Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Wayan Balik Sudarsana
"Telah dilakukan pengukuran untuk menentukan OF berkas lapangan terbuka dan berkas filter wedge ternyata hasilnya tidak beda. Mengukur dosis primer tidak bisa dilakukan secara eksperimen melainkan secara teori, dengan cara ekstrapolasi kurva OF pada kedalaman 0,5 cm diperoleh sebesar 0,7066. Nilai PDD hasil pengukuran dari 0,5 cm sampai 20 cm tidak jauh berbeda dengan nilai yang berikan oleh BJR. Perbedaan keduanya berada dalam rentang -3,36% sampai 0,60%. Radiasi primer untuk kedalaman rendah ditentukan dengan pendekatan hubungan antara dosis relatif dengan luas lapangan sedangkan untuk kedalaman lebih tinggi dari 3 cm pendekatan dosis relative sebagai fungsi linier Z. Nilai PDD radiasi primer dibandingkan dengan nilai yang diberikan BJR dari 0,5 cm sampai 20 cm perbedaan dalam rentang -4,31% sampai 9,28%.

A measurement has been performed to know the output factors for open and with wedge filters beams the result indicate the same value . Dose primary can?t measurement but just calculate and than primary OF from OF curve ekstrapolation for 0.5 cm deep are 0.7066. PDD value measurement for 0.5 cm to 20 cm there were not so difference value with PDD BJR. Both different are - 3.36% to 0.60%. Primary dose for less than 3 cm solution from dose relative linier with field size. If more than 3 cm solution from dose relative with Z. PDD primary dose compare with BJR for 0.5 cm to 20 cm are -4,31% to9,28%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alimuddin
"ABSTRACT
An Automated quick check phantom for quality assurance and daily stability control for linac electron beams has been design and fabricated. The device has 5 circle selectable carousel system with different thicknesses of alumunium for dmax and d50 corresponding to 6, 9, 12, 16, and 20 MeV electron beams. The values of dmax and d50 were determined by a wedge-film and alumunium phantom PDD curve. The Measurement on dmax was called Maximum Evaluation Method (MEM), and the respective measurement on d50 is referred as Fifty persen Evaluation Method (FEM) and the ratio between the two measurement were then used for Ratio Evaluation Method (REM). The whole system then is used to measure constancy of Linac Varian 2100c within a period of 1 months. The measurement proved the reability of the design and implementation of the automated system.

ABSTRAK
Telah dibuat fantom quickcheck uji jaminan kualitas dan stabilitas harian berkas elektron pesawat linac. Fantom tersebut memiliki 5 ketebalan yang berbeda yang dapat digerakkan berputar secara otomatis dengan sistem carousel untuk dmax dan d50 berkas elektron 6, 9, 12, 16, 20 MeV. Nilai-nilai dmax dan d50 diperoleh dengan menggunakan wedge almunium menggunakan film dan kurva PDD almunium. Dengan mengacu pada empat metoda pengolahan data, yaitu Metoda Evaluasi maksimum (MEM), Metoda Evaluasi Limapuluh (MEL), Metoda Evaluasi Rasio (MER), juga sebagai pembanding Metoda Evaluasi Akrilik (MEA). Selanjutnya alat tersebut diuji reabilitasnya dan dilakukan pengambilan data harian selama 1 bulan untuk melihat kesesuaian, kestabilan, dan ketangguhannya terhadap perubahan yang terjadi pada pesawat linac varian 2100c. Pengukuran yang dilakukan menunjukkan reabilitas pembuatan dan implementasi dari sistem automatisasi tersebut."
Lengkap +
2007
T20995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Soesilo Wibowo
"Telah dilakukan pengukuran penumbra berkas radiasi pesawat Cobalt-60 tipe FCC 8000F dengan diameter sumber 2,3 cm menggunakan metoda radiografi dan ionometri untuk berbagai kondisi fantom/material penghambur dan juga variasi luas lapangan. Pengukuran gammagrafi pada dmaks dan lapangan 10,6 x10,6 cm menunjukkan lebar penumbra memiliki rentang 1,4 sampai 1,9 cm. Pengukuran dosis penumbra menggunakan bilik ionisasi berbentuk silinder pada kedalaman 10 cm dengan SSD 80 cm memberikan hasil bahwa dosis penumbra dipengaruhi oleh lapangan radiasi, dan homogenitas medium. Kehadiran aluminium (l=5cm) dengan diameter (1,5, 2,2 dan 2,5 cm) dalam medium air pada umumnya menurunkan dosis penumbra. Medium gabus dengan ketebalan semakin besar akan menghasilkan dosis penumbra semakin rendah sebaliknya untuk lapangan yang semakin besar, dosis penumbra yang dihasilkan semakin tinggi.

