Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Eniyaty
"Tesis ini membahas mengenai perkawinan yang kedua kali bagi golongan Tionghoa yang tunduk pada KUHPerdata dimana perkawinan kedua yang dilakukan tanpa diketahui oleh istri pertama sehingga menimbulkan permasalahan ketika si suami meninggal dunia. Penelitian ini adalah penelitian normatif dengan tipe penelitian deskriptif. Hasil penelitian menyarankan agar notaris selaku salah stau pilar hukum dapat melakukan penemuan hukum dalam membuat akta yang berkaitan dengan perkawinan poligami tapi golongan Tionghoa."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T26709
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Andrianus
"Keberadaan Lembaga Ketidakhadiran afwezigheid berdasarkan Pasal 463 KUHPerdata dan Penetapan Pengadilan secara formal hanya ditujukan bagi subjek hukum manusia. Perkembangan dalam masyarakat memperlihatkan kecenderungan bahwa subjek ketidakhadiran itu diperluas berlakunya sehingga meliputi juga ketidakhadiran subjek hukum badan hukum. Penelitian ini menguraikan dasar dan penyebab dari perluasan pemberlakuan afwezigheid tersebut, pelaksanaan dalam pengelolaan terhadap harta kekayaan afwezigheid dan kendala-kendala serta upaya yang dilakukan Balai Harta Peninggalan dalam pengurusan dan pengelolaan boedel afwezigheid tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data primer dan data sekunder bahan hukum yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan studi kepustakaan. Meskipun kekosongan hukum telah terisi dengan penemuan hukum, akan tetapi tetap saja terdapat hambatan-hambatan, baik yang bersifat internal maupun eksternal bagi BHP dalam melaksanakan pengurusan dan pengelolaan terhadap harta kekayaan yang dinyatakan afwezigheid. Hambatan internal berasal dari BHP itu sendiri, berupa sumber daya manusia, dn kurangnya sosialisasi BHP terhadap masyarakat sejak Dahulu. Sedangkan kendala eksternal antara lain kurangnya pengertian dan pemahaman dari instansi terkait dengan tugas pengurusan boedel afwezigheid, munculnya orang atau pihak lain yang mengaku sebagai pemilik, ahliwaris atau kuasanya yang dapat menimbulkan terjadinya proses gugatan pembatalan terhadap penetapan ketidakhadiran serta pihak yang berkepentingan kadang kala tidak sanggup membayar harga barang-barang atau harta kekayaan afwezigheid tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada pembuat Undang-undang agar melembagakan pengaturan tentang afwezigheid kedalam peraturan perundang-undangan nasional yang lebih tinggi Undang-undang.
The existence of absentia institution afwezigheid based on the Article 463 of Personal Code and Judicial Verdict formally is only referred to legal subject of human beings. The progress in society presents a tend that the subject of absentia is extended of the application to also include the absentia of corporate. The present study described the principles and cause of the extended application of afwezigheid, incuding implementation of property management of afwezigheid and the challenges, and the efforts of BHP in arrangement and management of boedel afwezigheid. The study used a normative method descriptively by a qualitative analysis. The qualitative analysis was applied for the primary and secondary data corporate collected by using both interview and library study. Although the legal vacancy has been filled by the legal discovery, however, there were also challenges either internally or externally for BHP to implement the arrangement and management of property stated under afwezigheid. The internal challenges resulted from the BHP itself such as human resources, lack of sosialitation from BHP. Whereas the external challenges included the lack of understanding and comprehension of the relevant institutions related to the arrangement of boedel afwezigheid, the emergence of those or other parties who recognized as the owner, heirs or the authorized power of attorney that can result in the sue of cancellation of any decision of absentia and the interest parties sometimes could not pay the prices of goods and property of the afwezigheid. Based on the result of the study, it is suggested to the legislative to institutionalize the arrangement of afwezigheid into the higher national Statutory Rules Laws."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S66625
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siburian, Lamhot Efrikson
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam penerapan Teori Relativitas Schutznorm Theorie dalam hukum perdata Indonesia. Studi ini berfokus pada penerapan Teori Relativitas Schutznorm Theorie dalam hukum perdata Indonesia terkait dengan indikasi yang digunakan untuk membatasi tanggungjawab berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata agar tidak diperluas secara tidak wajar.
