Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Familia Novita
"Permasalahan kualitas kesuburan tanah adalah masalah lingkungan karena terkait dengan tiga aspek lingkungan yaitu ekosistem (alam), manusia (sosial) dan pendapatan (ekonomi) yang dapat menyebabkan pembangunan menjadi tidak berkelanjutan terutama di bidang pertanian. Permasalahan kualitas kesuburan tanah mulai muncul sejak kegiatan pertanian menggunakan asupan sintetik secara berlebihan menyebabkan lahan pertanian menjadi lahan kritis dan seiring dengan pertumbuhan populasi kegiatan pertanian mau tidak mau hams dilakukan pada lahan marjinal.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan pertanian organik terhadap kualitas kesuburan tanah, dan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua pada pembentukan sikap, perilaku dan pemikiran pelaku pertanian yang lestari, seimbang dan selaras dengan alam; (2) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua pada kualitas kesuburan tanah; (3) pengaruh penerapan pertanian organik BSB Cisarua produk pangan yang bebas pestisida.
Hipotesis yang digunakan dalam peneIitian ini adalah: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mencakup Konsep Pembangunan Berkelanjutan; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua memperbaiki atau meningkatkan kualitas kesuburan tanah; (3) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menghasilkan produk sayuran yang bebas pestisida.
Penelitian ini dilakukan di Pertanian Organik Bina Sarana Bhakti (BSB) Cisarua_ Jumlah total sampel tanah untuk analisis adalah 30 sampel tanah komposit yang diambil secara stratified sampling, yaitu 5 ulangan tanah komposit dari plot BA (bawah atap), 20 ulangan sampel komposit dari plot LP (lahan pertanaman) dan 5 ulangan sampel tanah komposit dari plot P (pembanding). Metode pengumpulan informasi mengenai penerapan pertanian organik BSB Cisarua adalah melalui studi literatur BSB (published dan unpublished), informasi profit pekerja bagian produksi BSB adalah melalui wawancara dan pengumpulan data sampel tanah dilakukan dengan metode ekspost fakto. Sampel tanah dianalisis di laboratorium dan data yang digunakan terdiri atas tiga bagian yaitu: (1) persentase pasir, debu dan liat sebagai parameter kualitas fisik kesuburan tanah; (2) kandungan C, N dan Fe-tersedia sebagai parameter kualitas kimia kesuburan tanah; dan (3) total mikroorganisme tanah, jumlah individu mikroorganisme tanah dan respirasi tanah sebagai parameter kualitas biologi kesuburan tanah. Pengolahan data menggunakan metode statistik.
Hasil analisis penelitian menyatakan bahwa: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mengusahakan pengembangan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi keragaman pekerja dan jenis organisme yang terdapat di dalam kebun BSB. BSB rnenambahkan bahan organik ke dalam tanah untuk menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang dan meningkatkan aktivitas biologis tanah. BSB mengandalkan sumberdaya lokal yang dapat diperbaharui dan melakukan daur ulang melalui pengomposan.; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menambah pori-pori makro, meningkatkan kandungan C, N, bahan organik, rasio CIN, jumlah individu dan total rnikroorganisme tanah namun mengurangi jumlah pori-pori mikro, menurunkan kandungan Fe-tersedia di dalam tanah dan respirasi tanah; (3) Produk sayuran BSB Cisarua bebas pestisida, logam berat dan zat-zat yang dilarang oleh budaya atau agama tertentu.
Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua mencakup Konsep Pembangunan Berkelanjutan; (2) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua memperbaiki atau meningkatkan kualitas kesuburan tanah; (3) Penerapan pertanian organik BSB Cisarua menghasilkan produk sayuran yang bebas pestisida.
Saran yang diajukan di dalam penelitian ini adalah: (1) Pennasalahan kualitas kesuburan tanah membutuhkan keterlibatan semua stakeholders (masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan lembaga non-pemerintah) berupa itikad baik yang mendukung segala daya upaya pertanian organik; (2) Penerapan pertanian organik tidak berorientasi pada produksi maksimum dan tidak dapat dilakukan dalam skala besar secara individu (monopoli) sehingga perlu dibentuk satu wadah yang berfungsi sebagai pusat informasi dan studi untuk saling berbagi (sharing) pengalaman dan kegagalan dalam melakukan kegiatan pertanian organik sekaligus mengorganisasi semua pertanian organik yang saat ini masih bersifat sporadis; (3) Salah satu upaya penyelesaian permasalahan lingkungan adalah internalisasi nilai intrinsik pertanian organik yang mengusahakan keberlanjutan ekosistem dan sosial untuk mencapai keberlanjutan ekonomi; (4) Penelitian dengan parameter yang sama atau berbeda masih perlu dilakukan lebih mendalam agar dapat menemukan solusi terbaik bagi permasalahan kualitas kesuburan tanah.

