Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irawan Prayoga
Abstrak :
Tesis ini membahas tenlang studi strukturasi lerhadap musik indie di Jakarta. Secara khusus, penelitian ini melihat struktur dominasi induslri musik major label dan bagaimana produksi/rcproduksi sistem nilai pada musik indie tersebut_ Pcnclilian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivis kritis. Dengan menggunakan pendekatan sosiokulluml, penelitian ini memakai teori strukturasi Anthony Giddens. Hasil penelitian menemukan bahwa sistem nilai yang dibangun oleh musik indie merupakan suatu relasi oposisi terhadap sistem nilai musik major label. Sistem nilai pamungkas milik musik indie yang tidak dapat disentuh oleh kapitalis adalah free culture.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33844
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christin Agustina P.
Abstrak :
Tesis ini membahas bagaimana Tempo mengkonstruksikan gay dalam pemheritaan tentang pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan. Dilihat dari teori simulacra yang dikemukakan oleh Baudrillard. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan adalah analisis framing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media khususnya Tempo membingkai kasus Ryan temp terfokus kepada orientasi seksual Ryan dan masih dipengaruhi oleh pendapat lingkungan sosial wartawan. Yang masih menunjukkan sisi identitas pribadi dari Ryan. Sehingga proses pengkonstruksian gay yang muncul dalam pemberitaan Tempo masih dipengaruhi oleh apa yang ada di masyarakat. Berakibat kepada terminoritaskannya gay dan kelompoknya di media. ......The thesis studies how Tempo magazine reconstructed gay on the rcportings of the murders done by Ryan. Conducted using simulacra theory by Baudrillard, this is a qualitative research using framing analysis method. The result showed that the media, Tempo in particular, framed that the Ryan case was focused on Ryan's sexual orientation and influenced by the opinion of the reporter‘s social surroundings, that still indicated Ryan's personal identity. The gay reconstruction process reported on Tempo was still influenced by public opinion. This reporting caused the gay community to become a minority group on media.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33862
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Sri Prasetyo
Abstrak :
ABSTRAK
Dunia pendidikan tak luput dari fenomena kekerasan. Kekerasan yang terjadi di dalam sekolah bukan hanya antar peserta didik, tetapi juga antara guru dan peserta didik. Beberapa kajian terdahulu melihat fenomena kekerasan di dalam sekolah terjadi oleh karena adanya disfungsi di dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan ndash;keluarga, sekolah dan lingkungan sosial. Selain itu, beberapa kajian yang lain melihat bahwa alienasi dan dominasi merupakan akar dari kekerasan yang terjadi di dalam sekolah. Dalam kajian ini, penulis berargumen bahwa tindak kekerasan dalam sekolah merupakan produk dari konstruksi sosial yang terjadi di dalam sekolah. Proses konstruksi sosial kekerasan yang terus berlangsung di dalam sekolah membuat tindak kekerasan terjadi turun temurun di dalam sekolah itu sendiri. Kajian ini menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan menggunakan teori konstruksi sosial Peter Berger dan Luckmann. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan konstruksi sosial atas kekerasan di dalam SMK Sint Joseph. Kekerasan yang terjadi di SMK Sint Joseph tak lepas dari latar belakang anak asuh dan situasi yang terjadi di dalam Panti. Kekerasan menjadi bentuk ekspresi atas situasi dan kondisi yang mereka alami, dan terbawa ke dalam sekolah. Identitas lsquo;Israel rsquo; menjadi simbol bagi sekolah mereka sekaligus memperteguh tindak kekerasan yang mereka lakukan terhadap sekolah lain. Identitas lsquo;Israel rsquo; berkembang menjadi sebuah identitas lsquo;koalisi rsquo; dari berbagai sekolah dengan latar keagamaan yang sama. Dalam hal ini, kekerasan yang mereka lakukan dipandang sebagai bentuk pembelaan terhadap agama mereka. Dengan adanya kebijakan baru yang dibuat oleh SMK Sint Joseph dan Panti Asuhan Vincentius Putra, kekerasan terhadap sekolah lain dapat diredam. Namun demikian, kekerasan justru terjadi di dalam sekolah dengan mengatasnamakan solidaritas sesama anggota lsquo;Israel rsquo;.
ABSTRACT
Educational world can not be separated from the phenomonenon of violence. School violence occurs not only among student, but also between teachers and students. A number of previous studies show that phenomenon of school violence take place due to the disfunction within social family institutions, schools and social environment. In addition, other studies find that alienation and domination constitue the roots of school violence. In this research, the writer argues that school violence is the product of social construction which occurs in schools. The process of constructing social violence that takes place continuously in schools has resulted in violent acts happening from generation to generation in the chool itself. This research employs a constructivism approach by applying the social construction theory of Peter Berger and Luckmann. This research uses a qualitative method with a phenomenological approach. The result of research shows that there is a change in social construction on violence in SMK Sint Joseph. Violence which takes place at SMK Sint Joseph can not separated from the background of the foster children and the situation of the Orphanage. In this case, violence becomes a form of expression of the situation and condition that they experience, and it is brought into the school. The identity of lsquo Israel rsquo becomes a symbol for their school which strenghtens their violence against other schools. The identity of lsquo Israel rsquo develops into an identity of lsquo coallition rsquo of a variety of schools with the same background. In this matter, their violence is deemed as a defense against their religion. With the new policy made by SMK Sint Joseph and Vincentuis Putra Orphanage, violence against other schools can be reduced. However, violence specifically occurs in schools on behalf of solidarity of the fellow members of lsquo Israel rsquo .