Penelitian ini mengkaji penerapan Teori Relativitas Schutznorm Theorie di Indonesia melalui putusan Nomor 16/PDT.G/2012/PN.PN.WT dan putusan Nomor: 24/PDT.G/2013/PN.PRA. Peneliti menggunakan metode penelitian normatif, yaitu meneliti hukum sebagai norma positif as it rsquo;s is written in the book dalam sistem perundang-undangan dan juga mengunakan studi kepustakaan dengan pendekatan normatif serta pengumpulan data melalui content analysis dari sumber data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlu adanya penerapan teori relativitas Schutznormtheorie sebagai salah satu syarat di luar unsur-unsur perbuatan melawan hukum. Dalam analisis putusan Nomor 16/PDT.G/2012/PN.PN.WT majelis hakim menolak menerapkan teori relativitas Schutznorm Theorie karena penerapan teori ini tidak diindikasikan dalam pasal 1365 KUHPer. Akan tetapi, dalam putusan Nomor: 24/PDT.G/2013/PN.PRA majelis hakim menerima gugatan untuk sebagian dan menolak sebagian. Hasil penelitian ini menujukkan Teori Relativitas Schutznorm Theorie perlu diatur menjadi sebuah ketentuan hukum tertulis yang mengatur lebih lanjut batasan ruang lingkup perlindungan kepentingan pada Pasal 1365 KUHPer.
The purpose of this minithesis is to examine the application of Relativity Theory Schutznorm Theorie in Indonesian Civil Law regarding the indication used to limit liabilities according to Article 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, to not be expanded immoderately. This mini thesis reviews the application of Relativity Theory Schutznorm Theorie through Verdict Number 16 PDT.G 2012 PN.PN.WT and Verdict Number 24 PDT.G 2013 PN.PRA. Researcher uses juridical normative method in conducting the research, from the law as a positive norm in the legal system, as well as literature study with normative approach, and collecting the information through content analysis from secondary data. The result of this thesis shows that the application of Relativity Theory is important to be used as one of the requirements other than Act Against The Law. Furthermore, in Verdict Number 16 PDT.G 2012 PN.PN.WT, The panel of judges refused to apply Relativity Theory with reason that this theory is not indicated in Article 1365 in Kitab Undang Undang Hukum Perdata. On the other hand, Verdict Number 24 PDT.G 2013 PN.PRA shows that the panel of judges accept a part of the suit, and reject the claim. In conclusion, this minithesis shows that Relativity Theory Schutznorm Theorie needs to be arranged into a written rule which govern the scope of protection of interes in Article 1365 Kitab Undang Undang Hukum Perdata"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S69875
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rifanni Widya Mellindania
"Hukum kewarisan perdata di Indonesia, sebagaimana diatur dalam KUHPerdata, memberikan pedoman terkait hak-hak waris bagi ahli waris. Namun, dalam konteks ahli waris bagi orang berkewarganegaraan asing, terdapat kompleksitas hukum. Apabila dua orang dengan kewarganegaraan yang berbeda melakukan perkawinan, maka orang yang berkewarganegaraan asing serta anak hasil perkawinan campuran beda kewarganegaraan tersebut yang memutuskan untuk memilih menjadi warga negara selain Indonesia, memiliki batasan-batasan hukum meskipun telah menetap dan tinggal di wilayah hukum Indonesia, yakni terhadap kepemilikan benda tidak bergerak. Orang dengan kewarganegaraan asing yang tinggal di wilayah hukum Indonesia tidak boleh mempunyai Hak Milik atas tanah dan bangunan di wilayah Indonesia. Dengan metode penelitian doktrinal, akan membahas dan menganalisis terkait isu hukum mengenai kedudukan ahli waris WNA terhadap harta warisan WNI. Di Indonesia, belum ada peraturan perundang-undangan secara rinci yang mengatur terkait hak waris bagi orang yang berkewarganegaraan asing. Dengan demikian, Pemerintah Indonesia diharapkan dapat membuat dan menyempurnakan aturan-aturan mengenai hak waris orang berkewarganegaraan asing guna melindungi hak-hak keperdataan setiap individu dan melindungi hak kepemilikan seseorang atas tanahnya di wilayah Indonesia.
