Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reva Maya Tika
"Pendahuluan: Pandemi Covid-19 menjadi risiko peningkatan kejadian Computer Vision Syndrome karena terjadinya perubahan lingkungan untuk bekerja maupun belajar. Hal ini terutama terjadi pada mahasiswa dengan latar belakang bukan dengan jurusan komputer. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian CVS pada mahasiswa tahun 2021. Metode: Penelitian ini menggunakan studi potong lintang (cross-sectional) dengan populasi mahasiswa S1 Reguler FKM UI angkatan 2018, 2019, dan 2020 dengan jumlah sampel 124 mahasiswa. Data dikumpulkan melalui kuesioner online dengan media gform yang disebarkan pada bulan November 2021. Analisis univariat dilakukan untuk melihat frekuensi distribusi dari masing-masing variabel dan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan secara statistik. Kemudian juga dimunculkan nilai odd ratio untuk melihat nilai kelompok yang memiliki risiko. Hasil: Kejadian CVS pada mahasiswa S1 Reguler FKM UI angkatan 2018, 2019, dan 2020 sebesar 87,1%. Dari hasil analisis hanya ditemukan satu variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian CVS pada mahasiswa yaitu kelelahan emosional (p=0,004). Namun terdapat dua variabel yang menjadi faktor risiko terjadinya CVS yaitu kelelahan emosional (OR=5,465), durasi penggunaan komputer (OR=4,754). Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat satu variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian CVS pada mahasiswa dan terdapat dua variabel yang menjadi faktor risiko terjadinya CVS pada mahasiswa. Saran: Pihak kampus hendaknya memberikan informasi dengan melakukan promosi serta sosialisasi terkait kejadian CVS kepada seluruh civitas kampus terutama mahasiswa.

Introduction: The changes of learning process from conventional method to online system during the Covid-19 pandemic has increased the occurance rate of Computer Vision Syndrome especially for non-computer majors students. Objectives: This study aims to determine the risk factors associated with CVS among university students in 2021. Methods: This research uses a cross-sectional study with the population of 124 students from Public Health Faculty regular program of Universitas Indonesia who are currently on their second to fourth year term. The data was collected through an online questionnaire using google form which was distributed on November 2021. Univariate analysis was carried out to see the frequency distribution of each variable and bivariate analysis was carried out using the chi-square test to see statistical relationships. In addition, the odd ratio value is used to measure the associate risk between independent and dependent variables. Results: The prevalance of CVS among the students was 87.1%. From the statistical analysis, there is only one variable that has significant relationship with CVS incident, which is burnout (p = 0.004). However, there are two variables that are found as risk factors for CVS, namely: 1) burnout (OR = 5,465); 2) computer duration use (OR = 4,754).Conclusion: There is one variable that has significant relationship with the incidence of CVS among students while there are two variables that are risk factors for CVS in students. Suggestion: The campus should provide more information related to CVS by conducting promotion and socialization for the entire campus community, especially towards students."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Shafa Amalia
"Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menjadi penyebab kematian menular nomor satu di dunia. Indonesia menempati peringkat kedua dengan beban TB tertinggi. Kabupaten Bogor menjadi wilayah dengan kasus TB tertinggi di Jawa Barat pada tahun 2023. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor pelayanan kesehatan dan faktor individu terhadap incidence rate tuberkulosis paru di 20 kecamatan di Kabupaten Bogor pada tahun 2023 – 2024. Metode: Penelitian menggunakan desain studi ekologi dengan sampel 20 kecamatan (10 kasus TB paru tertinggi dan 10 kasus TB paru terendah) di Kabupaten Bogor. Menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan BPS Kabupaten Bogor. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil: Hasil penelitian dengan variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan terhadap incidence rate TB paru adalah cakupan pengobatan di Kabupaten Bogor (p = 0,000; r = 978), serta success rate di Kecamatan Leuwiliang (p = 0,004; r = 0,696), Kemang (p = 0,036; r = -0,543), dan Jasinga (p = 0,038; r = -0,540). Tidak terdapat hubungan signifikan pada variabel usia dan proporsi jenis kelamin (p>0,05). Kesimpulan: Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor disarankan untuk mengevaluasi metode penemuan kasus, memperkuat pelaporan TB oleh fasyankes, menyelenggarakan edukasi pentingnya pengobatan tuntas, serta meningkatkan intervensi pada kelompok berisiko.

Background: Pulmonary tuberculosis (TB) is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and is the leading cause of death from infectious diseases worldwide. Indonesia ranks second among countries with the highest TB burden. Bogor Regency had the highest number of TB cases in West Java in 2023. Objective: To determine the correlation between healthcare service factors and individual factors with the incidence of pulmonary tuberculosis in 20 sub-districts of Bogor Regency during 2023 – 2024. Methods: This study employed an ecological study design, with a sample of 20 sub-districts (10 with the highest and 10 with the lowest pulmonary TB cases) in Bogor Regency. Secondary data were obtained from the Bogor Regency Health Office and the Bogor Regency Central Bureau of Statistics (BPS). Data were analyzed using univariate and bivariate methods. Results: The variable that showed a significant relationship with the incidence of pulmonary TB were treatment coverage in Bogor Regency (p = 0,000; r = 0,978), as well as treatment success rate in Leuwiliang sub-district (p = 0,004; r = 0,696), Kemang (p = 0,036; r = -0,543), and Jasinga (p = 0,038; r = -0,540). There was no significant correlation between the incidence rate and age or gender proportion (p>0,05). Conclusion: The Bogor Regency Health Office is advised to evaluate case-finding methods, strengthen TB reporting by health facilities, conduct education on the importance of completing treatment, and enhance interventions targeting at-risk groups."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library