2018
T51585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Lea Awoitauw
Abstrak :
Malaria masih menjadi ancaman kesehatan bagi setengah populasi dunia termasuk di Indonesia dimana pada tahun 2020 jumlah kasus malaria mencapai 226.364 kasus dan 96% kasus tersebut berasal dari Provinsi Papua. Kabupaten Jayapura sendiri menduduki peringkat ke empat penyumbang kasus malaria terbanyak di Provinsi Papua pada tahun 2016 sebanyak 29.044 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Jayapura pada tahun 2021. Penelitian menggunakan metode penelitian jenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang dilakukan pada informan terpilih meliputi kepala dinas kesehatan, kepala bidang P2P, kepala bidang SDMK, kepala sub bagian umum, program, dan informasi, pengelola program malaria di dinas kesehatan, kepala puskesmas dan pengelola program malaria puskesmas di wilayah Kabupaten Jayapura. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari - Maret 2022 dengan menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai sumber data primer dan telaah dokumen sebagai sumber data sekunder. Peneliti menggunakan pendekatan sistem dalam menilai input yang terdiri dari sumber daya manusia, dana, sarana, dan perundangan. Pada proses adalah bagaimana penemuan dan tatalaksana penderita, pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dan peningkatan sumber daya manusia serta untuk output yaitu angka API, SPR, dan ABER di Kabupaten Jayapura. Ditemukan bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria tidak berhasil mencapai target pada tahap Intensifikasi pengendalian yang telah ditetapkan didalam Pedoman Pengendalian Malaria Menuju Eliminasi Tahun 2030 di Kabupaten Jayapura yang tertuang dalam Peraturan Bupati Jayapura nomor 44 Tahun 2017 dengan angka API adalah 100‰, SPR 24% dan ABER dibawah 10%. Hal-hal yang menjadi hambatan adalah kompetensi SDM yang belum memenuhi standar, ketersediaan dana yang belum memadai, dan manajemen sarana yang belum optimal. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program eliminasi malaria di Kabupaten Jayapura telah dilaksanakan namun belum optimal. Disarankan agar pemerintah daerah Kabupaten Jayapura dapat menjadikan program eliminasi malaria sebagai prioritas anggaran dalam APBD Kabupaten Jayapura. Selain itu kerjasama lintas sektor yang tergabung dalam Malaria Center perlu digiatkan kembali dan merumuskan Rencana Aksi Daerah (RAD) serta bermitra dengan global fund, Unicef, LSM, TNI, Polri, Organisasi profesi dan tokoh masyarakat. ......Malaria is still a health threat to half the world's population, including in Indonesia where in 2020 the number of malaria cases reached 226,364 cases and 96% of these cases came from Papua Province. Jayapura Regency itself was ranked the fourth most malaria case in Papua Province in 2016 with 29,044 cases. This study aims to evaluate the implementation of the malaria elimination program in Jayapura Regency in 2021. The study used a qualitative type of research method with a study case approach, conducted on selected informants including the Head of the Health Office, Head of the P2P Division, Head of HHR Division, Head of the General, Program and Information Sub-Section, Program Manager of Malaria in Health Office, Head of Puskesmas and Program Manager of Malaria in Puskesmas in Jayapura Regency. Data collection was carried out in February - March 2022 using in-depth interviews as the primary data source and document study as a secondary data source. Researchers use a systems approach in assessing inputs consisting of human resources, funds, facilities, and legislation. The process is how to find and treat patients, prevention and control of risk factors, epidemiological surveillance and outbreak control, improving information and education communication (IEC) and increasing human resources as well as for output, namely the number of API, SPR, and ABER in Jayapura Regency. It was found that the implementation of the malaria elimination program did not succeed in achieving the target of the control intensification stage that had been set out in the Guidelines for Malaria Control towards Elimination in 2030 in Jayapura Regency in Jayapura Regency Regulation number 44 year 2017 with API number is 100‰, SPR 24% and ABER below 10%. The things that become obstacles are human resources competencies that do not meet the standards, inadequate funding availability, and non-optimal management of facilities. It can be concluded that the implementation of the malaria elimination program in Jayapura Regency has been implemented but has not been optimal. It is recommended that the regional government of Jayapura Regency can make the malaria elimination program a budget priority in the Jayapura Regency RREB. In addition, cross-sectoral collaboration that is incorporated in the Malaria Center needs to be reactivated and formulate Regional Action Plans (RAP) and and partnering with global funds, Unicef, NGOs, TNI, Polri, professional organizations and community leaders.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Robby Farhan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Kehilangan gigi dan trauma oklusi merupakan salah satu faktor pendukung penyebab penyakit periodontal. Belum ada penelitian mengenai analisis kehilangan gigi molar pertama mandibula terhadap trauma oklusi dan status periodontal di Indonesia. Tujuan: Memperoleh analisis kehilangan gigi molar pertama mandibula terhadap trauma oklusi dan status periodontal. Metode: Studi retrospektif menggunakan data sekunder dengan pendekatan potong lintang dari rekam medik Departemen Periodonsia RSKGM FKG UI periode 2012-2017. Hasil: Didapatkan 184 subjek yang mengalami kehilangan gigi molar pertama (M1) mandibula dengan jumlah kasus trauma oklusi terjadi pada 42 gigi premolar kedua (P2) mandibula dan 63 gigi molar kedua (M2) mandibula. Trauma oklusi yang terjadi pada P2 dan M2 mandibula memiliki nilai resesi gingiva, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis yang lebih besar dibandingkan dengan keadaan tidak trauma oklusi. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) nilai resesi gingiva, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis antara gigi P2 mandibula trauma oklusi dengan tidak trauma oklusi. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) nilai resesi gingiva dan kehilangan perlekatan klinis antara gigi M2 mandibula trauma oklusi dengan tidak trauma oklusi. Kesimpulan: Kehilangan gigi M1 mandibula dengan trauma oklusi berpengaruh terhadap resesi gingiva, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis pada gigi P2 dan M2 mandibula.
