Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Habibi Syahidi
Abstrak :
Kejadian ISPA pada anak berumur 12 ? 59 bulan di Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta selatan mencapai angka 42,95% dan Puskesmas Kelurahan Tebet Barat merupakan Kelurahan yang memiliki prevalensi penderita ISPA yang berumur 12 ? 59 bulan terbanyak dengan proporsi tertinggi dari lima puskesmas kelurahan yang lain yaitu sebesar 23,20% (LB1-SP2TP, Puskesmas Kec. Tebet Tahun 2012). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian ISPA anak berumur 12-59 bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dengan jumlah minimal sampel awal 220. Dari 220 sampel tersebut, hanya terdapat 104 sampel yang eligible. Sampel yang dimaksud disini adalah anak berusia 12-59 bulan yang pernah melakukan kunjungan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat pada tahun 2013. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner berisi pertanyaan yang diajukan kepada ibu/caretaker anak. Data yang digunakan berupa data primer dari hasil wawancara dan data sekunder yaitu rekam medis dari puskesmas. Hasil menunjukkan bahwa dari 11 variabel yang dilakukan uji bivariat, variabel yang diketahui memiliki hubungan yang bermakna (P value < 0,05) dengan kejadian ISPA pada anak berusia 12 ? 59 bulan adalah pendidikan (OR=3,16 : 95% CI 1,20?8,31), pengetahuan (OR=2,76 : 95% CI 1,12-6,79), pendapatan keluarga (OR=2,75 : 95% CI 1,10-6,86), kepadatan hunian (OR=5,59 : 95% CI 2,16-14,50), perilaku merokok keluarga dalam rumah (OR= 8,02 : 95% CI (2,42-26.57) dan perilaku merokok keluarga di luar rumah (OR=5,12 : 95% CI 1,24-21,19). Penelitian ini menyatakan bahwa kejadian ISPA di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat pada tahun 2013 masih tinggi. ...... ARI occurence in children aged 12-59 months in the sub-district primary health centers Tebet, South Jakarta reach 42.95% and Tebet Barat Primary Health Center is a place that has a prevalence of ARI patients aged 12-59 months with the highest proportion of most others in the amount of 23 , 20% (LB1-SP2TP, District Health Center. Tebet). Therefore, researcher wanted to determine the factors that influence the incidence of respiratory infection in children aged 12-59 months Tebet Barat Health Center. This research using a cross-sectional design with sample size 220 persons. From the 220 samples, only 104 samples are eligible. The samples here are children aged 12-59 months who ever visited Tebet Barat Primary Health Center in 2013. Instrument used was a questionnaire containing questions posed to the mother/child caretaker. The Primary data was used in this study. The form of primary data from interviews and secondary data is medical records from the Tebet Barat Health Center. The results showed that from 11 variables bivariate test, variables that are known to have a significant association (P value <0.05) with the incidence of respiratory infection in children aged 12-59 months are education of respondent (OR=3,16 : 95% CI 1,20?8,31), knowledge of respondent (OR=2,76 : 95% CI 1,12-6,79), family income (OR=2,75 : 95% CI 1,10-6,86), residential density (OR=5,59 : 95% CI 2,16-14,50), smoking behavior of family members (OR= 8,02 : 95% CI (2,42-26.57) and family smoking behavior in the outside of home (OR=5,12 : 95% CI 1,24-21,19). This study suggests that the incidence of ARI in Tebet Barat Village Health Center in 2013 was still high.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wahyudhy
Abstrak :
ABSTRAK
Cakupan kunjungan aktif balita ke posyandu masih rendah. Perbaikan pelayanan di Posyandu dilakukan dengan mengintegrasikan layanan sosial dasar, salah satunya dengan pelayanan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) di mana setiap balita yang berkunjung ke Posyandu dipantau pertumbuhan dan perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelayanan SDIDTK dengan kunjungan balita ke Posyandu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data primer diambil dari wawancara terhadap 100 responden, di empat Posyandu di Kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84% responden melakukan kunjungan posyandu secara aktif dan 77% mendapat pelayanan SDIDTK. Kunjungan balita berhubungan dengan umur anak (p= ,006), jumlah anak (p=0,023) dan pelayanan SDIDTK (p = 0,049). Rata-rata balita hanya mendapat pelayanan SDIDTK satu kali dalam setahun. Tidak semua posyandu memberikan pelayanan SDIDTK karena kurang aktifnya kader yang sudah terlatih, masih kurangnya penyuluhan dari petugas kesehatan, terbatasnya media KIE tentang SDIDTK, dan kurangnya penggunaan Buku KIA oleh orangtua balita. Disarankan agar jadwal pemberian pelayanan SDIDTK di posyandu sesuai dengan buku panduan, selain itu Puskesmas disarankan memberikan pelatihan berkala kepada kader.
ABSTRACT
The coverage of active toddler visits to Posyandu are still low. Integration of basic social services including SDIDTK (Stimulation Detection of Early Intervention Developmental) to posyandu activities have been done. Through SDIDTK toddlers who visit posyandu receive services to monitor their growth and development. This study aims to analyze relationship between SDIDTK services with toddler visit to posyandu. This study used quantitative and qualitative approaches. Primary data were collected by interviewing 100 respondents, in four poyandu in Kebon Baru Village, Tebet, South Jakarta. The results showed that 84% of respondents visited posyandu actively and 77% of those who visited posyandu received SDIDTK services. The study revealed that toddlers visit signifantly related with child's age (p=0.006), number of childrenin family (p= 0.023) and SDIDTK service (p=0.049). On average, toddler obtained only one SDIDTK service annually and not all posyandu provide SDIDTK services. This was caused by inactive cadres to support the program although they have already been trained. Other reasons were lack of information dissemination by health workers and lack of IEC on SDIDTK media, as well as reluctance of the parents to utilize MCH Handbook. It is suggested that posyandu comply with planned schedule of SDIDTK services as written in the guideline. Puskesmas is suggested to provide training to the cadres.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library