Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arni Budi Meisa Ndari
"Perawatan alat pacu jantung sementara (APJS) yang melalui insersi tranfemoralis mengharuskan pasien untuk tirah baring sampai APJS di lepas. Hal ini menyebabkan penekanan pada punggung yang berakibat nyeri pada punggung bagian bawah sehingga dibutuhkan intervensi untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi efek memberikan bantal penyangga di punggung bagian bawah selama 6 jam tiap 24 jam dan diberikan selama 2 hari perlakuan. Desain penelitian menggunakan quasi-experiment with control group pada 50 pasien dengan cara consecutive sampling. Pengukuran skor nyeri dengan menggunakan VAS dan skor kenyamanan dengan ICQ. Hasil penelitian ini adalah selisih skor nyeri berbeda secara signifikan pada pengukuran hari kedua antara kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (p-value<0,05). Pemberian bantal penyangga berpengaruh signifikan pada skor nyeri dan kenyamanan pada kelompok intervensi (p-value<0,05). Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh signifikan pemberian bantal penyangga terhadap skor nyeri. Pemberian intervensi menurunkan skor nyeri dan kenyamanan pada pengukuran berulang. Bantal penyangga dapat direkomendasikan untuk mengatasi permasalahan nyeri dan kenyamanan pasien dengan APJS.

Temporary pacemaker transfemoral requires the patient to be on bed rest during treatment to prevent complication, which can cause low back pain due to prolonged supine position. The study aims to alleviate pain and improve patient comfort by using a support pillow for 2 days, apllied fro 6 hours within a 24-hour period on the lower back. The research method used is quasi-experiment with control group with pre-test and post-test on 25 patients in intervention group and 25 patients ini control group in the cardiac intensive care unit. Pain scores were measured using the VAS Score ruler and comfort scores using the ICQ questionnaire. The result showed a significant effect on difference in pain score in the intervention group compared to control group (p value = 0,041), but no significant difference in comfort score (p value = 0,297). There was significant difference in repeated measurements of pain score in the intervention group, but no difference in control group (p value = 0,026; p value = 0,677). There was a significant difference in comfort scores before compared to after treatment in intervenstion group, but no difference in control group (p value = 0,013; p value = 0,294). A support pillow can be recommended to alleviete pain and improve comfort for patients with temporary pacemaker."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahadi
"Latar belakang: Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang memerlukan terapi baik farmakologis ataupun non farmakologis. Terapi farmakologis dapat diberikan obat-obat antihipertensi, sedangkan terapi non farmakologis dapat diberikan dengan upaya perubahan gaya hidup melalui pilar ketofastosis yaitu intermittent fasting, moving, relaxing, feeding, dan sleeping. Tujuan: Untuk mengidentifikasi hubungan kepatuhan menjalani gaya hidup ketofastosis dengan nilai tekanan darah pada pengidap hipertensi. Metode: Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain analitik observasional melalui pendekatan potong lintang atau cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling diperoleh sebanyak 95 responden yang menjalani gaya hidup ketofastosis. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan nilai 0,363-0,922 dan Cronbach Alpha 0,845-0,939. Hasil: Hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan yang signifikan pada responden yang patuh menjalani ketofastosis dan responden yang tidak patuh menjalani ketofastosis dengan tekanan darah sistolik (p-value = 0,008) dan tekanan darah diastolik (p-value = 0,000) dan pada uji multivariat menunjukkan bahwa ada hubungan kepatuhan menjalani ketofastosis dengan tekanan darah sistolik (p-value = 0,031 < 0,05) dan tekanan darah diastolik yang signifikan (p-value = 0,000 < 0,05). Simpulan: Terdapat hubungan signifikan kepatuhan menjalani ketofastosis dengan tekanan darah (sistolik dan diastolik) setelah dikontrol oleh variabel perancu seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menjalani ketofastosis, minum obat hipertensi, dan dukungan keluarga.