ABSTRACT
Background: Tooth loss and trauma from occlusion are kind of factors that contributing in periodontal disease. There has been no research on the analysis of mandibular first molar loss to trauma from occlusion and periodontal status in Indonesia. Objective: Get the analysis of mandibular first molar loss to trauma from occlusion and periodontal status. Method: A cross-sectional study using medical records in Department of Periodontics RSKGM FKG UI 2012-2017. Result: There were 184 subjects that had mandibular first molar (M1) loss with total 42 mandibular second premolar (P2) and 63 mandibular second molar (M2) cases related to trauma from occlusion (TFO). Gingival recession, pocket depth, and loss of attachment of P2 and M2 mandibular teeth with TFO were worse than non-TFO. There were statically significant differences (p<0,05) of gingival recession, pocket depth, and loss of attachment between P2 mandibular teeth with TFO and non-TFO groups. There were statically significant differences (p<0,05) of gingival recession and loss of attachment between M2 mandibular teeth with TFO and non-TFO groups. Conclusion:  Mandibular first molar loss with trauma from occlusion is related to gingival recession, pocket depth, and lost of attachment on mandibular second premolar and mandibular second molar.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Farhan Athallah
Abstrak :
Latar Belakang: Periodontitis adalah penyakit yang ditandai inflamasi dan menyebabkan kerusakan pada gingiva, jaringan periodontal, dan tulang alveolar yang menjadi tempat bertumpunya gigi-geligi. Penelitian yang pernah ada sebelumnya mencoba menggunakan alat penilaian risiko penyakit periodontal untuk memprediksi kehilangan gigi. Dalam sistem klasifikasi terbaru penyakit periodontal, World Classification 2017, periodontitis dikategorikan menjadi stage dan grade berdasarkan parameter seperti kehilangan tulang yang juga merupakan faktor risiko kehilangan gigi, sehingga World Classification 2017 berpotensi untuk menilai risiko kehilangan gigi pada pasien periodontitis. Tujuan: Mengetahui hubungan antara Stage dan Grade Periodontitis dengan kehilangan gigi akibat periodontitis pada follow-up 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, dan 12-24 bulan. Metode: Penelitian dilakukan secara retrospektif menggunakan data sekunder rekam medis periodontal pasien RSKGM FKGUI Tahun 2018-2021 yang diambil melalui consecutive sampling. Seratus enam puluh enam sampel rekam medis diperoleh dalam penelitian ini. Data sampel diolah dengan uji komparasi statistik menggunakan program IBM SPSS Statistics 26. Hasil: Ada perbedaan signifikan kehilangan gigi akibat periodontitis pada stage IV antar waktu follow-up 0-3 bulan dengan 12-24 bulan; grade A antar waktu follow-up 0-3 bulan dengan 12-24 bulan; grade C antar waktu follow-up 12-24 bulan dengan 0-3 bulan, 3-6 bulan, dan 9-12 bulan. Kesimpulan: Kehilangan gigi akibat periodontitis pada masing-masing stage dan grade berbeda antar waktu follow-up. ......Introduction: Periodontitis is a disease revolving around inflammation and result in destruction of gingiva, periodontal tissue, and alveolar bone which function as anchorage of teeth. Past studies tried to use periodontal risk assessment tools to predict tooth loss. The new classsification of periodontal disease, World Classification 2017, categorized periodontitis into stages and grades based on parameter such as bone loss, which also a risk factor of tooth loss, so it was considered to be potential periodontal tooth loss predictor. Objectives: To investigate relationship between diagnosed periodontitis stages and grades on baseline to tooth loss on 0-3 months, 3-6 months, 6-9 months, 9-12 months, and 12-24 months recall. Methods: This study is done retrospectively using secondary data from 2018-2021 RSKGM FKGUI dental records collected by consecutive sampling. One hundred sixty six samples collected for the study. Data is analyzed by comparative test using IBM SPSS Statistics 26 Program. Results: There is significant difference of tooth loss by periodontitis stage IV between 0-3 months to 12-24 months recalls from baseline; grade A between 0-3 months to 12-24 months; grade C between 12-24 months to 0-3 months, 3-6 months, and 9-12 months recalls from baseline. Conclusions: Tooth loss due to periodontitis is differ based on stages and grades between recalls.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Ariowibowo
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai penerapan program TBM Ruang Publik di TBM@Mall Plaza Semanggi dan TBM@Mall Blok M Mall. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi penerapan program TBM ruang publik dalam bidang layanan dan kegiatan TBM@Mall Plaza Semanggi dan TBM@Mall Blok M Mall. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif berbentuk studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan program TBM Ruang Publik kedua TBM yang menjadi tempat penelitian belum maksimal dalam memberikan layanan dan mengadakan kegiatan bagi para penggunanya, karena kedua TBM tersebut belum memberikan layanan dan mengadakan kegiatan seperti apa yang dianjurkan dalam Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan TBM Ruang Publik. Hasil penelitian ini menyarankan bagi para pengelola TBM untuk lebih memahami Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan TBM Ruang Publik agar bisa memberikan pelayanan yang maksimal serta mengadakan kegiatan yang bermanfaat untuk penggunanya dan juga pengelola harus mampu memaksimalkan pendanaan yang telah diberikan untuk pengelolaan TBM@Mall. ......This study discussing about the implementation Public Space Community Reading Center Program at TBM@Mall Plaza Semanggi and TBM@Mall Blok M Mall. The purpose of this research is to identify implementation Public Space Community Reading Center Program especially in the field of services and activities in both of place. Method used in this research is descriptive qualitative case studies. The conclusion of this study is the impelemtation Public Space Community Reading Center Program in both of place are not maximized in providing services and conducting activities for its users, because TBM is not yet providing services and conducting activities. The Researcher suggest that the managers could understand the Techical Guidelines for Application and Management of Public Space Community Reading Center in order to provide maximum service and conduct activities and managers must be able to maximize the funding that has been given to the TBM@Mall Management.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43370
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Billah, Mohd. Ma`sum
Abstrak :
Kondisi buruh yang jelek menjadi salah satu pemicu kuat maraknya aksi-aksi buruh di awal dasawarsa '90-an. Pada pihak lain dalam kurun waktu yang sama, birokrasi pemerintahan (negara) dan majikan (modal) juga selalu berupaya mengendalikan buruh dan serikat buruh. Hubungan 'buruh-negara' dan 'buruh-modal' menjadi wilayah studi yang menarik. Studi tentang masalah perburuhan di Indonesia pada garis besarnya diletakkan di dalam konteks pertumbuhan ekonomi, yang lebih membahas masalah ketenaga-kerjaan, atau dalam dimensi politik yang bertujuan untuk mendukung gerakan buruh; meskipun pada awal dasawarsa '90 muncul studi yang menggunakan perspektif struktural dan kritis. Akan tetapi studi yang membahas tentang hubungan 'buruh-modal' dan hubungan 'buruh-negara' dalam konteks kekuasaan (power) belumlah banyak, dan khususnya yang membahas hubungan 'buruh-negara' dari perspektif Althusserian dan Gramscian nampak belum ada. Itulah sebabnya studi strategi pengendalian negara atas buruh dilihat dari perspektif Althusserian dan Gramscian ini dilakukan. Pada tahun 1965 terjadi krisis politik yang melahirkan satu pemerintahan yang mengadopsi dan mengembangkan 'ideologi pembangunanisme' yang bertumpu kepada dua strategi, pertama adalah strategi meminimalkan konflik sosial, dan kedua memaksimalkan produktivitas ekonomi. Elite pemegang kekuasaan yang merupakan aliansi dari intelektual-teknokrat-sipil dengan tokoh-tokoh militer modernis yakin bahwa stabilitas adalah merupakan prasarat bagi pertumbuhan ekonomi,sehingga dalam konteks perburuhan, upaya pengendalian buruh adalah akibat nalar dari diterimanya ideologi itu. Studi ini memaparkan perubahan-perubahan pengendalian negara atas buruh. Upaya pengendalian buruh secara ketat oleh negara sudah dimulai sejak masa kolonial. Meskipun upaya pengendalian itu menunjukkan wajah ramahnya pada masa 'demokrasi liberal',akan tetapi keramahan itu semakin menipis dan bahkan tidak nampak sama sekali pada masa 'demokrasi Pancasila' yang menggantikan 'demokrasi terpimpin' pada parohan terakhir dasawarsa '60-an. Dengan menganalisis penggunaan aparat repressi negara, baik perangkat hukum maupun perangkat non-hukum, dan penggunaan aparat ideologis negara lewat perspektif Althusserian, serta hegemoni negara (perspektif Gramscian), studi ini memaparkan kecenderungan kuat semakin ketatnya pengendalian negara atas buruh. Semakin ketatnya pengendalian buruh itu nampak dari keragaman dan intensitas penggunaan perangkat repressi negara. Terdapat dua perangkat repressi,yakni perangkat hukum (undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden, peraturan menteri, keputusan menteri,instruksi menteri,dan surat edaran menteri), dan perangkat nonhukum (aksi tandingan, pengaturan dan campur tangan, inkorporasi serikat buruh, dan aksi militer yang dipersiapkan dan dilakukan secara sistematis, berkesinambungan, dan effektif). Disamping itu juga digunakan perangkat ideologis seperti monopoli takrif situasi dan tafsirnya, penanaman kaidah dan norma, serta pendidikan. Studi ini berhasil mengidentifikasikan berbagai strategi pengendalian buruh oleh negara yang dilakukan secara terencana, sistematis, terarah untuk mendukung ideologi pembangunanisme dan memperkokoh legitimasi rezim pasca '65. Pada tataran teoritis, studi yang sejak semula dirancang sebagai studi eksploratif ini mengambil kesimpulan bahwa perspektif Althusserian dan Gramscian membantu memahami bentuk-bentuk strategi pengendalian buruh oleh negara. Meskipun demikian, bobot sumbangan perspektif Althusserian dan Gramscian pada studi tentang perburuhan akan lebih, terutama konteks hubungan 'buruh-negara', bilamana studi penjajagan ini di lanjutkan oleh studi yang lebih mendalam yang bersifat menerangkan (eksplanatori). Pada tataran praktis studi ini juga mengambil kesimpulan adanya tanda yang kuat dari kesenjangan antara kehendak normatif konstitusional atas negara dan rata-pemerintahan dengan praktek politik dan pemerintahan pada masa 'demokrasi Pancasila' pasca '65. Peraturan-peraturan di bawah undang-undang yang diciptakan khususnya pada masa itu pada kenyataannya kurang atau tidak mengacu dan bahkan cenderung menafikan undang-undang dan konstitusi di atasnya. Oleh karena itu studi ini merekomendasikan perlunya satu judicial review' atas segala peraturan di bawah undang-undang. Pada tataran buruh, studi ini menyimpulkan bahwa buruh cenderung terhegemoni secara kuat oleh negara. Oleh karena itu disarankan kepada buruh dan serikat buruh serta aktor non-pemerintah lainnya untuk melakukan 'counter hegemony' dan membangun serta meningkatkan posisi tawar buruh, baik terhadap modal maupun terhadap negara.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria E. Pandu
Abstrak :
INTISARI
Kedudukan dan peranan wanita dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat di mana wanita itu berada. Selain itu, bentuk tertentu dari masyarakat pun memberikan ciri tersendiri pula pada kedudukan dan peranan wanitanya.