Penumbra measurement has been done on Cobalt machine FCC 8000F with 2,3 cm diameter source using both gammagraphy and ionometry on several phantom condition, inserted absorber materials as well as different radiation fields. Gammagraphic measurement at dmax = 0.5 cm and 10.6 x 10.6 cm field showed penumbra in the range 0f 1.4-1.9 cm. Ionometric measurement at 10 cm depth showed strong effect of field size and inhomegeneity. Insertion of aluminum object (l=5 cm) with different diameter (1.5, 2.2 and 2.5 cm) caused decreasing penumbra dose. While on lung equivalent insertion material it tended to increase. Results in general showed the importance of extreme prudence in using such a large size Cobalt source for patient treatment."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Amaliai
"Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : "Dose calculation in asymmetric fields 6 MV X-ray with independent jaws and individual block" beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Telah dilakukan pengukuran persentase dosis kedalaman (PDD), profil, output factor, dan faktor koreksi dosis berkas sinar-X 6 MV pesawat linear accelerator varian CLINAC 2100C untuk lapangan simetris dan lapangan asimetris setengah tertutup (half blocked) dan asimetris tidak teratur 10 x 10 cm2 dan 20 x 20 cm2 dengan SSD 100 cm, menggunakan independent jaws dan individual block. Secara umum, PDD untuk lapangan asimetris mempunyai nilai PDD yang lebih rendah dari lapangan simetris. Profil lapangan asimetris setengah tertutup (half blocked) mempunyai profil yang sama dengan lapangan simetris dengan menggunakan sudut wedge kecil. Pengukuran dengan lapangan asimetris tidak teratur, untuk titik pengukuran tepat dibawah blok dibandingkan dengan pengukuran tanpa blok, terjadi pengurangan intensitas sebesar 12.8% dan 5% untuk lapangan 10x10 cm2 pada kedalaman 5 dan 10 cm. Untuk lapangan 20x20 cm2 sebesar 24.6% dan 9.7% pada kedua kedalaman tersebut. Koreksi faktor keluaran untuk lapangan asimetris bervariasi sesuai ukuran lapangan. Perbedaan deviasi yang terjadi antara perhitungan dan pengukuran dosis untuk lapangan asimetris setengah tertutup (half blocked) dan lapangan asimetris tidak teratur dengan ukuran luas lapangan 10 x 10 cm2 dan 20 x 20 cm2 mencapai dibawah 2 % untuk semua kasus.;Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : ?Dose calculation in asymmetric fields 6 MV X-ray with independent jaws and individual block ? beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi."
Lengkap +
2007
T21288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Kodrat
"Pendahuluan: Pada penderita kanker selalu terjadi stres oksidatif yang ditandai dengan kadar MDA (malondialdehyde) yang tinggi dan aktivitas katalase yang rendah. Kanker terjadi karena ketidakseimbangan antara proses proliferasi sel dengan apoptosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara apoptosis dengan kadar MDA dan aktivitas antioksidan enzimatik katalase pada pasien kanker leher rahim stadium lokal lanjut.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan studi cross sectional terhadap 16 pasien kanker leher rahim stadium lokal lanjut yang memenuhi kriteria inklusi dari Juli sampai Agustus 2013. Pengambilan darah pasien dilakukan sebelum radiasi dimulai. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas katalase dilakukan dengan metode spektrofotometri. Indeks apoptosis dilakukan dengan motode TUNEL.
Hasil: Didapatkan rerata indeks apoptosis sebesar 11,1 ± 0,59 sel; rerata kadar MDA serum sebesar 7,97 ± 0,26 nmol/mL dan rerata aktivitas katalase serum sebesar 0,98 ± 0,04 U/mL. Terdapat korelasi positif sedang yang bermakna (r=+0,51; p=0,043) antara indeks apoptosis dengan kadar MDA dan korelasi negatif lemah yang tidak bermakna (r=-0,02; p=0,94) dengan aktivitas katalase.
