Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Solo: Pondok Edukasi, 2002
342.598 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Joni
Abstrak :
Dewasa ini, tren gaya hidup sehat semakin mendapat perhatian dari masyarakat kita karena selain biaya pengobatan yang semakin tinggi akibat krisis ekonomi, juga ditunjang dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting hidup sehat. Salah satu produk yang mempunyai potensi untuk menunjang tren tersebut adalah jamu yang sudah sejak lama dikenal masyarakat kita. Hal ini disebabkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan dasar jamu diyakini mempunyal efek samping yang lebih kecil dan kurang berbahaya dibandingkan dengan penggunaan senyawa kimia sintetik yang banyak terdapat dalam obat obatan modern/farinasi. Oleh karena ini, seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup sehat di tanah air, maka dapat diharapkan potensi penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia akan semakin besar pula di masa yang akan datang. Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap produk jamu ini melibatkan responden sebanyak 100 orang (wanita dan pria) yang diambil menggunakan pendekatan non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Pemilihan responden dibatasi dengan kriteria mereka yang berusia antara 18 tahun sampai 55 tahun dari lokasi penelitian ini meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitiannya digunakan metode drop-off survey dengan media self-administered questionnaire. Data primer yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program komputer SPSS versi 11. Dalam penelitian ini ditemukan 4 (empat) buah asosiasi yang dominan terhadap Produk jamu, yaitu: (1) rasa pahit dan aroma khas jamu, (2) sebagai obat, (3) bermanfaat untuk kebugaran tubuh, dan (4) bersifat natural. Juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan terhadap jamu di tingkat merek (brands) dinilai kurang baik sedangkan di tingkat yang lebih luas, yaitu nama perusahaan (product class), ternyata cukup baik. Sebagai konsekuensinya, konsumen produk jamu kemungkinan besar melakukan keputusan pembelian pada tingkat product class, yaitu mereka terlebih dahulu akan memutuskan untuk memilih nama perusahaan penghasil produk jamu tersebut, baru selanjutnya melakukan pemilihan merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan ada 6 alasan utama mengkonsumsi produk jamu, yaitu: (1) terbuat dari bahan alami, (2) untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, (3) efek samping yang relatif kecil, (4) harga yang terjangkau, (5) untuk menghílangkan gejala penyakit ringan, dan (6) tanpa bahan pengawet. Sedangkan berdasarkan tingkat kepentingan atribut dalam mengkonsumsi produk jamu diketahui bahwa faktor keamanan dan kemudahan memperoleh produk adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan konsumsi tersebut. Adapun faktor keamanan yang dimaksud adalah: (1) terdaftar di Departemen Kesehatan, (2) terbuat dari bahan alami, (3) efek samping kecil, (4) kelengkapan informasi produk, (5) kualitas, (6) tanpa bahan pengawet, dan (7) proses produksi. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk jamu lebih disukai dan dipersepsikan sebagai produk untuk mengatasi situasi atau masalah kesehatan yang cukup ringan, seperti untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh, capek-capek, masuk angin, pegal linu, dll. Produk jamu juga dipersepsikan dengan baik sebagai alternatif dan obat barat/farmasi walaupun responden dalam penelitian ini mempunyai kecenderungan untuk menggunakan obat farmasi/barat untuk mengatasl keadaan sakit atau penyakit tertentu, seperti kencing manis, asam urat, darah tinggi, dli. Sedangkan berdasarkan citranya, produk jamu tidak dipersepsikan sebagai produk untuk golongan atau lapisan masyarakat manapun terutama terhadap masyarakat yang bersifat tradisional dan tinggal di pedesaan atau kota kecil. Beberapa saran berikut diajukan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, yaitu: pertama strategi merek yang dapat digunakan oleh produsen jamu adalah menggabungkan nama/merek individu dengan nama perusahaan (corporate name) agar konsumen lebih mudah dan lebih cepat mengingat merek produk yang dihasilkan. Agar mempunyai kesempatan berhasil yang lebih besar, maka strategi ini dapat ditunjang dengan melakukan kegiatan corporate advertising yang bertujuan meníngkatkan pengenalan terhadap perusahaan dan citranya di benak konsumen. Kedua, produsen jamu juga dapat mencoba untuk memberikan citra tertentu kepada produk jarnu yang dihasilkan dengan tujuan untuk positioning produk terhadap segmen tertentu yang dapat ditempuh melalui media ikian secara gencar. Terakhir, untuk memanfaatkan potensi produk jamu sebagai alternatif bagi obat barat/farmasi, maka produsen produk jamu dapat melakukan program periklanan yang bersifat mengedukasi masyarakat mengenai efektifitas jamu sebagai obat penyembuhan penyakit tertentu. Program ini sebaiknya ditujukan kepada industri jamu secara umum (bukan untuk perusahaan atau produk jamu tertentu) dan dilakukan oleh Gabungan Pengusaha Jamu yang saat ini sudah terbentuk. Dengan demikian, dapat diharapkan industri jamu ini akan semakin berkembang lagi di masa yang akan datang seiring dengan kemajuan tren gaya hidup sehat di masyarakat kita.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jang Il Hwan
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan globalisasi dunia usaha dan berlakunya AFTA, pasar Indonesia pun telah menjadi pasar yang direbut banyak perusahaan. Hal ini dikarenakan pasar lndonesia menjadi pasar yang sangat potensial mengingat banyaknya penduduk dan tingkat penetrasi yang rendah di dalarn berbagai pasar kategori produk sehingga terdapat banyak perusahaan yang berasal dari Amerika, Eropa, dan Asia. Salah satu negara Asia yang sedang berusaha keras untuk mempenetrasi pasar Indonesia adalah Korea Selatan. Korea sedang bersaing dengan negara lainnya khususnya Jepang di bidang otomotif dan elektronik. Dalam pasar elektronik Indoensia, terdapat dua perusahaan asal Korea Selatan yang sedang berkembang dengan signifikan adalah Samsung dan LG Keclua perusahan tersebut telah menyadari pentingnya peran merek dan sedang berusaha untuk membangun mereknya sebagai merek global yang kuat dalam rangka memasuki pasar Indonesia dan berfondasi yang kokoh Sebagai pemain asal yang sama, walaupun mereka memiliki beberapa persamaan, tetapi mereka saling bersaing dengan ketat di bidang elektronik dan mejalankan usahanya berdasarkan strategi merek yang berbeda khususnya berdasarkan implementasi kegiatan pemasaran dalarn membangun rnerek.