Wanita sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat tentunya tidak hanya mempunyai satu kedudukan dan satu peranan saja, bertambah kompleks masyarakat di mana mereka berada bertambah bervariasi pula peranan mereka. Tetapi dari berbagai peranan yang diperankannya, menurut penulis tentu ada peranan-peranan khusus yang sangat spesifik yang justru dapat menandai seberapa jauh kedudukan dan peranan mereka baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat di mana mereka berada.

Di Sulawesi Selatan terdapat 4 suku bangsa utama yaitu suku Makassar, suku Bugis, suku Toraja dan suku Mandar. Kelompok etnik Mandar mempunyai sub kultur tersendiri, penulis beranggapan paling tidak orang Mandar mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri pula untuk mengatur peranan dari anggota-anggota masyarakatnya termasuk juga pengaturan tentang kedudukan dan peranan wanitanya yang biasa tercermin pada nilai dan norma yang mereka panuti. Sebagai kelompok etnik yang mendiami daerah, Sulawesi Selatan di mana pada umumnya penduduknya terkenal sebagai nelayan dan pelaut sejak dahulu kala, maka orang Mandar pun merupakan nelayan dan pelaut yang tak kalah cakapnya dengan orang Makassar maupun Bugis.

Pada masyarakat nelayan di mana laki-laki sebagai bapak dan kepala rumah tangga lebih sering meninggalkan rumah untuk waktu yang relatif cukup lama karena tergantung pada tempat dan daerah mana mereka akan memperoleh ikan yang banyak untuk ditangkap. Selama suami/bapak tidak ada di rumah banyak hal yang harus ditanggulangi oleh kaum wanita baik sebagai isteri maupun sebagai seorang ibu.