The law of inheritance in Indonesia, as stipulated in the Indonesian Civil Code (KUHPerdata), provides guidelines regarding the inheritance rights of heirs. However, in the context of heirs with foreign nationals, various legal complexities arise. In cases where individuals of different nationalities enter into marriage, foreign nationals and their children born from such mixed-nationality marriages who choose a nationality other than Indonesian are subject to legal restrictions, particularly concerning the ownership of immovable property, even if they reside and settle within Indonesia’s jurisdiction. Foreign nationals residing in Indonesia are prohibited from holding ownership rights over land and buildings within the country. Using a doctrinal research methodology, this study examines and analyzes the legal issues concerning the position of foreign heirs in relation to the inheritance of Indonesian citizens. Currently, there is no specific legislation in Indonesia regulating inheritance rights for foreign nationals. Therefore, the Government of Indonesia is expected to formulate and refine regulations governing inheritance rights for foreign nationals to ensure the protection of civil rights for all individuals while safeguarding property ownership rights within the country's jurisdiction. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Annisa Summayah Rahmadani
"Pengangkatan anak merupakan suatu perbuatan hukum yang menimbulkan akibat hukum, salah satunya berupa waris. Di Indonesia, pengangkatan anak diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, diantaranya UU Perlindungan Anak, PP No. 54/2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, serta Staatsblad 1917 Nomor 129 yang belum dicabut. Pasal 39 ayat (2) UU Perlindungan Anak dan Pasal 4 PP No. 54/2007 mengatur bahwa pengangkatan anak tidak memutus hubungan darah antara anak angkat dengan orang tua kandungnya. Hal ini merupakan cerminan dari hukum Islam, yakni anak angkat tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya. Sementara itu dalam hukum perdata, terdapat perbedaan dengan ketentuan Staatsblad 1917 Nomor 129 yang menyatakan bahwa pengangkatan anak memutus segala hubungan anak angkat dengan orang tua kandungnya, sehingga anak angkat menjadi ahli waris dari orang tua angkatnya. Perbedaan ini berdampak pada ketidakpastian hukum pada pertimbangan hakim dalam menetapkan waris terhadap anak angkat. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketentuan pengangkatan anak dalam Staatsblad 1917 Nomor 129 sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat, sehingga seharusnya ketentuan tersebut dicabut dengan tegas, Lebih lanjut, permohonan pengangkatan anak oleh orang Islam seharusnya tidak diajukan ke Pengadilan Negeri, tetapi diajukan ke Pengadilan Agama. Diharapkan penelitian ini dapat menghapus ketidakpastian hukum mengenai hak waris anak angkat terhadap harta warisan orang tua kandung menurut hukum perdata serta menyelesaikan kebingungan mengenai kewenangan absolut pengadilan mengenai permohonan pengangkatan anak.
Adoption is a legal act that brings about legal consequences, one of which is inheritance. In Indonesia, adoption is regulated in several laws and regulations, including the Child Protection Law, Government Regulation No. 54/2007 on the Implementation of Adoption, and Staatsblad 1917 No. 129, which has not been repealed. Article 39 paragraph (2) of the Child Protection Law and Article 4 of Government Regulation No. 54/2007 stipulate that adoption does not sever the blood relationship between the adopted child and their biological parents. This reflects Islamic law, where an adopted child remains an heir to their biological parents. Meanwhile, under civil law, there is a difference with the provisions of Staatsblad 1917 No. 129, which states that adoption severs all relationships between the adopted child and their biological parents, making the adopted child an heir to their adoptive parents. This difference leads to legal uncertainty regarding judges' considerations in determining inheritance for adopted children. To address this issue, a study was conducted using a normative juridical method. The study's findings show that the adoption provisions in Staatsblad 1917 No. 129 are no longer in line with societal conditions, and therefore, these provisions should be explicitly revoked. Furthermore, adoption petitions by Muslims should not be submitted to the District Court but to the Religious Court. It is hoped that this study can eliminate the legal uncertainty regarding the inheritance rights of adopted children concerning the inheritance of their biological parents under civil law and resolve the confusion regarding the absolute jurisdiction of the court concerning adoption petitions. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library