Kesimpulan: Pada penderita kanker leher rahim stadium lokal lanjut terjadi stres oksidatif yang ditandai dengan kadar MDA serum yang tinggi dan aktivitas katalase serum yang rendah dan terjadi peningkatan indeks apoptosis. Terdapat korelasi positif sedang yang bermakna antara indeks apoptosis dengan kadar MDA dan korelasi negatif lemah yang tidak bermakna dengan aktivitas katalase.

Introduction: Oxidative stress always occurs in cancer patient, which characterized with high level of Malondialdehyde (MDA) and low activity of catalase enzymatic antioxidant. Cancer occurs due to imbalance between cell proliferation and cell death due to apoptosis. The purpose of this study to determine the correlation between apoptosis with MDA level and catalase enzymatic antioxidant activity in patients with locally advanced cervical cancer.
Methods: This is a cross sectional study to 16 locally advanced cervical cancer patients who meet the inclusion criteria from July to August 2013. Blood sampling was done before patients began radiation. MDA level and catalase activity was measured by spectrophotometry. Apoptotic index was conducted by TUNEL method.
Results: The mean of apoptotic index is 11,1 ± 0,59 cell, the mean of serum MDA levels is 7.97 ± 0.26 2 nmol /mL, and the mean of serum catalase activity is 0.98 ± 0.04 U /mL. There was a significant moderate positive correlation (r = +0.51, p = 0.043) between the apoptotic index with serum MDA levels and a non-significant weak negative correlation (r = -0.02, p = 0.94) between the apoptotic index with serum catalase activity.
Conclusion: This study showed that oxidative stress occurs in patients with locally advanced cervical cancer, which characterized with high level of serum MDA and low activity of serum catalase. There is an increase in apoptotic index in patients with locally advanced cervical cancer. There was a significant moderate positive correlation between apoptotic index with MDA levels and a non-significant weak negative correlation with catalase activity.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Yulia Dimitri
"ABSTRAK
Kasus kanker nasofaring memiliki banyak organ at risk diantaranya adalah parotid kanan, parotid kiri, mata kanan, mata kiri dan trakea.Teknik penyinaran yang dapat menekan dosis yang diterima organ at risk adalah volumetric modulation arc therapy VMAT . Dalam penelitian ini bertujuan untuk melakukan verifikasi dosis organ at risk pada kasus kanker nasofaring KNF menggunakan planning VMAT dengan teknik single arc dan double arc berdasarkan data klinis. Verifikasi ini dilakukan dengan menggunakan TLD rod dan film gafchromic EBT3 yang diletakkan pada pasien sesuai dengan letak organ at risk yang akan dievaluasi. Terdapat 5 organ at risk yang dievaluasi pada kasus kanker nasofaring diantaranya parotid kanan, parotid kiri, mata kanan, mata kiri dan trakea.Evaluasi yang dilakukan diantaranya perbandingan dosis antar teknik, deviasi pengukuran dosis menggunakan TLD rod dan film gafchromic EBT3 dengan TPS Treatment Planning System . Perbandingan pengukuran dosis rata-rata menggunakan film gafchromic, TLD rod dan TPS dapat dilihat bahwa nilai yang mendekati TPS adalah film gafchromic dengan nilai diferensiasi adalah 0,171 . Hasil pengukuran dosis menggunakan film gafchromic berdasarkan data CT rando dapat disimpulkan bahwa teknik VMAT double arc dengan kolimator dapat membuat organ at risk menjadi lebih aman karena dengan penggunaan kolimator dapat meminimalisasi kebocoran efek tongue and groove. Hasil statistik menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 didapat bahwa nilai uji korelasi antara 3 teknik double arc DA , double arc dengan kolimator DAC dan single arc SA menunjukkan korelasi kuat dan signifikan pada keseluruhan organ at risk kecuali parotis kiri pada teknik DA-DAC sedangkan pada teknik DAC-SA menunjukkan korelasi kuat dan tidak signifikan untuk keseluruhan organ at risk. Untuk uji hipotesa dapat disimpulkan bahwa perbedaan rata-rata distribusi dosis antara 3 teknik yang berbeda pada stadium 4 pada film gafchromic adalah signifikan.