Karya akhir ini rnemiliki dua tujuan utama yaitu, untuk mengetahui perbedaan strategi merek antara kedua perusahaan khususunya dalarn implementasi kegiatan pemasaran dan untuk rnengetahui perbedaan kinerja pemasaran antara Samsung dan LG sebagai hasil dari perbedaan strategi merek mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, karya akhir ini menggunakan. metodologi kombinasi antara riset eksploratori (exploratory research) dan riset deskriptif (descriptive research). Riset eksploratori merupakan penelitian pendahuluan yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data sekunder mengenai gambaran kedua perusahaan tersebut dan gambaran persaingan pasar elektronik secara umum di Indonesia. Kemudian riset deskriptif yang menggunakan metode sample survey merupakan penelitian yang bertujuan umuk mengumpulkan data-data primer yang berkait dengan persepsi konsumen terhadap merek Samsung dan LG sebagai hasil dari perbedaan strategi merek kedua perusahaan.

Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa strategi merek Samsung dan LG memiliki perbedaan di dalam implementasi kegiatan pemasaran dalam rangka membangun merek dan berdasarkan hasil survei persepsi konsumen terhadap kedua merek tersebut sesuai dengan arah kegiatan pemasaran yang dilaksanakan kedua perusahaan. Berdasarkan data-data sekunder, terdapat langkah-langkah yang berbeda antara Samsung dan LG di dalam pelaksanaan strategi merek. Seperti dilihat dari visi, misi dan arah R&D yang dipengaruhi misi dan visi, LG memposisikan merek LG sebagai merek yang dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih nyaman dan menarik sehingga LG erat berhuburngan dengan produk elektronik rumah tangga. Sedangkan Samsung memposisikan merek. Samsung sebagai merek yang dapai memimpin revolusi digital convergence. Digital convergence berarti bahwa produk yang memiliki hanya satu fungsi akan digabungkan dengan fungsi lain sehingga produk tersebut akan memiliki beberapa fungsi yang berbeda. Untuk mendukung hal tersebut Samsung lebih berfokus pada produk TI yang dapat digabungkan dengan produk yang telah ada kemudian mereka memiliki fokus komunikasi pemasaran yang berbeda. Jika melihat proporsi belanja iklan yang dikeluarkan Samsung dan LG, maka LG lebih berfokus pada produk kategori elektronik rumah tangga dan Samsung lebih berfokus pada produk multimedia dan TI. Hal ini sesuai dengan brand positioning mereka.

Walaupun kedua perusahaan menggunakan model branding yang sama yaitu, corporate branding, Samsung telah membawa efek kerberhasilan yang sama dengan efek yang menonjolkan kategori produk handphone. Hal ini juga berkait dengan sifat produk. Produk handphone itu merupakan kategori produk yang lebih dikenal dan digunakan konsumen secara lebih luas dibandingkan kategori produk elektronik lainnya. Sehingga konsumen lebih memperhatikan informasi-informasi tentang kategori produk tersebut yang diberikan perusahaan. Secara kesimpulan, kemungkinan hal ini sangat membantu dan mempengaruhi peningkatan brand awareness dan brand image Samsung. dari sub-brand sebagai silver bullet dalam family branding melalui kegiatan pemasaran.

Selain hal-hal yang di atas tersebut terdapat pula persepsi konsumen yang berbeda berdasarkan hasil survei. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa LG memiliki tingkat awareness yang lebih tinggi dibanding Samsung di dalam kategori produk rumah tangga, yaitu kulkas, mesin cuci, dan AC. Sedangkan Samsung memiliki tingkat awareness yang lebih tinggi dibanding LG di dalam kategori produk multimedia .dan.TI, yaitu andio, ponsel, DVD/VCD player, dan monitor.

Berdasarkan temuan-temuan dari hasil analisis terhadapsurvei maupun data sekunder di dalam penelitian ini, penulis telah menyarankan beberapa pertimbangan kepada Samsung, LG, dan penelitian lebih lanjut. Pertimbangan atau saran tersebut diusulkan kepada pihak tersebut karena adanya beberapa implikasi dan hal-hal yang perlu digali secara lebih mendalam.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Azwar
Abstrak :
RINGKASAN EKSEKUTIF

Pelanggan merupakan aset perusahaan yang sangat berharga. Menyadari hal tersebut, tingkat kepedulian perusahaan akan keberadaan konsumen semakin meningkat. Perusahaan semakin sadar bahwa konsumen adalah bagian terpenting dalam kelangsungan hidup mereka. Untuk itu perusahaan berusaha agar konsumen atau pelanggan loyal terhadap perusahaan.