Pada masyarakat di mana suami/bapak lebih sering tidak ada di rumah untuk waktu yang relatif lama adakalanya terdapat kelainan dalam pembagian peranan dalam keluarga dan rumah tangga. Ada beberapa peranan yang terpusat pada wanita sebagai isteri/ibu, yang oleh beberapa ilmuwan soisial disebut sebagai matrifokalitas. konsep matrifokalitas mempunyai beberapa dimensi dan beberapa ciri. Matrifokalitas oleh Tanner dipakai untuk mengidentifikasikan kedudukan wanita dalam keluarga dan di masyarakat. Konsep ini pula dipergunakan oleh penulis untuk menelusuri sampai seberapa jauh kedudukan dan peranan wanita Mandar dalam keluarga dan masyarakatnya.

Untuk menunjuk ketidakbenaran keberadaan matrifokalitas pada wanita Mandar sebagai isteri nelayan penulis menyusun beberapa hipotesa kerja. Untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran pengertian dilakukan operasionalisasi konsep-konsep yang digunakan, antara lain konsep tingkat pendapatan, konsep kelas sosial bawah, konsep kedudukan marjinal dalam kelompok, konsep perubahan sosial yang cepat, konsep nilai sosial budaya, konsep matrifokalitas itu sendiri.

Bentuk penelitian yang dipilih yaitu bentuk penelitian yang bersifat deskriptif. Sedangkan daerah penelitian sengaja dipilih dua dusun yaitu dusun Ujung Lero dan dusun Kassi Putte yang terletak di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Prc'pinsi Sulawesi Selatan, di mana pada umumnya penduduknya adalah kelompok etnik Mandar dan mata pencaharian mereka pada umumnya adalah sebagai nelayan.

