with ethnicity, but not significantly related with sex. Unilateral Palmaris Longus absence in this study cannot be analysed statistically.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Natanael Nelwan
"Introduksi:
Pemakaian Oksigen Hiperbarik (OHB) sebagai terapi tambahan makin banyak digunakan. Pengaruh OHB terhadap penyembuhan tendon pasca repair dan terhadap komplikasi perlekatan merupakan tujuan penelitian ini. Penilaian makroskopis dan mikroskopis akan dibandingkan antara kelompok yang menggunakan OHB dengan kelompok yang tidak menggunakan OHB.
Metode:
Penelitian eksperimen ini menggunakan binatang coba kelinci jantan jenis New zealand white sebanyak 16, dengan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Design. Kelompok perlakuan berjumlah 8 ekor, diberikan terapi oksigen hiperbarik tekanan 2,4 AT A (Atmosphere Absolute), 3x30 menit per hari selama 7 hari. Setelah 7 hari pasca operasi, kedua kelompok di nilai secara makroskopis dan mikroskopis.
Hasil:
Perlekatan secara makroskopis terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p< 0,05). Perlekatan secara mikroskopis, terdapat perbedaan tidak bermakna (p > 0,05) tetapi penggunaan OHB memiliki kecenderungan lebih baik sebesar 62,5%. Demikian pula dengan penyembuhan tendon, secara makroskopis terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p >0,05), namun penggunaan terapi OHB cenderung menghasilkan penyembuhan tendon sebanyak 62,5%. Penyembuhan tendon secara mikroskopis terlihat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p < 0,05).
Simpulan:
Oksigen hiperbarik dapat meningkatkan produksi kolagen parta tendon pasca repair sehingga kualitas penyembuhan tendon menjadi lebih baik. Oksigen hiperbarik dapat pula menurunkan perlekatan pada tendon pasca repair."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T59027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romaniyanto
"Dengan menggunakan tes pembebanan secara kontinu dan penilaian secara histologis, teknik jahitan running locking memiliki kelebihan dibanding Kessler modifikasi. Dalam hal kekuatan hasil jahitan, mencegah terjadinya celah sambungan tendon, proses penyembuhan tendon itu sendiri. Teknik jahitan running locking, adhesi terhadap jaringan sekitarnya
hanya sedikit. Jadi teknik ini dapat digunakan untuk menyambung tendon fleksor yang cedera.

By using continuous loading tests and histological assessments, the running locking stitch technique has advantages over modified Kessler. In terms of the strength of the sutures, preventing the occurrence of tendon joints, the tendon healing process itself. Running locking stitch technique, adhesion to the surrounding network
just a little. So this technique can be used to connect injured flexor tendons.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library