Dalam dunia cyber, customer loyalty adalah sesuatu yang mahal dan sulit dimiliki. Hampir tidak adanya switching cost untuk berpindah pada perusahaan lain dalam dunia maya membuat sebagian ahli berpendapat minimnya customer loyalty pada pemakai internet. Padahal disisi lain perusahaan yang bergerak pada industri ini berusaha untuk membentuk loyalitas pelanggan terhadap situs rnereka.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat loyalitas konsumen internet (internet user) Indonesia dan untuk mengidentifikasi atribut-atribut apa saja yang mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen internet di Indonesia dalam menggunakan search engine.

Pengguna search engine menggunakan search engine berdasarkan pada beberapa pertimbangan terhadap atribut-atribut search engine. Atribut-atribut search engine yang dianggap penting oleh pemakainya secara berturut-turut adalah kelengkapan informasi, kecepatan download, user friendly, direct link, display yang menarik, popularitas search engine , tersedianya fitur, tersedianya free e-mail service, dan banner iklan.

Pada umumnya pemakai search engine memiliki loyalitas yang cukup tinggi terhadap search engine yang paling sering mereka gunakan. Hal ini dapat dilihat pada beberapa faktor yaitu tingkat pemakaian (usage), tingkat kepuasan (customer satisfaction), rencana pemakaian kedepan (future usage), dan kesediaan memberikan rekomendasi pada pihak lain (referral). Customer loyalty berdasarkan tingkat pemakaian dapat dilihat pada beberapa faktor yaitu frekuensi, banyak search engine yang digunakan, penggunaan fitur lain yang terdapat pada search engine, dan tindakan yang diambil bila menemukan suatu masalah.

Tingkat kepuasan pemakai search engine cukup tinggi terhadap search engine tertentu, dengan mean tingkat kepuasan secara keseluruhan (overal satisfaction) terhadap search engine yang paling sering digunakan adalah mendekati puas . Namun tidak terdapat hubungan tingkat kepuasan keseluruhan dengan kesediaan memberikan rekomendasi mengenai search engine tertentu kepada pihak lain, dan tidak ada hubungan arttara tingkat kepuasan keseluruhan dengan rencana menggunakan search engine yang sama dimasa yang akan datang. Hal ini membuktikan bahwa satisfaction tidak selalu sejalan dengan loyalty, namun satisfied customer akan lebih loyal bila dibandingkan dengan unsatisfied customer.

Mayoritas pengguna search engine akan menggunakan search engine yang sama dimasa yang akan datang, dan bersedia memberikan rekomendasi tentang search engine yang sering digunakan kepada pihak lain. Namun tidak terdapat hubungan antara menggunakan search engine yang paling sering digunakan dimasa yang akan datang dengan memberikan rekomendasi mengenai search engine yang paling sering digunakan kepada pihak lain.
2001
T126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinarni Haditjaroko
Abstrak :
ABSTRAK
Persaingan industri penerbangan domestik indonesia meningkat dengan menciutnya pasar akibat krisis multidmensional yang tak kunjung pulih. Kehadiran perusahaan penerbangan baru mempertajam persaingan, apalagi perusahaan baru ini juga merambah ke rute gemuk yang sebelumnya didominasi oleh pemain lama, seperti Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Bouraq Indonesia dan Mandala Airlines. Dalam persaingan bisnis yang ketat dan kompleks tersebut, layanan yang dapat memuaskan pelanggan merupakan competitive edge. Oleh sebab itu, agar perusahaan dapat menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi, maka perlu diketahui aspek-aspek yang relevan dengan kepuasan pelanggan.

Dengan dasar peinikiran di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi atribut-atribut yang mempengaruhi pelanggan dalam memutuskan pemilihan perusahaan penerbangan domestik, kinerja masing-masing perusahaan penerbangan dalam memuaskan pelanggan, faktor-faktor pendorong kepuasan, dan posisi relatif masing-masing perusahaan penerbangan. Selain itu dikaji hubungan kepuasan pelanggan dengan loyalitas dan perilaku mengeluh, serta implikasi manajerial dari hasil penelitian.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 100 responden yang berdomisili di Jabotabek melalui pengisian kuesioner di mana pengumpulan data dilakukan dengan metode self-administered survey. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelitian eksploratif terhadap berbagai media cetak. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah non probability sampling (convenience sampling).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa atribut-atribut yang mempengaruhi pelanggan dalam memutuskan pemilihan perusahaan penerbangan berdasarkan urutan prioritas adalah kemudahan memperoleh tiket pesawat, harga tiket yang terjangkau, dan keramahan staf/petugas (pada kategori ?sebelum penerbarigan?); ketanggapan awak kabin dalam memecahkan masalah dan berfungsinya fasilitas yang ada, dan keramahan awak kabin (pada kategori ?selama penerbangan?); dan ketepatan penanganan bagasi (pada kategori ?sesudah penerbangan?).

Hasil analisa terhadap kinerja perusahaan menunjukkan bahwa pelanggan yang puas paling banyak dijumpai pada Garuda, dan berturut-turut diikuti oleh Merpati, Bourag dan Mandala.

Dengan mengacu kepada tingkat kepentingan dan prioritas atribut, ketanggapan awak kabin dalam memecahkan masalah yang termasuk dalam kategori layanan selama penerbangan selain merupakan atribut yang menduduki prioritas tertinggi daiam keputusan pemilihan jasa penerbangan domestik, juga merupakan atribut yang perlu ditingkatkan kinerjanya oleh masing-masing perusahaan penerbangan.

Atribut strategik yang perlu ditingkatkan kinerjanya dapat diidentifikasi berdasarkan keunggulan pesaing tethadap atribut yang memiliki prioritas tinggi. Hal yang menonjol tampak pada Garuda dalam pemberian harga yang dianggap terjangkau oleh pelanggan. Sementara pesaingnya (Merpati, Bouraq dan Mandala) menunjukkan kinerja yang baik dalam harga tiket pesawat, Garuda menunjukkan kinerja yang sebaliknya.