ABSTRACT
The cases of nasopharyngeal cancer have many organs at risk including right parotid, left parotid, right eye, left eye and trachea. The irradiation technique that can suppress the dose received by the organ at risk is volumetric modulation arc therapy VMAT . This research aims to verify dose in the organs at risk in cases of nasopharyngeal cancer NPC using VMAT planning with single arc and double arc techniques based on clinical data. The verification is performed by using TLD rod and gafchromic EBT3 films placed on the patient according to the location of the organs at risk which will be evaluated. There are 5 organs at risk evaluated in the cases of nasopharyngeal cancer such as right parotid, left parotid, right eye, left eye and trachea. The evaluation includes the ratio of dose between techniques, deviation of dose measurement using TLD rod and gafchromic EBT3 films with TPS Treatment Planning System . The measurement ratio of mean dose using gafchromic film, TLD rod and TPS shows that the values close to TPS is gafchromic film detector which its differentiation value is 0.171 . The result of dose measurement using gafchromic film based on the data of CT rando can be concluded that double arc VMAT technique with collimator can reduce the dose in the organ at risk. The statistical result using SPSS 16.0 shows that the correlation test value between 3 techniques such as double arc DA , double arc with collimator DAC and single arc SA shows strong and significant correlation in the whole organ at rialexcept left parotid in the DA DAC technique while in the DAC SA technique shows strong and insignificant correlation in the whole organ at risk. For hypothesis test, it can be concluded that the difference in themean dose distribution between 3 different techniques at stage 4 in gafchromic film is significant."
Lengkap +
2017
T47609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafii
"Citra Megavoltage Computed Tomography (MVCT) dapat digunakan sebagai modalitas adaptive planning setelah diregistrasi ke citra Kilovoltage Computed Tomography (KVCT). Hasil adaptive planning pada penelitian terdahulu pada teknik penyinaran konvensional diketahui bahwa adaptive planning dapat mengkoreksi dosis pada PTV dan OAR menjadi lebih optimal, namun pada sebagian kasus, adaptive planning tidak memberikan keuntungan. Sayangnya, penelitian mengenai penggunaan MVCT pada teknik penyinaran fraksinasi rendah (hipofraksinasi) dan dosis tinggi belum banyak dilakukan. Penelitian ini difokuskan untuk mengevaluasi penggunaan MVCT pada 9 pasien kasus kanker hati hipofraksinasi dosis tinggi teknik Stereotactic Body Radiation (SBRT) dengan dosis perfraksi 3-8 Gy dalam 4-10 fraksi. Citra MVCT diregistrasi ke KVCT untuk mendapatkan contour sehingga dapat digunakan untuk modalitas planning. Citra MVCT juga dikirim ke Linac untuk planning untuk mengetahui efek perpindahan pasien Tomoterapi ke Linac. Hasil planning dianalisis menggunakan parameter HI, CI, dan GI. Nilai CI didapatkan pada rentang 0,7-1 (0,95 ± 0,063), nilai HI dalam rentang 0,02-0,53 (0,16 ± 0,12) dan nilai GI dalam rentang 2,6-8,24 (4,09 ± 1,57). Nilai indeks gamma pada keseluruhan planning dengan kriteria DD 3% DTA 3mm sebesar (95,4 ± 5,6). Secara umum, MVCT dapat digunakan untuk adaptive planning dengan perbedaan sebaran dosis PTV dan OAR tidak jauh berbeda dengan hasil planning KVCT pada kasus kanker hati. Perpindahan pasien dari Tomoterapi ke Linac dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan capaian dosimetri Tomoterapi
