Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Johanes Sugeng
"Instalasi Produksi IV Perusahaan Air Minum (PAM) Pulogadung adalah salah satu Instalasi Air Ninum PAM DKI Jakarta yang mengolah air minum dari sungai Sunter, sungai Cipinang dan dari saluran Tarum Barat, untuk memenuhi kebutuhan Air Minum warga kota Jakarta. Terdapatnya lagam berat Pb dalam badan air/sungai yang berfungsi sebagai sumber air baku Instalasi Air Minum merupakan suatu hal yang menarik untuk diketahui bagaimana kandnngan logam berat Pb ini didalam air baku dan air produksi, dan bagaimana hubungannya.
Penelitian ini termasuk jenis survey analitik dengan bentuk pengamatan cross sectional. Dari populasi air baku dan air produksi diambil 2 x 24 sampel dengan interval waktu 60 menit. Pengambilan sampel air baku dan air produksi berbeda waktu 4 x 60 menit. Dari sampel 1 ke sampel 2 dengan interval waktu 5 menit. Setiap pengambilan sampel berisi 1000 ml. Penilaian hubungan antara kadar Pb dalam sampel air baku dan air produksi dengan perhitungan korelasi yang nantinya dilanjutkan ke persamaan garis regresi tinier sederhana. Pengukuran kadar Pb dilakukan di laboratorium P4L DKI Jakarta dengan alat ukur Atomic Absorption Spectrometry.
Dari hasil penelitian ini diketahui adanya hubungan antara kadar Pb dalam air baku dan kadar Pb dalam air produksi Instalasi Produksi IV PAM Pulogadung. Kemudian setelah diadakan perhitungan dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan. Salah satu kesimpulan adalah kadar rata-rata Pb dalam air produsksi Instalasi Produksi IV PAN Pulogadung 0,0117 mg/1, dengan asumsi kebutuhan air sehari sebanyak 5 liter, sehingga perhitungan intake Pb perhari adalah 0,0585 mg/l. Memang angka ini masih jauh di bawah angka dalam literatur yang menunjukkan bahwa intake Pb 0,5 mg/llhari akan menimbulkan efek akumulasi dalam tubuh dan akhirnya akan menimbulkan toksisitas. Akan tetapi mengingat kemampuan limit deteksi alat ukur AAS metoda Emisi dalam penelitian ini, serta kemungkinan peningkatan pencemaran Pb dalam badan air/sungai yang berfungsi sebagai sumber air baku Instalasi Produksi IV PAM Pulogadung oleh karena perkembangan industri, pemukiman, pusat perkantoran serta peningkatan jumlah kendaraan bermotor, maka masalah kandungan Pb dalam air baku dan air produksi tersebut tetap merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian.
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini diharapkan adanya penelitian-penelitian lain yang lebih mendalam dengan melibatkan variabel penelitian yang lebih luas, seperti kemampuan pengolahan Instalasi Produksi IV PAM Pulogadung, pola air limbah yang mengandung logam berat Pb, serta menggunakan alai ukur yang lebih sensitif."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Izzataddini
"Cr metal adalah logam yang berbahaya bagi lingkungan. Jika terpapar ke tubuh manusia, kromium dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS (US EPA), total kontaminan kromium dalam air adalah 0,1 mg / L. Oleh karena itu, logam kromium harus dipisahkan sebelum terpapar ke tubuh manusia. Metode yang biasa digunakan untuk memisahkan logam Cr (III) dalam air adalah tidak selektif seperti adsorpsi dan elektrokimia. Ion Imprinted Polymer adalah teknik untuk menciptakan selektivitas melalui ikatan rongga pada permukaan adsorben. Selektivitas adsorben polimer didasarkan pada geometri koordinasi, jumlah koordinasi ion, muatan dan ukuran polimer. Dalam penelitian ini, sintesis Ion Imprinted Polymer dilakukan dengan template ion krom (Cr3 +) dengan asam galat sebagai ligan dan metil metakrilat sebagai monomer fungsional. Polimer imprinted Cr-ion (Cr-IIP) berhasil disintesis dengan metode polimerisasi massal menggunakan Ethylenglycoldimetaacrylate (EGDMA) sebagai pengikat silang dan Azobisisobutironitril (AIBN) sebagai Pemrakarsa. Variasi perbandingan Asam Galat: Methyl Methacrylate dipelajari dan rasio mol optimum Asam Gallic: Methyl methacrylate dipelajari yaitu 1: 1.