The problem of soil fertility is the one of the environmental problems because it's related to the three aspects of environment they are ecosystem, human beings and household income. This problem happened since the agriculture caused the critical land because of the application of the synthetic input over dozed and moved to the marginal land because of the population growth.
This research generally aims to study the impact of the organic farming to the quality of soil fertility, and specifically aims to study the impact of the application of BSB organic farming to the formation of attitude, behaviour, and perception of the agricultural society, the quality of soil fertility and the product. The hypothesis of this study are: (1) The application of BSB organic farming includes the concept of The Sustainabilty Development; (2) The application of BSB organic farming improves the quality of soil fertility; (3) The application of BSB organic farming produces the free pesticide residue of food product.
This study was conducted at the middle of February 2006 untill the middle of April 2006, on The Organic Farming of Bina Sarana Bhakti (BSB) Cisarua. The total number of sampling is 30 composite samples, consists of 5 samples of plot BA (under roof plot), 20 samples of plot LP (cultivated land), and 5 samples of plot P (consideration). Those samples were taken by stratified sampling. The method of the data collection consists of literature study, interview and expost facto study. The data of this research are: (1) the percentation of sand, dust and clay as the physical quality parameter; (2) the contents of C, N, organic matter, C/N ratio, and supplied Fe as the chemical quality parameter; (3) the total number and individuals of microorganisms and its respiration as the biological quality parameter. The analysis of data is statistic method.
The analysis states that: (1) The application of BSB organic farming creates the biological diversity, maintains the soil fertility by adding the organic matter, increases the biology of soil activities, uses the local of renewable resources, and recycles by composting; (2) The application of BSB organic farming increases the contents of carbon, nitrogen, organic matter, C/N ratio, the total and number of microorganisms, but decreases the micro pores, the content of Fe supplied and the soil respiration; and (3) The BSB organic vegetables product are free of pesticide residue, heavy metals content and (certain cultural or religion) forbidden matter.
The conclusions of this study are: (I) The application of BSB organic fanning includes the concept of The Sustainability Development; (2) The application of BSB organic farming improves the quality of soil fertility; (3) The application of BSB organic farming produces the free pesticide residue of food product.
The suggestions of this study are: (1) The problem of soil fertility needs every stakeholders participation that supports all the efforts of the organic farming to produce the health, clean and green product; (2) The organic farming does not focus on high yield production and can not be applicated only by one institution in big scale of bussiness, that's why it's important to form one organization as the communication and sharing media about the experiences and failures of doing the organic farming; (3) The environmental problem solving needs the internalization of the organic farming intrinsic value that is the concept which can create the green way of life to avoid or decrease the pollution impact to the environment especially to the soil; (4) The research with the same or different parameters can be done more seriously to find out the best solution for the quality of soil fertility problems.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamzori
"Perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang dengan cepat, tahun 2002 tercatat 4,12 juta ha, dan sekitar 30% dari luas tersebut adalah perkebunan rakyat (smallholder). Peningkatan efisiensi dan nilai tarnbah perkebunan, rakyat diperlukan agar minyak sawit Indonesia lebih kompetitif di pasaran dan pendapatan petani meningkat. Makin luas kebun kelapa sawit makin banyak limbah dihasilkan, baik limbah kebun ataupun limbah dari pabrik minyak sawit. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah tersebut berpotensi mencemari Iingkungan. Limbah dari kebun (gulma, daun dan pelepah sawit) serta limbah dari pabrik (lumpur, serat dan tandan kosong sawit) dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi atau sebagai bahan kompos. Dengan pemanfaatan limbah tersebut maka pendapatan petani akan meningkat dan potensi pencemaran lingkungan akan menurun.