Karena tujuan penelitian tidak bermaksud mengukur hubungan antar wariabel maka teknik pemilihan sampel yang tergolong dalam "Non Probability Sampling Technique" nampaknya cukup memadai dengan bentuk yang lebih spesifik lagi yaitu "Dimensional Sampling". Berdasarkan teknik ini diperoleh sampel yang terdiri dari beberapa sub sampel yang sesuai dengan kebutuhan penqungkapan masalah.

Untuk mendapatkan data yang akurat diqunakan metode pengumpulan data antara lain metode pengamatan tak terlibat, metode wawancara langsunq tak berstruktur, metode wawancara langsung terstruktur Setelah data terkumpul lalu dianalisis baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian adalah ;

1. bahwa tingkat pendapatan kepala keluarga tidak ada hubungannya dengan matrifokalitas.

2. bahwa kedudukan sosial seseorang tidak ada hubungannya dengan matrifokalitas.

3. bahwa perubahan sosial yang cepat yang terjadi di kalangan masyarakat nelayan Mandar di desa Lero turut mendukung terjadinya matrifokalitas.

4. bahwa unsur-unsur nilai budaya yang telah mendarah daging pada masyarakat nelayan Mandar di desa Lero, turut mendukung terjadinya matrifokalitas.

5. bahwa ketidakhadiran suami/bapak dalam keluarga/rumah tangga untuk waktu yang relatif lama memperkuat gejala matrifokalitas.

Berdasarkan keadaan yang ditemui dilapangan, upaya-upaya yang perlu ditempuh untuk meningkatkan keterampilan wanita/isteri nelayan Mandar di desa Lero, sekaligus keluarga mereka antara lain adanya keterampilan tradisional yang dikerjakan oleh wanita/isteri nelayan Mandar di desa Lero, yang dapat menunjang pertambahan pendapatan keluarga, perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Hal lainnya himbauan bagi organisasi sosial wanita antara lain Dharma Wanita dan PKK untuk menyusun program kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan wanita/isteri nelayan Mandar di desa Lero. Mengingat Program Keluarga Berencana belum merakyat, perlu digalakkan pemahaman nilai keluarga kecil bahagia sejahtera.