Hasil sintesis Cr-IIP dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM) -EDX) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Untuk mengetahui kemampuan adsorpsi, Cr-IIP diuji untuk pengaruh pH dan waktu kontak. Adsorpsi maksimum Cr-IIP dicapai pada pH 5 dan waktu kontak 120 menit. Adsorpsi polimer imprint-Cr-ion mengikuti model isoterm freundlich dengan kapasitas adsorpsi maksimum 131,37 mg / g. Uji selektivitas polimer imprinted Cr-ion untuk ion logam lain menunjukkan nilai relatif faktor selektivitas (αr) dari Cr (III) / Ag (I) dan Cr (III) / Fe (III) adalah 3.08 dan 3.93. Penggunaan Cr-IIP memiliki reproduksibilitas yang baik dengan CV Horwitz 1,28% dan% RSD 1,02%. Cr (III) -IIP juga menunjukkan nilai pemulihan 110,26%; 121,37% dan 110,87%.

Cr metal is a metal which is dangerous for the environment. If exposed to the human body, chromium can cause several health problems. According to The US Environmental Protection Agency (US EPA), total chromium contaminants in water are 0.1 mg / L. Therefore, chromium metal must be separated before exposure to the human body. The commonly used method of separating Cr (III) metals in water is non-selective such as adsorption and electrochemistry. Ion Imprinted Polymer is a technique for creating selectivity through binding cavities on the surface of the adsorbent. The polymer adsorbent selectivity is based on the coordination geometry, the ion coordination number, the charge and the size of the polymer. In this research, synthesis of Ion Imprinted Polymer was carried out with a chromium ion (Cr3 +) template with gallic acid as a ligand and methyl methacrylate as a functional monomer. Cr-ion imprinted polymer (Cr-IIP) was successfully synthesized by the bulk polymerization method using Ethylenglycoldimetaacrylate (EGDMA) as a crosslinker and Azobisisobutironitril (AIBN) as an Initiator. Variation of Gallic Acid comparison: Methyl Methacrylate was studied and the optimum mole ratio of Gallic Acid: Methyl methacrylate was studied which was 1: 1.
The results of Cr-IIP synthesis were characterized using Scanning Electron Microscope Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDX) and Fourier Transform Infra Red (FTIR). To find out the adsorption capability, Cr-IIP was tested for the influence of pH and contact time. Maximum adsorption of Cr-IIP is achieved at pH 5 and contact time 120 minutes. The adsorption of Cr-ion imprinted polymer follows the freundlich isotherm model with a maximum adsorption capacity of 131.37 mg / g. The Cr-ion imprinted polymer selectivity test for other metal ions shows the relative value of the selectivity factor (αr) of Cr (III) / Ag (I) and Cr (III) / Fe (III) is 3.08 and 3.93. The use of Cr-IIP has good reproducibility with a CV Horwitz of 1.28% and% RSD of 1.02%. Cr (III) -IIP also showed a recovery value of 110.26%; 121.37% and 110.87%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thalita Audi
"ABSTRACT
Latar belakang: Overjet dan overbite diluar batas normal dapat meningkatkan kontraksi otot mastikasi yang merupakan salah satu kemungkinan penyebab dari tension-type headache TTH . Tujuan: Mendapatkan informasi mengenai proporsi masalah overjet dan overbite pada remaja kelas XI yang mengalami TTH di SMAN 81 Jakarta. Metode: 324 murid kelas XI mengisi kuesioner nyeri kepala mengunakan metode wawancara terpimpin. Didapatkan 112 subjek penelitian dan diperiksa overjet dan overbite menggunakan periodontal probe. Hasil: Sebanyak 43,4 remaja mengalami TTH. Diantaranya, 40,2 mengalami masalah overjet 26,8 overjet berlebih, 13,4 crossbite anterior dan 30,4 mengalami masalah overbite berupa deepbite. Kesimpulan: Jumlah subjek dengan TTH yang memiliki masalah overjet dan overbite lebih sedikit dibandingkan jumlah subjek dengan overjet dan overbite normal.Kata kunci: tension-type headache, overjet berlebih, crossbite anterior, deepbite.