Faktor yang paling mendorong kepuasan keseluruhan adalah kepuasan selama penerbangan, sedangkan kenyamanan interior merupakan faktor yang paling mendorong kepuasan selama penerbangan

Dilihat dari posisi antar perusahaan penerbangan, diketahui bahwa perusahaan penerbangan memiliki ciri yang dominan dalam memuaskan pelanggan, kecuali Mandala. Dengan demikian, maka hanya Mandala yang tidak memiliki positioning yang jelas.

Temuan lain menunjukkan bahwa minat untuk tetap menggunakan jasa penerbangan yang sama di masa mendatang dan kesediaan untuk merekomendasikan jasa penerbangan tersebut kepada pihak lain lebih tinggi pada mereka yang puas dibandingkan dengan mereka yang tidak puas, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelanggan yang puas lebih loyal dibandingkan pelanggan yang tidak puas.

Ditemukan pula bahwa pelanggan yang tidak puas belum tentu bersedia untuk menyampaikan masalahnya kepada pihak perusahaan penerbangan. Hal ini terutama disebabkan perusahaan penerbangan belum dapat meyakinkan pelanggan akan kredibilitas mereka dalam menangani masalah pelanggan. Sementara itu, temuan juga menunjukkan bahwa pelanggan yang puas Iebih bersedia untuk merekomendasikan jasa penerbangan yang sama kepada pihak lain dibandìngkan pelanggan yang tidak puas.

Temuan-temuan pada penelitian ¡ni mengarahkan pada hal-hal yang seyogyanya dilakukan oleh perusahaan penerbangan domestik., yaitu: (1) mendesain jasa berdasarkan atribut yang memiiki prioritas tinggi; (2) mengidentifikasi atribut-atribut yang memiliki nilai strategik untuk memenangkan persaingan melalui benchmarking dan penetapan standar layanan yang sesuai dengan tuntutan pasar sasaran; (3) mengembangkan strategi untuk memaksimumkan kepuasan pelanggan, diantaranya melaiui pengelotaan harapan pelanggan yang efektif; (4) mendemonstrasikan kepedulian serta kredibilitas perusahaan dalam penanganan masalah pelanggan melalui praktek-praktek pemulihan layanan (service recovery) yang komprehensif dan tenntegrasi Dengan meleverage pemulihan layanan. maka loyalitas pelanggan dapat ditingkatkan
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Saut Maruarar
Abstrak :
ABSTRAK
Pemilihan tugas akhir ini dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu terhadap intensitas kompetisi sesama media majalah khususnya majalah yang beredar di Jakarta. Karena setelah era reformasi bergulir, pemerintah tidak lagi membatasi penerbitan jumlah SIUPP. Sebagai akibatnya banyak majalah-majalah baru seperti Gamma, Garda, Tropis dan lain-lain, yang tampaknya menjangkau target pasar yang sama dengan majalah yang sudah ada terlebih dahulu seperti Gatra, Tempo, Forum, dan lain-lain.

Gejala-gejala persaingan di atas dapat di paparkan secara objektif dengan melakukan pengelompokkan majalah yang memiliki sifat relatif sama. Dengan bantuan teknik analisis data multivariabel dapat diperoleh informasi yang nantinya dapat digunakan oleh penerbit menganalisa posisi relatif suatu majalah terhadap para pesaingnya.

Salah satu bentuk analisa data multivariabel adalah analisis gerombol (Cluster Analysis), yang merupakan suatu teknik penggerombolan melalui pengidentifikasian ciri ciri gerombol berdasarkan karaktenstik yang dimiliki.

Penelitian ¡ni menggunakan sebelas jenis berita sebagai variabel yang mewakili karakteristik penggerombolan, yaitu : (1) Surat Pembaca, (2) Politik & Keamanan, (3) Ekonomi & Keuangan, (4) Hukum, (5) Seni & Musik, (6) Kesehatan & Olahraga, (7) Pendidikan & Iptek, (8) Luar Negeri (9) Lingkungan, (10) Budaya, dan (11) Fiktif Pemilihan ke-11 jenis berita sebagai variabel pengukuran diperoleh melalui Penciutan 53 buah karakteristik berita dan ke-19 majalah berita yang beredar di Jakarta yang merupakan subjek penelitian. Adapun kriteria penciutan dari 53 buah karakteristik menjadi 11 komponen (variabeI) adalah :

1. Memilih hanya jenis beritanya saja dan memasukkan karakteristik berita menjadi variabel jenis berita. Misalkan : Karakteristik wawancara tokoh Polkam, tulisan pakar polkam, dan tokoh polkam digabungkan menjadi variabel Polkam.

2. Berdasarkan data dan departemen-departemen yang terdapat pada ke-19 majalah sebagai subjek penelilian. Data ini diperoteh sebagai hasil wawancara dengan pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana berbagai majalah.

3. Penelusuran terhadap karakteristik tipe berita, misalkan rubrik undang-undang, kriminilitas, dan penyelundupan digabungkan menjadi variabel Hukum, sedangkan musik, fashion, digabung menjadi variabel Seni & Musik.