Background: Hypertension is a cardiovascular disease that requires both pharmacological and non-pharmacological therapy. Pharmacological therapy can be given antihypertensive drugs, while non-pharmacological therapy can be given by lifestyle changes through the pillars of ketofastosis, namely intermittent fasting, moving, relaxing, feeding, and sleeping. Objective: To identify the relationship between the level of adherence to a ketofastosis lifestyle and blood pressure scores in hypertensive patients. Methods: The study was conducted using a quantitative research method with an observational analytical research design through a cross-sectional approach. Apurposive sampling technique was used and identified 95 respondents who underwent a ketofastosis lifestyle. The instrument used was a questionnaire with the results of the validity and reliability test was a value of 0.363-0.922 and Cronbach Alpha 0.845- 0.939. Results: The results of the statistical test showed that there i a significant relationship between respondents who adhered to ketofastosis and respondents who did not comply with ketofastosis with systolic blood pressure (p-value = 0.008) and diastolic blood pressure (p-value = 0.000) and in the multivariate test showed that the relationship between adherence to ketofastosis and systolic blood pressure (p-value = 0.031 < 0.05) and diastolic blood pressure (p-value = 0.000 < 0.05). Conclusion: There is a significant relationship between compliance with ketofastosis and blood pressure (systolic and diastolic) after controlling for confounding variables such as age, gender, education, employment, length of time undergoing ketofastosis, taking hypertension medication, and family support."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Aprilia
"Berduka dapat dirasakan oleh pasien SKA yang kehilangan kondisi sehatnya secara tiba-tiba. Berduka bisa menjadi rumit sehingga dapat menurunkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan meningkatkan resiko kejadian infark berulang dan rehospitalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan berduka pada pasien yang dirawat pasca SKA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik, menggunakan pendekatan cross sectional yang melibatkan 132 responden. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji chi square dan regresi logistik berganda. Karakteristik sosiodemografik responden menunjukkan bahwa sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan tinggi, aktif bekerja, dan berstatus menikah. Responden dengan usia ≤ 60 tahun dan > 60 tahun memiliki proporsi yang sama. Berdasarkan karakteristik klinis, sebagian besar responden menjalani rawat inap ≤ 5 hari, tidak memiliki riwayat SKA, memiliki ko-morbid, dan memiliki keterbatasan mobilitas fisik. Sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga baik, kecerdasan spiritual baik dan persepsi terhadap penyakit negatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami berduka yang tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara ko-morbid (p=0.028), keterbatasan mobilitas fisik (p=0.031), kecerdasan spiritual (p=0.022), dan persepsi terhadap penyakit (p=0.004), dimana persepsi terhadap penyakit adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan berduka, dengan OR 3.362 (CI 95% 1.389-8.134). Pentingnya intervensi keperawatan untuk meningkatkan persepsi terhadap penyakit dan mencegah terjadinya berduka tinggi yang memanjang dan rumit pada pasien SKA.

Grief can occur in ACS patients who suddenly lose their healthy condition. Grieving can be complicated and can reduce patient compliance with treatment and increase the risk of recurrent infarction and rehospitalization. This study aims to determine factors associated with grieving among hospitalized patients after ACS event. This research is a quantitative research with a descriptive analytical design, using cross sectional approach involving 132 respondents. Data analysis used descriptive analysis, chi-square test and multiple logistic regression. The sociodemographic characteristics of the respondents showed that the majority were men, highly educated, actively working, and married. Respondents aged ≤ 60 years and > 60 years have the same proportion. In clinical characteristics, most of the respondents were hospitalized for ≤ 5 days, had no history of ACS, had co-morbidities, and had limited physical mobility. Most respondents had good family support, good spiritual intelligence and negative perceptions of illness. The results of this research show that the majority of respondents experienced high levels of griving. There is a significant relationship between co-morbidity (p= 0.028), limited physical mobility (p=0.031), spiritual intelligence (p=0.022) and perception of illness (p=0.004), where perception of the illness is the most dominant factor related to grief, with OR 3.362 (CI 95% 1.389-8.134). It is important to provide nursing interventions to improve perceptions of illness and prevent prolonged and complicated grief in ACS patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kapriana Tanty Natalia