......Many researchers have been proposing Megavoltage Computed Tomography (MVCT) image as adaptive planning modality recently. The adaptive planning results using MVCT in the previous study noted that adaptive planning could optimize the dose in PTV and reduce the OAR dose, but in some cases, adaptive planning did not provide benefits. Unfortunately, research on the use of MVCT in low fractionation radiation techniques (hypofractionation) and high doses have not been widely investigated. This study focused on evaluating the use of MVCT in 9 Hepatocellular Carcinoma (HCC) patients with high-dose hypofractionation using Stereotactic Body Radiation (SBRT) technique (dose/fraction was 3-8 Gy in 4-10 fractions). The MVCT images then registered to Kilovoltage CT (KVCT) for contouring. The MVCT as well as KVCT also have been sent to the Linac planning station to mimic the clinical use of transfer patient treatment from Tomotherapy to Linac. The final plans were analyzed using HI, CI, and GI parameters. CI values found in the range 0.7-1 (0.95 ± 0.063), HI values in the range 0.02-0.53 (0.16 ± 0.12) and GI values in the range 2.6-8.24 (4.09 ± 1.57). The gamma passing rate for the overall planning with a 3% DD 3% DTA criteria is (95.4 ± 5.6). Generally, it was concluded that MVCT could be used for adaptive planning with differences in the distribution of PTV and OAR doses were not much different from the KVCT planning results for HCC cases. Transfer of patients from Tomotherapy to Linac can be done while maintaining the performance of Tomotherapy dosimetry"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Sonak Tioria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi perhitungan dosis berdasarkan citra Cone Beam Computed Tomography (CBCT) sebagai adaptive planning. Perencanaan terapi radiasi dilakukan terhadap 3 pasien kanker laring, 7 pasien kanker paru dan 5 pasien kanker prostat dengan menggunakan teknik Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) dan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT). Perhitungan dosis dilakukan pada TPS Eclipse v13.6 dengan variasi algoritma Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) dan Acuros External Beam (AXB).
Penelitian ini diawali dengan tahapan (1) kalibrasi HU citra CBCT menggunakan fantom CIRS 002LFC (2) analisa dose volume histogram (DVH), (3) analisa gamma index dengan kriteria DD 2% / DTA 2mm serta DD 3% / DTA 3mm menggunakan perangkat EPID. Penyimpangan D98%, D50% dan D2% dari DVH dievaluasi dengan menjadikan citra CT algoritma AAA sebagai referensi. Diperoleh nilai penyimpangan D98%, D50% dan D2% tertinggi pada kasus kanker laring yaitu sebesar 9,08% ± 2,21 (CBCT AXBm - CT AAA), 0,74% ± 0,37 (CBCT AXBw - CT AAA) dan 3,79% ± 0,55 (CBCT AXBw - CT AAA).
Penyimpangan D98%, D50% dan D2% pada kasus kanker paru dan kanker prostat diperoleh lebih kecil dari 2%. Conformity index (CI) diperoleh pada rentang 0,98 ± 0,011 dan homogeneity index (HI) diperoleh pada rentang 0,08 ± 0,015. Analisa gamma index dengan kriteria 2%/2mm diperoleh pada range 87% - 94% dan kriteria 3%/3mm diperoleh 93% - 99%. Dari hasil penelitian ini didapati bahwa hasil kalkulasi dosis berdasarkan citra CBCT hampir sama dibandingkan dengan citra FBCT sehingga citra CBCT dilihat layak digunakan sebagai adaptive planning radiotherapy.  

The purpose of this study was to evaluate the accuracy of dose calculation based on Cone Beam Computed Tomography (CBCT) as adaptive planning. Treatment planning was generated for 3 patients larynx, 7 patients lung and 5 patients prostate using Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) and Volumetric Arc Therapy (VMAT). Eclipse v13.6 treatment planning system (TPS) with Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) and Acuros External Beam (AXB) algorithm has been used to calculate the dose.
This study was divided into three major parts : (1) HU calibration for CBCT images by using CIRS phantom 002LFC (2) dose volume histogram (DVH) analysis, (3) analysis of Gamma Passing Rate with criteria DD 2% / DTA 2mm and DD 3% / DTA 3mm using EPID. The DVH analysis for D98%, D50% dan D2% deviation was evaluated and CT images with AAA algorithm used as reference. The highest deviation of D98%, D50% dan D2% was found for larynx cancer with value  9,08% ± 2,21 (CBCT AXBm - CT AAA), 0,74% ± 0,37 (CBCT AXBw - CT AAA) and 3,79% ± 0,55 (CBCT AXBw - CT AAA).