Sebagian besar (99%) produksi ternak Indonesia berasal dari peternakan rakyat. Perkebunan kelapa sawit dapat mendukung peternakan rakyat, yaitu sebagai penyedia pakan yang berasal dari limbah kebun danlatau pabrik minyak sawit. Ternak dapat memanfaatkan gulma yang ada di kebun kelapa sawit sehingga mengurangi penggunaan herbisida dan biaya pengendalian gulma. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang atau bahan pengomposan bersama limbah kebun dan/atau pabrik kelapa sawit sehingga meningkatkan penggunaan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Dengan pemanfaatan gulma dan kompos, biaya dan potensi pencemaran dari herbisida dan pupuk anorganik menjadi Iebih rendah.
Kecamatan Talo adalah salah satu pusat pengembangan peternakan di Kabupaten Seluma, Bengkulu; tahun 2001 tercatat 2.400 ekor ternak sapi. Di kecamatan ini terdapat perkebunan dan pabrik kelapa sawit milik negara, serta dukungan sistem kemitraan dan bibit subsidi sehingga berkembang perkebunan
kelapa sawit rakyat; tahun 2001 tercatat 1.033 ha. Di tingkat petani, berkembang kepemilikan kebun kelapa sawit dan ternak sapi oleh petani yang sama, yang dalam tulisan ini disebut petani integrasi.
Sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit-peternakan sapi pada petani di Kecamatan Talo, belum diketahui pola/bentuk integrasi yang diterapkan, keuntungan dari sisi ekonomi dan ekologi, serta perbandingan kualitas kompos dari bahan campuran limbah kebun dan/atau pabrik kelapa sawit dan kotoran temak sapi dengan kompos buatan petani.
Hipotesis yang diajukan adalah: 1) Dari sisi ekonomi, penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit-peternakan sapi pada petani di Kecamatan Talo Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu menguntungkan; 2) Dari sisi ekologi, penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit-peternakan sapi tersebut juga menguntungkan; 3) Kualitas kompos.-dari bahan campuran limbah kebun dan/atau pabrik kelapa sawit serta kotoran temak sapi lebih baik daripada kompos buatan petani. Pembuktian hipotesis menggunakan uji F dan wilayah berganda Duncan dengan α 5%
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode survei dan eksperimen. Survei dilakukan pada Bulan Mei-Juni 2004 di Kecamatan Talo Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu. Eksperimen dilakukan pada Bulan Juni-September 2004 di halaman dan di dalam rumah kasa milik Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Tujuan survei adalah untuk mengetahui bentuk/pola integrasi, keuntungan integrasi dari sisi ekonomi dan ekologi. Keuntungan dari sisi ekonomi adalah selisih pendapatan dari kebun kelapa sawit antara petani integrasi dan petani non-integrasi, atau selisih pendapatan dari ternak sapi antara petani integrasi dan peternak non-integrasi. Keuntungan dari sisi ekologi adalah selisih jumlah penggunaan pestisida, pupuk anorganik, dan kompos antara petani integrasi dan non-integrasi.
Tujuan eksperimen adalah untuk mengetahui perbandingan kuaiitas antara kompos perlakuan yang diuji dengan kompos petani (kontrol). Juga dilakukan analisis rasio manfaat-biaya (B/C ratio) untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha.
Sampel dalam survei ditentukan secara sengaja dan acak sederhana. Tiga desa dan dua tahun tanam kelapa sawit menghasilkan dengan jumlah petani integrasi terbanyak ditentukan secara sengaja. Sampel dipilih secara acak sederhana dan diambil sebanyak 20% dari populasi target untuk petani integrasi dan non-integrasi, serta 100% (sensus) untuk peternak non-integrasi.
Eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 (tiga) ulangan. Ada 2 (dua) tahap eksperimen yaitu pengomposan dan pengujian kompos ke tanaman. Perlakuan yang diuji pada pengomposan adalah: 1) Cempuran
limbah kebun dan pabrik kelapa sawit serta kotoran temak sapi 25% dari berat bahan (KP-25); 2) Campuran limbah kebun dan pabrik kelapa sawit serta kotoran ternak sapi 50% dari berat bahan (KP-50); 3) Campuran limbah kebun dan kotoran temak sapi 25% dari berat bahan (K-25); 4) Campuran limbah kebun dan kotoran ternak sapi 50% dari berat bahan (K-50); dan 5) Kompos buatan petani (Kontrol).