Penelitian ini berhasil menggerombolkan ke-19 majalah menjadi 5 buah gerombol yang anggotanya terdiri dari rnajalah-majalah dengan cri-ciri tertentu, Diperoleh pula bahwa dari ke 11 vaniabel pengukuran hanya enam variabel saja yang cukup signifikan membedakan antara gerombol, yakni : (1) Ekonomi & Keuangan, (2) Seni & Musik, (3) Iuar Negeri, (4) Budaya, (5) Kesehatan & Olahraga, dan (6) Fiktif

Dengan demikian hasil pengelompokkan ke-19 majalah dapat digunakan oleh Penerbit majalah untuk mengetahui majalah-majalah mana saja yang memiliki karakteristik hampir sama dan majalah mana saja yang memiliki karakteristik berbeda. ini berguna bagi penerbit majalah untuk melakukan diferensiasi atau diversifikasi penerbitan sebagal upaya mengkreasikan strateginya apakah Investasi untuk bertahan. Investasi untuk berkembang investasi untuk memperoleh kembali, atau investasi untuk Keluar
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Miarni Umar
Abstrak :
Banyaknya produsen multivitamin dan food supplement yang menawarkan produk dengan value yang hampir sama, dan adanya pengaruh iklan, harga dan bujukan persuasif yang dilakukan oleh produsen multivitamin serta switching cost yang rendah, membuat konsumen dapat mempertimbangkan merek multivitamin apa yang lebih cocok bagi mereka. Hal ini mengakibatkan loyalitas konsumen terhadap multivitamin semakin rendah. Kepuasan terhadap produk/jasa yang ditawarkan oleh perusahaan juga menjadi faktor yang menentukan untuk menuju loyalitas, di mana hal ini diperkuat dengan adanya suatu hubungan yang asimetris antara loyalitas dan kepuasan (Waddell, 1995; Oliver, 1999 dalam Gommans, et all, 2001). Tetapi kepuasan yang tinggi dari seorang pelanggan terhadap suatu produkljasa tidak selalu menghasilkan loyalitas yang tinggi pula. Seorang pelanggan dapat merasa puns terhadap suatu produkljasa, masih dapat memilih prndukljasa dari kompetitor dengan berbagai alasan seperti harga, citra perusahaan, ketersediaan barang dan switching cast. Perusahaan juga semakin sadar bahwa konsumen adalah bagian terpenting dalam kelangsungan hidup mereka, dimana loyalitas konsumen menjadi faktor penentu masa depan perusahaan. Untuk itu perusahaan berusaha agar konsumen atau pelanggan, loyal terhadap perusahaan. Pelanggan yang memiliki loyalitas yang tinggi akan tetap menjadi loyal jika sikap mereka terhadap suatu merek adalah positif. Dengan kata lain, keinampuan untuk membuat pelanggan yang mudah berpindah (switchers) menjadi pelanggan yang loyal lebih tinggi bila pelanggan tersebut memiliki sikap yang sesuai mcngcnai suatu merek. Hal ini juga dapat didukung dengan membangun awareness konsumen terhadap suatu merek melalui pembangunan citra merek yang kuat, karena dengan adanya citra merek yang kuat akan mampu membangun loyalitas pelanggan. Melalui penelitian ini ada beberapa pokok masalah yang dibahas, yaitu (1) mengetahui besaran loyalitas yang dimiliki oleh konsumen Hemaviton, Redoxon dan Natur E. (2) mengetahui faktor-faktor yang menentukan loyalitas konsumen Hemaviton, Redoxon dan Natur E. Pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu di lokasi-lokasi kampus, perkantoran dan perumahan di Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Tangerang dan Bekasi). Dengan metodologi pengambjlan sampel non probabilistic sampling, didapat kuesioner sejumlah 120 buah. Pada penelitian ini dilakukan kuota terhadap responden berdasarkan merck yang digunakan sehingga terbentuk 3 kelompok responden yaitu : konsumen Hemaviton, konsumen Redoxon dan konsumen Natur E. Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, konsumen Hemaviton lebih loyal dibanding konsumen Natur E dan Redoxon. Hal ini dikarenakan walaupun nilai loyalitas konsumen Natur E lebih tinggi, konsumen Natur E hanya memiliki keinginan responden untuk menggunakan kembali Natur E di masa mendatang, dan tidak memberikan rekomendasi mengenai Natur E kepada orang lain. Begitu pula dengan konsumen Redoxon yang tidak memiliki keinginan untuk menggunakan kembali Redoxon di masa mendatang, tetapi mereka bersedia untuk menjadi word-of-mouth bagi Redoxon. Sedangkan konsumen Hemaviton memiliki keinginan untuk menggunakan kembali Hemaviton di masa mendatang dan bersedia menjadi word-of-mouth bagi Hemaviton. Kedua, pada Natur E, faktor nilai merek dan kepuasan pelanggan memiliki nilai yang lebih besar dibanding faktor-faktor penentu loyalitas lainnya. Pada Hemaviton, faktor penentu loyalitas yang memiliki nilai mean lebih besar adalah karakteristik pelanggan dan lingkungan pasar. Sedangkan pada Redoxon yang memiliki nilai loyalitas dan kepuasan lebih rendah dibanding Natur E dan Hemaviton, faktor switching barrier dan karakteristik pelanggan memiliki nilai mean loyalitas lebih besar dibanding faktor-faktor penentu loyalitas lainnya, dimana konsumen pengguna Redoxon merasakan adanya suatu hambatan bila mereka berpindah menggunakan merek multivitamin lain yang sejenis. Dan semakin baik nilai merek Redoxon di mata konsumen dan semakin tinggi kepuasan pelanggan maka responden akpn semakin loyal terhadap Redoxon. Penelitian ini memberkan pemahaman tentang pentingnya membangun loyalitas pelanggan dengan memperhatfkan faktor-faktor penentu loyalitas yang dapat membentuk loyalitas konsumen terhadap spatu produk.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T18208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Jasmine