Deviation of D98%, D50% dan D2% for lung and prostate cancer is less than 2%. Range of conformity index based on CBCT images is 0,98 ± 0,011 and homogeneity index is in the range of 0,08 ± 0,015. The gamma criteria of dose difference and dose to agreement for 2%/2mm are 87% - 94% and for 3%/3mm are 96% - 98%. From the result, we found that the difference of dose calculation based on CBCT images is almost similar to CT images, so CBCT images are proper to be used for adaptive planning.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Pranditayana
"ABSTRAK
Leksell gamma knife (LGK) adalah salah satu modalitas terapi radiasi yang bersumber dari radioaktif Co-60. Teknik lapangan kecil dengan pemberian dosis radiasi tinggi kepada pasien dalam satu sesi harus dihitung secara akurat dan diverifikasi dengan cermat. Penelitian ini menggambarkan prosedur untuk memverifikasi keakuratan distribusi dosis pada Leksell Gamma Plan (LGP) menggunakan fantom RANDO dan film gafchromic EBT3. Pertama, dilakukan verifikasi berkas profil pada fantom standar LGK dan RANDO menggunakan ukuran kolimator 4 mm, 8 mm dan 16 mm untuk memperoleh nilai full width half maximum (FWHM), penumbra dan beam-symmetry, nilai FWHM yang diperoleh dibandingkan dengan nilai pada LGP. Selanjutnya verifikasi nilai dosis serap pada RANDO dengan vasiasi ukuran kolimator, jumlah shoot, volume dan lokasi tumor, diverifikasi mengggunakan film EBT3. Perhitungan distribusi dosis dilakukan menggunakan perangkat lunak ImageJ dan program MATLAB. Penelitian ini menunjukkan perbedaan nilai FWHM dan beam-symmetry terkecil antara LGP ​​dan fantom standar LGK terjadi pada ukuran kolimator 16 mm sebesar 0.42 mm dan 1.58% sedangkan perbedaan pada fantom RANDO adalah 0.45 mm dan 1.64%. Verifikasi dosis maksimum menunjukkan pada variasi jumlah shoot, kolimator 16 mm memiliki nilai deviasi yang paling stabil. Kesimpulannya, kolimator ukuran 16 mm memiliki akurasi nilai dosis, FWHM dan beam-symmetry sangat baik. Namun, pada volume tumor yang lebih kecil, kolimator 16 mm dengan single shoot memberikan nilai deviasi yang lebih tinggi.

ABSTRACT
Leksell gamma knife (LGK) is an advanced modality of radiation therapy sourced Co-60 radioactive for treating patient with intracranial lesion. Small field techniques with highly integrated radiation delivering to patients in single session must be calculated accurately and verified carefully. This study illustrates a procedure to verify the accuracy of dose distribution associated with Leksell Gamma Plan (LGP) using RANDO phantom and gafchromic EBT3 film dosimetry. First, we assessed the profile dose on LGK standard phantom with collimators size 4,8 and 16 mm and compared the results with the profile dose based on RANDO to obtained Full Width Half Maximum (FWHM), penumbra and beam-symmetry. Absorbed-dose distributions on RANDO with various combinations of lesion volume, collimator size, location and number of shots assessed by EBT3 film using LGK Perfexion. Scanned images of the measured films were processed following standard EBT3 film-handling procedures. Dose value calculation were performed using ImageJ software and MATLAB in-house software. The study shows samallest difference of FWHM and beam symmetry occurs at collimator size 16 mm, whereas discrepancy in standard phantom between LGP and measurement is 1.83 % and 1.58 % respectively and the discrepancy in RANDO phantom is 2.15 %, and 1.64 % respectively. Verification of max dose shows, colimator size 16 mm has the most stable deviation value in variation of number of shoots. In conclusion, collimator size 16 mm have a highest accuracy of dose value, FWHM and beam-symmetry value. However, on smaller lesion volume, collimator 16 mm with single shot give higher deviation dose value."