Pengukuran kualitas kompos meliputi kandungan C organik, N, P, K, Ca dan Mg total serta pengujian ke tanaman. Sebagai tanaman uji digunakan kangkung dengan rancangan acak lengkap, 3 (tiga) ulangan dan 8 (aelapan) tanaman tiap polibag. Tanaman uji diukur pertambahan tinggi mingguan, berat kering tajuk dan akar.
Kesimpulan penelitian adalah: 1) Bentuk/pola integrasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu menyatu dan terpisah antara perkebunan kelapa sawit dan petemakan sapi; 2) Secara ekonomi, penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit-petemakan sapi pada petani di Kecamatan Talo Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu belum menguntungkan, baik ditinjau dari perkebunan kelapa sawit maupun dari petemakan sapi. Peningkatan pendapatan diperoleh hanya dari nilai hasil ternak itu sendiri; 3) Secara ekologi, penerapan integrasi nyata menguntungkan, yang terlihat dari penggunaan pupuk anorganik dan herbisida petani integrasi nyata lebin rendah serta penggunaan pupuk organik nyata lebih tinggi daripada petani non-integrasi. 4) Kualitas kompos perlakuan KP-25 (campuran limbah kebun dan pabrik kelapa sawit serta kotoran temak sapi 25% dari berat bahan) lebih baik daripada kompos perlakuan petani dilihat dari kandungan N dan K total; kandungan N dan K total perlakuan KP-25 masing-masing sebesar 1,87% dan 1,81% nyata lebih tinggi daripada perlakuan petani yang masing-masing sebesar 1,47% dan K 1,15%. Kualitas kompos perlakuan K-25, K-50 dan KP50 tidak berbeda dengan kompos perlakuan petani. BIC ratio perlakuan-perlakuan yang diuji kurang dari 1, yang menunjukkan bahwa dari sisi ekonomi tanpa ekologi tidak menguntungkan.
Saran: a) Agar pendapatan meningkat dan potensi pencemaran lingkungan (dari limbah ataupun dari penggunaan masukan-luar) menurun, sebaiknya setiap pengembangan perkebunan kelapa sawit menerapkan integrasi dengan peternakan, misalnya dengan temak sapi; b) Agar penerapan integrasi perkebunan kelapa sawit peternakan sapi pada petani di Kecamatan Tale Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu menguntungkan secara ekonomi maka perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan cara memanfaatkan temak sebagai rekanan (Partnership) untuk kerja di kebun kelapa sawit serta cara pemanfaatan limbah kebun dan/atau pabrik kelapa sawit untuk pakan ternak atau kompos; c) Agar kompos perlakuan KP-25 (campuran limbah kebun dan pabrik kelapa sawit serta kotoran temak sapi 25% dari berat bahan) menguntungkan secara ekonomi, perlu dilakukan kajian lebih mendalam terhadap teknik pengomposan sehingga miurah dan mudah diterapkan petani.

Palm plantation in Indonesia has developed fast, in 2002 there were 4.12 ha, and around 30% of it belonged to smallholders. More efficiency and additional value are needed so that Indonesian palm oil can be more competitive in global market and consequently it will increase the farmers' income. The larger the plantation the more waste it produces: waste from plantation and from the palm oil factory. The waste will pollute the environment if there is no treatment for it. Waste from plantation (weed, palm leaves and stems) and waste from the factory (mud, fiber and empty stems) can be reused as feed for cows or as the materials for compost. This treatment will increase the farmers' income and will decrease pollution.
Most (99%) of Indonesia's livestock is produced by farmers. Palm plantation can support the farmers by providing the feed for cattle from its waste. On the other hand, the cattle can eat the weed in the plantation so it will reduce herbicide use and weed management cost. The cattle's dung can be used as fertilizer or as one of the materials in composting along with plantation waste and palm oil factory waste so it will increase organic fertilizer use and decrease inorganic fertilizer use. This system can reduce cost and potential pollution of herbicide and inorganic fertilizer.
Talo sub-district is one of the livestock development centers in Seluma residence in the province of Bengkulu; In 2001 there were 2,400 cows in the farm. In this sub-district were state plantation and palm oil factory. With partnership system and subsidized seeds, they developed smallholders palm plantation. In 2001 there were 1,033 ha of smallholders palm plantation. The farmers became integration farmers for they had developed an integrated system: plantation and cow farming.