Abstrak :
Persaingan yang ketat dalam industri televisi Indonesia akan semakin menajam dengan akan mulai mengudaranya 4 stasiun televisi baru, dengan tenggat waktu 25 Oktober 2001 ini. Belanja iklan yang pada tahun ini masih dinikmati oleh 6 stasiun televisi, mulai akhir tahun akan dibagi kepada 10 stasiun televisi. Untuk berusaha bertahan dalam situasi ini, hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pendapatan, mengingat biaya operasional stasiun televisi yang sangat tinggi. Salah satu penentu utama dari pendapatan adalah penentuan harga spot iklan di stasiun televisi swasta, sehingga penentuan harga tersebut dapat dioptimalkan, namun juga sesuai dengan persepsi kualitas dan program tersebut dari sisi pemasang ikian. Dengan dasar pemikiran diatas, maka penelilian ini dilakukan untuk mengidentifikasi atribut-atribut yang mempengaruhi pemasang iklan dalam pengambilan keputusan pembelian spot iklan di stasiun televisi, kinerja masing-masing stasiun televisi, posisi relatif, dan pengaruh dari faktor-faktor tersebut pada penetapan harga yang sesuai untuk program-program di masing-masing stasiun televisi. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 30 responden yang bekerja di perusahaan periklanan pada bagian media planner atau media buyer, melalui pengisian kuesioner dengan metode self-administered. Data Sekunder diperoleh dari hasil riset AC Nielsen dan berbagai medìa cetak. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa atribut-atnbut yang mempengaruhi pemasang iklan dalam memutuskan pembelian spot iklan di stasiun televisi tertentu berdasarkan peringkat adalah Cost Per Rating Point murah, rating tinggi, audience share tinggi, kecocokan profil pemirsa dengan target market produk, harga spot iklan, program yang menarik, jam tayang yang tepat, bonus spot, kemudahan dalam membeli spot iklan, kepastian perolehan spot iklan, nama stasiun televisi, harga spot iklan pada stasiun televisi kompetitor, informasi yang cepat mengenai program baru kemudahan menyerahkan copy iklan, dan rumah produksi yang melakukan produksi program. Hasil analisa terhadap kinerja atribut ?harga sesuai kualitas? menunjukkan bahwa Indosiar paling memberikan value bagi pemasang iklan, diikuti dengan SCTV dan RCTI. Kekuatan brand name stasiun televisi palìng tinggi dimiliki oleb RCTI, diikuti dengan Indosiar dan SCTV. Untuk atribut program, Indosiar kuat pada program Quiz, sementara RCTI kuat pada program Film Lepas, program Infotaiment dan program Anak-anak, sementara SCTV kuat pada program berita. Berkaitan dengan posisi antar stasiun televisi swasta, RCTI dan IVM telah melakukan positioning dengan baik, sementara SCTV terhhat belum jelas positìoningnya. Untuk atribut pelayanan yaitu kemudahan dalam melakukan pembelian spot iklan, kemudahan perolehan konfirmasi atas spot iklan, informasi mengenai program baru dengan cepat, serta kemudahan menyerahkan copy iklan dalam waktu dekat dengan penayangannya, diketahui bahwa SCTV paling unggul dalam 4 atribut pelayanan ini, Indosiar berada ditengah-tengah, sementara RCTI adalah yang paling buruk. Hasil dari analisa penentuan rentang harga menunjukkan bahwa untuk program tertentu seperti film lepas, anak-anak, ternyata kekuatan program yang dimiliki oeh stasiun televsì tidak cukup untuk memberikan diferensiasi sehingga rentang harga yang ditetapkannya tidak berbeda dengan kompetitor terdekatnya. Akan tetapi untuk program infotainment dan quiz, ternyata keunggulan yang dimiliki oleh stasiun televisi dapat dimanfaatkannya dalam menetapkan rentang harga yang lebih tinggi. Temuan-temuan pada penelitan ini mengarahkan pada hal-hal yang seyogyanya dilakukan oleh stasiun televisi swasta, yaitu: (1) memperkuat positioningnya sehingga memberinya kekuatan dan keleluasaan dalam menetapkan harga spot iklan (2) memperbaiki kinerja pelayanan yang akan sangat berpengaruh pada saat diferensiasi program tidak terasa (3) Dengan semakin tingginya perhatian pemasang iklan terhadap kecocokan profil pemirsa dengan target market produk atau jasa, stasìun televisi dapat mulai membuat program-program yang relatif lebih segmented (4) Dengan diperolehnya rentang harga yang optimal bagi masing-masing stasiun televisi, stasiun televisi sebaiknya menetapkan barga sesuai dengan rentang harga tersebut, sehingga tidak terjadi perubahan persepsi pemasang ikian terhadap kesesuaían harga dengan kualitas dan program tersebut dan tidak ada perubahan demand yang mencolok.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3398
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmie Kasmy
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam persaingan merek, merupakan tantangan bagi pemasar untuk meningkatkan ekuitas mereknya karena ekuitas merek yang tinggi bisa menciptakan keuntungan yang tinggi pula bagi manufaktur komputer Ekuitas merek yang tinggi akan menciptakan loyalitas dan memberikan peluang bagi perusahaan untuk menawarkan produk dengan harga yang sesuai dengan perceived quality dari konsumen.