1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soleman
Abstrak :
Apabila hukum dirumuskan sebagai kaidah, yaitu yaitu sebagai pedoman atau patokan perilaku, maka esensi dan eksistensinya ada di dalam pergaulan hidup yang disebut masyarakat. Masyarakat sebagai suatu pergaulan hidup itu beragam bentuknya. Ia dapat menunjuk pada kelompok-kelompok seperti keluarga, kesatuan hidup setempat, suku-bangsa, bangsa maupun negara. Pengejewantahan hukum sebagai perilaku, menurut teori tindakan sosial (social action), hukum harus menjadi referensi. Di samping itu, dalam pengejewantahan sebagai perilaku aktor (warga masyarakat) memilih berbagai alternatif cara, dan juga dibatasi oleh kendala. Friedman dan Soerjono Soekanto, menyatakan bahwa terwujudnya hukum sebagai perilaku, didasarkan pada motif dan gagasan berupa: a. kepentingan sendiri b. sensitif terhadap sanksi c. pengaruh sosial, dan d. kepatuhan Kendala bagi terwujudnya hukum sebagai perilaku, adalah faktor-faktor yang dipinjam dari Selo Soemardjan, tentang penolakan perubahan sosial. Hal-hal itu ialah: a. nilai--nilai dan norma-norma b. tekanan golongan kepentingan c. risiko sosial d. tidak memahami Apabila hukum mengejewantah sebagai perilaku, maka masyarakat akan mengalami perubahan, yang disebut perubahan sosial. Perubahan itu akan menyangkut pranata/institusi, sebab isi utama dari masyarakat adalah pranata atau institusi ini. Sesuai dengan latarbelakang di atas, maka penelitian ini menelaah dua hal, meliputi: 1. pengaruh hukum terhadap masyarakat 2. perubahan sosial sebagai akibat pengaruh hukum Hukum yang ditelaah pengaruhnya, adalah hukum tertulis, yang bersumber pada perundang-undangan dan yurisprudensi Mahkamah Agung, mencakup: a. Undang-undang No.l tahun 1974 b. Peraturan Pemerintah No.9 tahun 975 c. Yurisprudensi Mahkamah Agung, (1)No. 130 K/Sip/1957 (2)No. 110 K/Sip/1960 (3)No. 179 K/Sip/1961 Penelitian ini menggunakan metode survey, dengan mengambil masyarakat Lampung Buay Subing sebagai kesatuan analisis, dengan anek Terbanggi dan Mataram Marga sebagai sampelnya. Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang hal berlakunya hukum dalam masyarakat, dengan melihat pula faktor relevan yang mendukung maupun menghambat terwujudnya perilaku hukum, dan menjabarkan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya perubahan pada pranata/institusi perkawinan dan waris, maupun pranata yang kena dampak dari padanya. Melalui perbandingan antara yang ideal dengan realita maka penelitian ini dapat mengenali perilaku masyarakat dalam dua kategori, yaitu perilaku sesuai dan tidak sesuai dengan hukum. Adanya perilaku yang sesuai dengan kaidah hukum, menandakan bahwa hukum mewujud sebagai perilaku, dan penelitian ini menemukan faktor: (1) kepentingan sendiri, (2) sensitif sanksi, (3) pengaruh sosial, dan (4) kepatuhan, merupakan faktor pendorong, tetapi dalam kontribusi yang rendah (kecil). Di sisi lain, dalam perilaku tidak sesuai dengan kaidah hukum, menandakan pula ada faktor yang menghambat. Faktor-faktor seperti: (a) nilai-nilai dan norma-norma (diwakili oleh adat-istiadat atau tradisi), (b) tekanan golongan kepentingan, (c) tidak memahami, dan (d) risiko sosial, merupakan faktor yang menyumbang pada tidak terwujudnya perilaku sesuai dengan hukum. Penelitian ini juga menemukan kontribusi positif terhadap berlakunya hukum. Risiko sosial dan nilai-nilai dan norma-norma sosial menunjang atau memperkuat ide untuk mempersulit perceraian. Pengaruh hukum, dalam hal ini Undang-undang No.1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975, ternyata tidak banyak. Perilaku hukum yang ada dalam masyarakat, walaupun perilaku itu diatur oleh kedua ketentuan itu, untuk sebagian besar adalah perilaku yang sudah terwujud sebelum kehadiran kedua ketentuan tadi. Pengaruh yang dirasakan mempunyai dampak pada institusi lain terletak pada perkawinan dengan wanita lebih dari satu (poligami), dan menyentuh institusi atau pranata masyarakat yang disebut nyemalang. Di samping itu, ketentuan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah ini tidak saja membawa kaidah substansi dan kaidah tata cara, tetapi juga lembaga. Dalam masyarakat ada lembaga pencatatan perkawinan dan pengadilan yang sudah digunakan oleh masyarakat. Lembaga pencatatan perkawinan ternyata telah lama digunakan, tetapi lembaga pengadilan untuk hal-hal yang diatur oleh kedua ketentuan ini, misalnya untuk kawin ulang, masih relatif kecil. Pada sisi lain, walaupun gejala perubahan yang ada dalam masyarakat bukan semata-mata pengaruh hukum, pada aspek tertentu, seperti: kedudukan yang seimbang antara suami-istri, harta bersama, mulai menapak. Artinya bahwa ada gejala yang berjalan ke arah yang dikehendaki oleh hukum (dalam hal ini Undang-undang No. 1 tahun 1974). Pengaruh hukum (yurisprudensi Mahkamah Agung) di lapangan waris, terasa tidak ada, namun perubahan yang terjadi dalam masyarakat ternyata sebagian ada yang sesuai dengan ide yang terkandung dalam ketentuan ini melalui pemberian harta benda. Anak-anak (laki-laki dan perempuan) memperoleh harta benda, seperti dimaksudkan oleh yurisprudensi, namun bagian lain, ide tentang kesamaan hak, belum menjadi kenyataan (dalam pemberian harta benda, bagian anak laki-laki dan perempuan tidak sama). Lembaga pengadilan yang ada belum digunakan oleh warga masyarakat, khususnya kaum wanita, untuk memperoleh kesamaan hak dalam pembagian harta. Melalui pembicaraan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan dari kaidah dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975, sepanjang kaidah yang dirumuskan belum menjadi pola kelakuan pada saat kehadiran keduanya, ternyata relatif kecil, dan yurisprudensi Mahkamah Agung belum menyentuh masyarakat ini. Kondisi ini mengambarkan bahwa keberlakuan (efektivikasi) hukum memang masih rendah.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
T6785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>