"Gagal jantung fraksi ejeksi rendah merupakan salah satu permasalahan kardiovaskular yang memiliki prognosis buruk dan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Permasalahan yang dihadapi pasien gagal jantung fraksi ejeksi rendah diantaranya adalah gangguan tidur dan stres. Perawatan diri merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kualitas hidup, mengurangi angka rehospitalisasi dan menurunkan angka kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat stres dan kualitas tidur dengan perawatan diri pada pasien gagal jantung fraksi ejeksi rendah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional melibatkan 110 responden yang direkrut menggunakan flyer rekrutmen responden sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Instrumen untuk mengukur tingkat stres, kualitas tidur dan perawatan diri digunakan dalam penelitian ini. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, berkisar pada usia 59 tahun, memiliki pendidikan tinggi, penghasilan berkisar 3,5 juta rupiah, menderita gagal jantung 3 tahun atau lebih, dan memiliki komorbid. Sebagian besar responden memiliki tingkat stres rendah, kualitas tidur buruk dan perawatan diri adekuat. Tidak terdapat hubungan antara tingkat stres dengan perawatan diri. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan perawatan diri dengan variabel kovariatnya adalah pendidikan. Namun, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengeksplor variabel lain yang memengaruhi perawatan diri pasien gagal jantung fraksi ejeksi rendah. 

Heart Failure reduced Ejection Fraction (HFrEF) is a cardiovascular problem that has a poor prognosis and can affect the patient's quality of life. Issues of patients with heart failure reduced ejection fraction include sleep disorder and stress. Self-care is a key to improved quality of life, reduced rehospitalitation rates, and reduced deaths. This study aimed to identify the correlation between stress levels and sleep quality with self-care in heart failure reduced ejection fraction. This study is quantitative research used a cross-sectional design involved 110 respondents who were recruited using a respondent recriutment flyer in accordance with the inclusion criteria that have been set. Stress level, sleep quality and slf-care were used in this study. Data analysis used descriptive analysis, chi-square test and logistic regression. The result showed that the majority of respondents were male, aged 59 years, had higher education, had an income of around 3.5 million rupiahs, had suffered from heart heart failure for 3 years or more, had NYHA functional calss II, and had comorbidities. Most respondent had low stress levels, poor sleep quality and adequate self-care. There was a significant relationship between sleep quality and self-care with the covariate variable being education. However, future research is needed to explore other variables that affect the self-care of patients with heart failure reduced ejection fraction."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangole, Josua Edison
"Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler paling banyak dan mempengaruhi sekitar 20-50% dari populasi orang dewasa di seluruh dunia. Kematian yang disebabkan oleh hipertensi sekitar 7,5 juta orang per tahunnya, dan merupakan 12,8% dari kematian dari seluruh dunia. Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa kebiasaan berendam dalam bak air panas dapat memberi pengaruh pada penurunan obesitas, tekanan darah diastolik, dan kontrol glikemik. Kebiasaan berendam air panas menunjukkan efek jangka pendek dari bagi penyakit kardiovaskuler yaitu penurunan tekanan darah, resistensi pembuluh darah perifer, kekakuan arteri, juga dapat mengaktifkan sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin aldosterone, dan hipotalamus-hipofisis adrenal. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi hubungan kebiasaan berendam air panas dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di Manado. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cross sectional study dengan pendekatan analisis deskriptif. Penelitian dilakukan di RSUP prof Dr. R. D. Kandou Kota Manado. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah penderita hipertensi yang melakukan kontrol ke klinik hipertensi RSUP Prof DR. R. D. Kandou Manado. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Total Sampling dimana semua pasien hipertensi yang memiliki kebiasaan berendam air panas dan datang ke klinik Hipertensi yang berjumlah 55 Orang. Hasil, pada analisis univariat menunjukkan bahwa responden Sebagian besar memiliki usia <50 tahun (56,4%), dengan jenis kelamin yang paling banyak perempuan (58,2%). Berdasarkan tingkat pendidikan, responden memiliki mayoritas pendidikan tinggi (83,1%) dan sebagian besar bekerja (78,2%), dan dominan memiliki tempat tinggal di pedesaan (70,9%). Responden memiliki kebiasaan berendam air panas paling banyak >2x/minggu (52,7%), dengan tekanan darah normal tinggi paling banyak (40%). Sebagian besar responden dengan tingkat stres ringan (96,4%) dan pola tidur baik (98,2%). Responden sebagian besar memiliki tingkat selfcare baik (61,8%). Pada analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi berendam air panas dengan tekanan darah (p=0,002; a 0,05). Dan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan tekanan darah saat ini (p<0,001; a 0,05). Variabel perancu jenis kelamin, tingkat pendidikan, stress, pola tidur serta selfcare tidak berhubungan signifikan dengan tekanan darah pada pasien hipertensi. Pada analisis multivariat menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel yang dapat dijadikan perancu yaitu usia. Usia merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan berendam air panas terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

Hypertension is the most prevalent cardiovascular disease and affects about 20–50% of the adult population worldwide. Hypertension causes about 7.5 million deaths a year and accounts for 12.8% of all deaths worldwide. Research results in Japan show that the habit of soaking in hot tubs can have an impact on decreasing obesity, diastolic blood pressure, and glycemic control. The habit of drowning in hot water indicates the short-term effects of cardiovascular diseases such as decreased blood pressure, peripheral vascular resistance, and arterial stiffness. It can also activate the sympathetic nervous system, the renin angiotensin aldosterone system, and the hypothalamus-hypofysis adrenal. The aim of the study is to identify the relationship between the habit of drinking hot water and blood pressure in hypertensive patients in Manado. Methods used in this study is a cross-sectional study with a descriptive analysis approach. The research was conducted at RSUP, Prof. Dr. R. D. Kandou City of Manado. The affordable population in this study was hypertensive patients who performed controls at the RSUP hypertension clinic, Prof. Dr. The sampling technique used in this study was total sampling, where all 55 hypertensive patients who had the habit of drowning in hot water came to the hypertension clinic. Results of the univariate analysis showed that the majority of respondents were <50 years old (56.4%), with the sex being the most female (58.2%). Based on the level of education, respondents had a majority of higher education (83.1%) and were mostly working (78.2%), and the majority had a residence in the countryside (70.9%). Respondents had the most hot water drinking habits >2x/week (52.7%), with normal high blood pressure the most (40%). Most respondents had mild stress levels (96.4%) and good sleep patterns (98.2%). The bivariate analysis showed that there was a significant relationship between the frequency of hot water drowning and blood pressure (p = 0.002; 0.05). And there is a significant between age and current blood pressure (p<0,001; a 0,05). Variables such as gender, level of education, stress, sleep patterns, and self-care were not significantly related to blood pressure in hypertensive patients. In multivariate analysis using regression binary logistic analysis, the variables that could be used were age. Age is the most influential variable on blood pressure in hypertensive patients. Conclusion of this study is that there is a significant link between the habit of drowning in hot water and blood pressure in hypertensive patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan
"Latar belakang :Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita yang memiliki komplikasi yang berbahaya. Dampak ansietas pada hipertensi tidak tertangani maka dapat memperburuk kondisi hipertensi. Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pranic healing terhadap ansietas, tekanan darah dan nadi pasien hipertensi. Metode: Penelitian ini quasi eksperiment pretest-postest control group dengan simple random sampling. Berdasarkan data kunjungan ke puskesmas di acak kedalam kelompok pranic healing dan kelompok kontrol. Kelompok pranic healing 37 diberikan perlakuaan pranic healing setiap pekan selama 4 pekan. Kelompok kontrol 36 diberi tindakan dasar setiap pekan selama 4 pekan. Ansietas diukur menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Analisis data menggunakan menggunakan Mann Whitney dan Independen T test. Hasil: perbedaan perubahan skor sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada ansietas kelompok intervensi sebesar 10 dan pada kelompok kontrol 14, dengan p = 0,001. Tekanan sistolik kelompok intervensi rerata 138,6 mmHg dan kelompok kontrol 146,0 mmHg dengan p = 0,001. Tekanan diastolik kelompok intervensi sebesar 84 mmHg dan pada kelompok kontrol 88,5 mmHg, dengan p = 0,001. Nadi kelompok intervensi sebesar 86 x/mnt dan pada kelompok kontrol 87,5 x/mnt, dengan p = 0,117. Kesimpulan: pranic healing menurunkan ansietas dan tekanan sistolik dan diastolik, pranic healing dapat digunakan pada penderita hipertensi