Pada beberapa jurnal pemasaran khususnya mengenai co-branding ditemukan hahwa Co-branding memberikan kesan tertentu terhadap kualitas suatu produk yang dipasarkan sebagai contoh: Ssangyong dengan Mercedes-Benz, CitiBank dengan Visa atau Master Card, diet Coke dengan Nutrasweet. Patria dengan Komatsu. Kesan tersebut tercakup didalamnya kualitas dan harga produk yang dipasarkan. Sehingga tiga tujuan utama di dalam penelitian ini yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh co-branding terhadap kesan kualitas produk komputer dan sejauh mana kesan kualitas itu berubah setelah dilakukan co-branding dengan suatu processor, mengetahui perubahan harga dan sebelum dilakukan co-branding dan setelah dilakukan co-branding untuk kategori produk komputer, mengetahui pengaruh Co- branding komputer dengan prosessor terhadap dasar pertimbangan konsumen didalam pembelian.

Bentuk penelitian yang dilakukan adalah dengan descriptive analysis. Survei dilakukan di wilayah DKI Jakarta dengan jumlah responden 200 orang. Data primer diperoleh melalui metode sample survey dengan instrumen utama kuesioner. Variabel utama yang diukur didalam penelitian ini terdiri dari perceived quality, perceived price, serta variabel pendukung Iainnya (product attribute, brand awareness, advertising awareness, buying behaviour, product usage). Responden dalam penelitian ini mengisi sendiri kuesioner (self-administered survey) yang diberikan kepadanya dengan cara drop-off Khusus untuk variabel brand awareness dan brand association dilakukan dengan teknik in-depth interview.

Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai persepsi terhadap kualitas dan harga produk komputer dan prosessor. Ada tiga merek yang di analisis untuk kedua produk, masing-masing mewakili brand power: strong, moderate, dan weak. Untuk produk prosessor digunakan merek Intel Pentium, AMD Athion. dan VIA Cyrix. Sedangkan untuk produk komputer digunakan merek Compaq, Zyrex, dan Extron. Untuk mengukur perceived qualiiv digunakan 6 points liken scale, dimana 1 berarti kualitas sangat rendah dan 6 berarti kualitas sangat tinggì. Untuk variabel perceived price ditanyakan kepada responden persepsinya terhadap harga apakah lebib tinggi, Iebih rendah, atau sama saja (kira-kira berapa persen), apabila diberikan sebuah zero origin dengan patokan 100%. Sedangkan dalam meneliti variabel product attribut digunakan 6 points liken scale untuk tingkat kepentingan atribut dan ordinal scale untuk prioritas kepentingan atribut.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka pada para responden ditanyakan persepsinya terhadap kualitas dan harga sebelum dan sesudah co-branding. Hasil yang diperoleh untuk kondisi perceived quality dan price adalah: pertama, bagi host brand terlihat bahwa secara keseluruhan persepsi kualitas akan meningkat apabila beraliansi dengan ingredient brand yang Iebih kuat danpada dengan ingredient brand yang lebih lemah. Kedua, secara keseluruhan persepsi terhadap harga akan cenderung meningkat apabila beraliansi dengan ingredient brand yang Iebih kuat daripada ingredient brand yang lebih lemah.

Untuk mengukur tingkat signifikansi perubahan pada perceived quality dan price dilakukan uji paired sample t-test. Dan uji yang dilakukan diperoleh hasil bahwa: pertama, persepsi kualitas konsumen terhadap merek komputer secara signifikan dipengaruhi oleh semua merck co-brand prosessor kecuali co-branding antara merek Intel Pentium dengan Compaq dimana kedua merek merupakan brand yang sama-sama kuat. Kedua, untuk host brand Compaq, Zyrex, dan Cyrix, perceived price akan menìngkat secara signifikan apabila melakukan co-branding dengan ingredient brand yang kuat seperti Intel Pentium. Sebaiknya, perceived price akan menurun secara signifikan apabila dilakukan co-branding dengan ingredient brand yang lemah seperti VIA Cyrix. Sedangkan apabila host brand melakukan co- branding dengan ingredient brand yang kuat secara moderat, maka terdapat kecenderungan bahwa perceived price akan meningkat atau menurun secara tidak signifikan.

Dari analisis terhadap atribut fisik maupun non fisik, diperoleh kesimpulan bahwa prosessor merupakan atribut penting dan diprioritaskan di dalam proses pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian komputer. Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa co-branding manufaktur komputer dengan processor sebagai secondary association merupakan Iangkah yang tepat. Uji anova yang dilakukan terhadap tingkat kepentingan dan prioritas atribut, membuktikan bahwa kecepatan dan merek prosessor tidak secara signifikan dipersepsikan berbeda dalam proses pembelian PC baik bagi owner maupun non owner.

Dari hasil penelitian yang didapat, maka beberapa hal yang dapat disarankan. Pertama, bagi manufaktur komputer secara umum, co-branding meniiliki pengaruh yang signifikan untuk mempengaruhi perceived quality dan price terhadap produk komputer sehngga merupakan langkah yang potensial untuk melakukan aliansi dengan prosessor untuk menerapkan pemasaran bersama dengan co-branding atau lebih spesifik dengan ingredient branding. Namun perlu diingat, persepsi kualitas dan harga akan cenderung meningkat secara signifikan apabila metakukan co-branding dengan merek prosessor yang lebih kuat daripada. host brand.

Kedua, bagi merek-merek komputer yang diteliti, untuk merek Zyrex dan Extron co- branding seharusnya dilakukan dengan merek prosessor yang kuat seperti Intel Pentium agar peningkatan terhadap perceived quality dan price dapat Iebih signifikan. Bagi Compaq yang cenderung memiliki brand power yang sama dengan merek kuat seperti Pentium, ada baiknya untuk mempertimbangkan untuk melakukan alternatif co-branding dengan merek produk komplementer seperti Windows atau melalui peningkatan terhadap value to the customers dengan mengeksploitasi atribut-atribut produk lainnya yang penting bagi konsumen seperti garansi dan afler sales service. Hal ini disebabkan karena peningkatan terhadap perceived quality cenderung tidak bertambah secara signifikan apabila Compaq melakukan co-branding dengan intel Pentium.