Lengkap +
2020
T55317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pontoh, Putri Amalia
"ABSTRAK
Potensi induksi radiasi sekunder tidak hanya bergantung pada jumlah dosis penyerapan yang diberikan, tetapi juga pada karakteristik pasien. Selama perlakuan terapi menggunakan Gamma Knife Radiosurgery (GKRS), tubuh pasien menerima iradiasi akumulasi dosis hamburan dan kebocoran. Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui dosis radiasi organ kritis pasien yang diterima selama perawatan Gamma Knife Radiosurgery dan membandingkan dengan batasan dosis masing-masing organ. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dosimeter film GafChromic XR-QA2 dan thermoluminescent dosimeter (TLD) yang diletakkan pada permukaan organ kritis fantom. Pemasangan head frame di fantom antropomorfik (Alderson Rando Phantom, Laboratorium Penelitian Alderson, Inc., Stamford, Connecticut) dan scalp measurement digunakan untuk mengukur geometri kepala fantom. Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan untuk memperoleh citra fantom antropomorfik dan kemudian dipindahkan ke Leksell Gamma Planning (LGP) untuk menentukan perencanaan posisi target, distribusi dosis dan dosis preskripsi maksimum pada target 36 Gy. Unit LGK Perfexion (Elekta AB, Stockholm, Swedia) digunakan untuk menyinari fantom dengan target diposisikan di tengah, dan volume target divariasi dari 5 cc, 10 cc, 15, dan 20 cc serta ukuran kolimator dari 4 mm, 8 mm, dan 16 mm. Dosimeter diletakkan di permukaan lensa, tiroid, payudara, fundus uterus, ovarium, dan testis. Kemudian dosimeter dianalisa untuk memperoleh dosis pada organ kritis. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa dosis yang terlihat pada lensa, tiroid, dan payudara dipengaruhi oleh jarak organ dari target, volume target, dan ukuran kolimator. Diperoleh bahwa dosis radiasi pada organ kritis berkontribusi kurang dari 3%, relatif terhadap dosis target maksimum. Dosis radiasi pada organ kritis yang diambil menggunakan film GafChromic XR-QA2 lebih tinggi dibandingkan TLD dengan diskrepansi mencapai 50%. Jika dibandingkan dengan referensi, pengukuran dosis XR-QA2 tidak jauh berbeda sehingga diketahui bahwa film XR-QA2 dapat digunakan untuk mengukur radiasi hambur. Namun, perhatian khusus dan optimisasi harus dilakukan untuk perencanaan perlakuan dengan mempertimbangkan ukuran kolimator yang digunakan dan meminimalkan waktu perlakuan.

ABSTRACT
The potential for secondary radiation induction depends not only on the amount of absorption dose received, but also on patient characteristics, such as age (in general, younger patients will be more vulnerable). During treatment using Gamma Knife Radiosurgery (GKRS), patient's body receives an dose accumulation from scattering and leakage. Therefore, it is necessary to know the dose of patient's organs at risk (OAR) received during Gamma Knife Radiosurgery treatment and compare it with the dose limit of each organs. Measurements obtained using a GafChromic XR-QA2 dosimeter and thermoluminescent dosimeter (TLD) placed on the surface of phantom critical organs. Installation of head frame in anthropomorphic phantom (Alderson Rando Phantom, Alderson Research Laboratory, Inc., Stamford, Connecticut) and scalp measurement used to measure phantom head geometry. Magnetic Resonance Imaging (MRI) used to obtain anthropomorphic phantom image and then transferred to the Leksell Gamma Planning (LGP) to determine the planning treatment planning such as target position, dose distribution and target maximum prescription dose at 36 Gy. The LGK Perfexion unit (Elekta AB, Stockholm, Sweden) used to illuminate the phantom with the target positioned in the middle, and the target volume varies from 5 cc, 10 cc, 15 and 20 cc and collimator sizes from 4 mm, 8 mm and 16 mm. The dosimeters placed on the surface of the lens, thyroid, breast, uterine fundus, ovaries and testes. Then the dosimeters analyzed to obtain the dose in OAR. The measurement results shows that the dose at lens, thyroid, and breast depend on the distance from the target, target volume, and collimator size. The radiation dose in OAR contributed less than 3%, relative to the maximum target dose. The radiation dose in critical organs taken using GafChromic XR-QA2 film is higher than TLD with a 50% discrepancy. When compared with the reference, the measurement of XR-QA2 dose is not much different so it is known that XR-QA2 film can be used to measure scattering radiation. However, special attention and optimization must be done for treatment planning by considering the size of the collimator used and minimizing the treatment time."
Lengkap +
2020
T55381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>