Background: Hypertension is one of the most common diseases that has dangerous complications. The impact of anxiety in hypertension is not handled, it can worsen the condition of hypertension. Objective: The study aims to determine the effect of pranic healing on anxiety, blood pressure, and pulse of hypertensive patients. Methods: This research is a quasi-experiment pretest-postest control group with simple random sampling. Based on data on visits to the health center, patients were randomized into a pranic healing group and a control group. The pranic healing group 37 was given pranic healing treatment every week for 4 weeks. The control group 36 was given basic care every week for 4 weeks. Anxiety was measured using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Data analysis using Mann Whitney and Independent T-test. Results: differences in changes in scores after treatment in the intervention group and control group. In the intervention group anxiety was 10 and in the control group 14, with p = 0.001. The systolic pressure of the intervention group averaged 138.6 mmHg and the control group 146.0 mmHg with p = 0.001. The diastolic pressure of the intervention group was 84 mmHg and in the control group 88.5 mmHg, with p = 0.001. The pulse rate of the intervention group was 86 x/min and that of the control group was 87.5 x/min, with p = 0.117. Conclusion: Pranic healing reduces anxiety and systolic and diastolic pressure, pranic healing can be used in patients with hypertension."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Nyoman Rai Bawa
"Prevalensi Sindrom Koroner Akut (SKA) yang merupakan penyakit jantung iskemik paling kritis menjadi sumber utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, meningkat secara signifikan setiap tahunnya di Indonesia termasuk Bali pada kelompok usia dewasa muda. Identifikasi faktor resiko yang bisa dimodifikasi seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol dan makanan olahan yang membudaya menjadi bagian penting untuk pembuatan strategi pencegahan primer, terjadinya serangan dan pencegahan sekunder mengurangi readmision. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor yang dapat dimodifikasi berhubungan dengan kejadian SKA usia dewasa muda di Bali. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional dengan studi deskriptif-analitik, dan teknik consecutive sampling pada 150 responden sesuai kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara Hipertensi, Diabetes Mellitus, Dislipidemia, Hiperuresemia, Diet, Aktivitas fisik, Obesitas, Merokok, Konsumsi Alkohol, Stres, dan Kualitas Tidur. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian SKA pada dewasa muda di Bali adalah Hipertensi (OR=6,785). Rekomendasi diharapkan penelitian lanjutan terkait faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian SKA dewasa muda di Bali seperti kardiososial serta strategi pencegahan dan pengendalian berbasis budaya Bali.

The prevalence of acute coronary syndrome (ACS), which is the most critical ischemic heart disease and the main source of morbidity and mortality in the world, it increases significantly every year in Indonesia, including young adult in Bali. Modifiable risk factors, such as the habit smoking habits, consuming alcohol drinks and processed foods is an important part of primary prevention strategy of attacks and secondary prevention of reducing readmissions. This study aims to identify modifiable factors that are associated with the incidence of acute coronary syndrome (ACS) in young adults in Bali. This quantitative research used a cross-sectional design with a descriptive-analytic study and a consecutive sampling technique on 150 respondents according to the inclusion criteria. Data analysis used descriptive analysis, chi-square test, and logistic regression. The results showed that there was a significant association between Hypertension, Diabetes Mellitus, Dyslipidemia, Hyperurecemia, Diet pattern, Physical activity, Obesity, Smoking, Alcohol consumption, Stress, and Sleep Quality. The most factor associated with the incidence of ACS in young adults in Bali is hypertension (OR=6.785). Recommendations for further research regarding other factors that can affect the incidence of ACS such as cardio-social in young adults in Bali as well as prevention and control strategies based on Balinese culture."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library