Ketiga, bagi para akedemisi, hasil yang diperoleh dari penelitian ini menguatkan kesimpulan bahwa co-branding dapat secara signifikan meningkatkan perceived quality dan price bagi host brand apabila dilakukan dengan ingredient brand dengan kekuatan merck ( brand power) tertentu.
2002
T3574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dachyara Pranoto
Abstrak :
Perkembangan teknologi infornasí dan internet saat ini telah diakui oleh banyak pimpinan perusahaan di dunia sebagai salah satu business driver yang mengubah cara pandang dan perilaku perusahaan dalam berhubungan dengan konsumennyya. Aplikasi teknologi Internet yang begitu luas di dalam dunia bisnis dapat diterapkan dalam keseluruhan sistem perusahaan mulai dari back office hingga distribusi produk dan jasa (delivery channel) kepada pelanggan akhir. Salah satu institusi yang paling banyak mengadopsi teknologi informasi saat ini adatah industri perbankan yang secara terus menerus meningkatkan kemampuan operasionalnya dan kemampuaflflYa dalam melayani nasabahnya secam Iebih mudah, Iebih cepat dan lebih nyaman tanpa batasan waktu dan tempat.

Internet telah menjadi gaya hidup sebagian penduduk di kota-kota besar di dunia termasuk Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Perkembangan teknologi Internet ini secara langsung telah mempengaruhi nilai (value) dan keyakinan (belief) dan konsumen yang pada akhirnya akan tercermin pada sikap dan perilaku konsumen. Penerirnaan masyarakat terhadap produk internet banking sebagaimana yang disajikan dalam penelitian ini merupakan salah satu contoh yang dapat menunjukkan adanya perubahan pada perilaku konsumen di Jakarta.

Latar belakang yang mendasari penelitian ini adalah, adanya pemikiran bahwa setiap kehadiran suatu produk yang bersifat inovatif dan menggunakan teknologi baru (seperti produk internet banking dalam penelitian ini) secara teoritis harus melewati suatu tahapan proses penerimaan (consumer adoption process,) sebelum dapat dinyatakan diterima atau ditolak oleh konsumen pengetahuan terhadap setiap tahapan dalam proses adopsi ini sangat bermantaat bagi pemasar untuk menentukan arah perencanaan pemasaran produk terutama kepada terhadap para konsumen yang memiliki sifat innovator atau early adopters yang dapat menentukan kesuksesan penyebaran produk tersebut di kemudian hari.

Tujuan yang ingin dicapal penelitian ini adalah : mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses penerimaan produk, mengetahui sikap dan perilaku nasabah dalam mengadopsi produk internet banking serta mengidentifikasi dan mengevaluasi atribut-atribut yang berpengaruh terhadap keputusan penggunaan Internet banking Kerangka dasar teoritis yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak dari sudut pandang ilmu pemasaran dan ilmu mengenai perilaku konsumen terutama teori rflengeflal dopsi terhadap produk dan innovasi baru di bidang jasa keuangan.

Metodologi penelitian yang digunakan adalab dengan melakukan riset perilaku terhadap sejumlah nasabah bank di Jakarta yang telah menyelenggarakan internet banking. Riset eksploratori digunakan untuk menggali atribut-atribut produk dengan meminta pendapat para ahli dan sumber-sumber data sekunder terutama dan internet, Selanjutnya digunakan nset deskriptif untuk mengolah data yang diperoleh dari pendapat para nasabah tersebut dengan bantuan paket progzam statistik SPSS. Sumber data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan web survey yang telah di desain secara khusus untuk keperluan penelitian ini . Sampel responden dipilih secara acak dan para nasabah bank yang aktif menggunakan internet dari sejumlah lokasi perkantoran di wilayah Jakarta yang dianggap cukup representatif mewakili keseluruhan nasabah bank yang biasa menggunakan internet.

Hasil penelitian terhadap proses penerimaan produk Internet banking menunjukkan bahwa nasabah internet banking berbeda dengan nasabah bank ?tradisional?. Pengguna internet banking memiliki Customer value yang menginginkan adanya kecepatan, kenyamanan, dan kepraktisan dalam pelayanan sebagaimana keunggulan yang ditawarkan oleh internet secara umum. Proses adopsi terhadap internet banking di kota-kota besar seharusnya ticlaklah sulit dan terlalu lama seperti yang terjadi dengan produk ATM yang memakan waktu lebih dari 5 tahun untuk dapat digunakan secara masal dan menjadi pemandangan yang biasa.

Hasil analisa faktor menunjukkan adanya 6 fàktor yang mempengaruhi proses adopsi produk internet banking di kalangan nasabah bank di Jakarta. Faktor-faktor tersebut sesuai dengan urutan tingkat kepentingannya adalah : faktor keamanan, kepercayaan, aksesibilitas situs Internet, kenyamanan transaksi, biaya koneksi dan desain situs. Implikasi manajemen dari ke-enam faktor tersebut bagi bank adalah peningkatan pelayanan bagi nasabah termasuk melakukan edukasi agar proses adopsi dan adaptasi produk dapat lebih dipercepat.

Kekhawatiran terbesar konsumen saat ini dan merupakan faktor kunci adalah masalah keamanan di Internet yang merupakan titik terlemah dalam penyelenggaraan jasa ini. Perbaikan pada sistem keamanan dan jaminan tethadap setiap transaksi yang dilakukan merupakan hal yang mutlak harus dilakukan oleh bank-bank penyelenggara. Hal ini harus disampaikan dan dikomunikasikan secara terus menerus kepada calon pelanggan agar lebih yakin dalam menggunakan jasa tersebut.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>