Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlinda Marthias
Abstrak :
Terapi radiasi bagi para penderita banker payudara telah diketahui dapat roenurunkan juralah limfosit, dan dlduga keadaan tersebut disebabkan oleh kerusakan kroffiosoiTj selama terapi radiasi. Di Indonesia penelitian yang menghubungkan terjadinya aberasi kromosom pada penderita banker payudara Ciengan jumlah limfosit selama terapi radiasi belum pernah dilakukan. Para penderita banker payudara mendapatkan dosis radiasi 200 cGy per ban (benin — Jumat), atau 1000 cGy per m'inggu selama + 6 minggu. Untuk mengetahui pengaruh dosis radiasi tei'hadap. kerusakan kromosom, maka pada penelitian ini penderita dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu: kelompok sebelum terapi radiasi (1), kelompok setelah terapi radiasi dosis 2000 cGy (11), 4000 cGy (111), dan 6000 cGy (IV). Terhadap semua kelompok percobaan dihitung juralah aberasi kromosom tipe disentrik, asentrik, cincin, dan kromosom dengan aberasi selain tiga tipe yang pertama, dan juralah limfositnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi radiasi 2000 cGy atau lebih dapat menimbulkan berbagai aberasi kromosom, Aberasi kromosom disentrik dan asentrik berbeda nyata secara statistik terhadap kontrol (sebelum terapi radiasi), sedangkan untuk aberasi kromosom cincin dan aberasi lain (aberasi kromatid) tidak berbeda secara etatietik terhadap kontrol. Selanjutnya analieis korelasi Spearman menyimpulkan, jumlah kromopjom apjentrik ada korelasi negatif yang nyata (p < 0,05) terhadap jurnlah limfosit penderita kanker payudara; sedangkan jumlah kromosom disentrik, kromosom cinciri,.dan aberasi lain tidak ada korelasi dengan jumlah limfositnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Tri Rahayu
Abstrak :
ABSTRAK
Terapi radiasi pada penderita kanker serviks dapat menyebabkan penurunan jumlah se1 limfosit. Keadaan ini diduga disebabkan oleh kerusakan kromosom yang terbentuk selama terapi radiasi, karena kerusakan kromosom dapat menyebabkan kematian sel.

Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian pengaruh terapi radiasi terhadap jumlah aberasi kronosom (disentrik, asentrik, cincin dan aberasi- kromosgm yang lain selain tiga tipe pertama) serta dilakukan pengujian jumlah limfosit pada 24 orang penderita kanker serviks. Para penderita mendapatkan dosis radiasi eketerna 2OO cGy per hari (kecuali Sabtu dan Minggu), atau 10OO eGy per minggu, selana 5 minggu. Penderita dikelompokkan menjadj, empat kelompok yaitu: kelompok sebelum mendapat terapi radiasi, kelonpok setelah mendapat terapi radiasi dosis 2000 cGy, 4000 cGy dan sekitar 6O0O cGy (setelah mendapat radiasi eksterna dan satu kali radiasi interna).

Dari perhitungan statistik diperoleh kesimpulan . bahwa terapi radiasi menyebabkan terjadinya aberasi kromosom disentrik dan asentrik- Telah terbentuk keadaan "plateau" pada dosis 4000 cGy untuk kromosom disentrik dan dosis 2000 cGy untuk kromosom agentrik. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa terapi radiasi tidak menyebabkan terjadinya aberasi kromosom cincin dan aberasi lain- Dari analisie korelasi Spearman dapat disimpulkan bahwa ada korelasi negatif yang nyata (p < 0,05) antara jumlah kromosom disentrik dengan jumlah sel limfosit, penderita kanker serviks, sedangkan jumlah kromosom cincin dan aberasi lain tidak ada korelasi dengan junrah sel limfositnya. ABSTRACT
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Nurkomala
Abstrak :
ABSTRAK


Sampai saat terapi radiasi merupakan pengobatan pilihan terhadap kanker nasofaring. Radiasi yang diberikan tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah limfosit. Penurunan jumlah limfosit di atas diduga antara lain karena terjadi aberasi kromosom. Dari penelitian sebelumnya terlihat bahwa radiasi rnengakibatkan aberasi kromosom pada penderita yang menjalani terapi radiasi. Tipe-tipe aberasi kromosom yang terbentuk dapat berupa kromosom disentrik, kromosom asentrik dan kromosom cincin.

Terapi radiasi diberikan dengan dosis 200 cGy per hari, lima kali berturut-turut dalam seminggu selama kira-kira enam minggu. Sampel diperoleh dari darah tepi penderita kanker nasofaring yang belum mendapat radiasi (kontrol= 0 cGy), setelah terapi radiasi 2000 cGy, 4000 cGy, serta 6000 cGy.

Dari uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan "criticai range" Kruskal-Wallis, menunjukan kromosom disentrik dan kromosom asentrik berbeda nyata antara kontrol dengan penderita yang mendapat radiasi (2000 cGy, 4000 cGy, 6000 cGy), sedangkan jumlah kromosom cincin terbanyak pada radiasi 4000 eGy (P < 0,05). Aberasi lain tidak dipengaruhi oleh dosis radiasi. Uji Spearman memperlihatkan kromosom cincin dan kromosom asentrik berkorelasi negatif terhadap jumlah limfosit (P < 0,05), sebaliknya antara kromosom disentrik dengan jumlah limfosit tidak ada korelasi negatif (P 0,05).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library