The main topic of this thesis is: a research of the integration system of palm plantation -- cow farming by farmers in Talo sub-district, related to: a) the form/pattern of the applied integration system; b) economical and ecological
benefits of the system; and c) quality comparison between compost made of plantation waste and/or palm oil factory and cow dung, and compost made by farmers.
The hypothesis is: 1) From economical view, the integration system of palm plantation-cow farming by farmers in Talo sub-district is beneficial; 2) From ecological view, the integration system of palm plantation-cow farming by farmers in Talo sub-district is also beneficial; 3) The quality of compost made of plantation waste and/or palm oil factory and cow dung is better than compost made by farmers. The hypothesis would be tested using F test and Duncan double area with a 5 %.
The research used qualitative and quantitative approach with survey and experiment methods. The survey was held from May to June 2004 in Talo sub-district, Seluma residence in the province of Bengkulu. The experiment was held from June to September 2004 in the yard and inside the gauze house of Faculty of Agriculture of University of Bengkulu.
The objective of the survey is to see the integration form/pattern, the economical and ecological benefits of integration system. The economical benefit is the difference between the income from palm plantation of the integration farmers and that of non-integration farmers, or the difference between the income from cow farming of integration farmers and that of non-integration farmers. The ecological benefit is the difference of the amount used for pesticide, inorganic fertilizer and compost by integration farmers from that of non-integration farmers.
The objective of the experiment is to compare the quality of the treated compost and that of farmers' compost (control). Benefit/cost ratio (B/C ratio) -analysis was also conducted to check the business feasibility rate.
The samples of the survey were determined in purpose and simple random. Three villages and two years productive plantation with most integration farmers were chosen in purpose. Samples were determined in simple random and were taken of 20% of the target population of integration farmers and non-integration farmers, and 100% (census) of non-integration farmers.
The experiment was using complete random plan with three repetitions. There were two steps in the experiment: the composting and the testing of compost on plants. The composting treatments were: 1) Mixture of plantation waste and palm oil factory waste and 25% of cow dung of material weight (KP-25); 2) Mixture of plantation waste and palm oil factory waste and 50% of cow dung of material weight (KP-50); 3) Mixture of plantation waste and 25% of cow dung of material weight (K-25); 4) Mixture of plantation waste and 50% of cow dung of material weight (K-25); and 5) Compost made by farmers (control).
The measurement of the compost quality includes the total amount of C organic, N, P, K, Ca and Mg and a test to plants. The tester plant was
kangkoong with complete random plan, 3 (three) repetition and 8 (eight) plants in each pot. The tester plants were measured to see the weekly height growth and the dry weight of the plants' root and crown.
The conclusion of the experiment is: 1) The integration shape/pattern can be defined into 2 general types: the palm plantation and cow farm are integrated and separated; 2) From economical view, the application of the integration of palm plantation-cow farming by farmers in Talo sub-district, Seluma residence, Bengkulu is not beneficial from the palm plantation side or cow farming side. The increase of the income is only from the cattle value; 3) From ecological view, the applied integration is clearly beneficial because the usage of inorganic fertilizer and herbicide by integration farmers is less and the usage of organic fertilizer is higher than non-integration farmers. 4) The quality of compost of KP-25 treatment (the mixture of plantation waste and palm oil factory and 25% cow dung of material weight) is better than that of farmers' considering the amount of total N and K; the amount of total N and K in KP-25 treatment is each 1.87% and 1.81%. It is clearly higher than that pf farmers' which contains 1.47% N and 1.15% K. The quality of compost with K-25, K-50 and KP-50 treatments is not different from farmers' compost. The BIC ratio of tester treatment is less than 1 (one). It shows that from the economical view without ecological view it is not beneficial.
Suggestion: a) To increase farmers' income and to reduce pollution (from waste or outside-input use), it is suggested that every palm plantation be integrated with livestock, such as cow farming; b) The integration of palm plantation-cow farming in Talo sub-district, Seluma residence, Bengkulu can be economically beneficial if there are socialization and trainings of how to use cattle in partnership with palm plantation and how to use plantation waste and/or palm oil factory waste as cattle's feed or compost; c) In order to make KP-25 treatment compost (the mixture of plantation waste and palm oil factory waste and 25% cow dung of the material weight) economically beneficial, a deeper study of compost making techniques is needed to make it easier and cheaper to produce.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library