ABSTRACT
Background Overjet and overbite beyond normal limits can lead to increased contraction of masticatory muscle which expected as one of the causes of tension type headache TTH . Objective To attain the proportion of overjet and overbite problems in adolescents on 11th grade at SMAN 81 Jakarta who sustain TTH. Methods 324 students on 11th grade were given headache questionnaires with guided interview. 112 subjects, who were chosen, were examined to measure their overjet and overbite using periodontal probes. Result 43,4 students experience TTH. From all of them, 40.2 having an overjet problems 26.8 of excessive overjet, 13.4 of anterior crossbite . Besides, 30.4 having an overbite problem as deepbite. Conclusion The number of adolescents with TTH who were having overjet and overbite problems is fewer than the number of adolescents with normal overjet and overbite.Keywords tension type headache, excessive overjet, anterior crossbite, deepbite."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Teora
"ABSTRAK
Wajah yang asimetri mempengaruhi daya tarik seseorang. Oleh karena itu, gambaran asimetri wajah berdasarkan komponen skeletal dan dental penting untuk diketahui terkait diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asimetri wajah berdasarkan komponen skeletal dan dental pada pasien di klinik ortodonti RSKGM FKG UI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan 46 hasil penapakan sefalometri postero-anterior pasien pria berumur > 14 tahun 4,2 bulan dan pasien wanita berumur > 11 tahun 6,24 bulan dengan menggunakan analisis Grummon. Diperoleh proporsi arah asimetri berdasarkan deviasi menton, garis tengah gigi rahang bawah dan atas yang terdiri dari 27 sampel 58,7 dengan arah asimetri lebih condong ke sisi kiri sedangkan 19 sampel 41,3 dengan asimetri lebih condong ke sisi kanan. Komponen skeletal yang ditemukan dalam arah vertikal memiliki nilai selisih rerata yang lebih besar dibandingkan dalam arah transversal. Garis tengah gigi rahang bawah memiliki nilai selisih rerata lebih besar dibandingkan atas. Sehingga dapat disimpulkan gambaran arah asimetri wajah pada pasien klinik ortodonti RSKGM FKG UI memiliki proporsi lebih besar ke kiri dibandingkan ke kanan dengan komponen skeletal dalam arah vertikal lebih besar dibandingkan arah tranversal. Sedangkan pada arah transversal diperoleh wajah sisi kiri lebih besar dibandingkan sisi kanan. Selain itu, asimetri dental lebih sering terjadi pada garis tengah gigi rahang bawah dibandingkan atas.Kata Kunci: Asimetri wajah, skeletal, dental, sefalometri postero-anterior, Analisis Grummon

ABSTRACT
Facial asymmetry affects people rsquo s attractiveness. Therefore, it is important to know facial asymmetry based on the skeletal and dental components regarding the diagnosis and treatment plan. This study is to describe facial asymmetry based on skeletal and dental components in patients at orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI. It is descriptive using secondary data from the tracing of postero anterior cephalograms of patients aged 14 years 4.2 months for male and 11 years 6.24 months for female with Grummon rsquo s Analysis. This study showed the proportion of asymmetric direction based on menton, maxillary midline, and mandibular midline deviation consist of 27 samples 58.7 tend to the left side while 19 samples 41.3 tend to the right side. The skeletal component found in vertical direction has a larger mean value difference than in transverse direction. The mean value difference is greater in the midline of mandibular teeth than the maxillary teeth. In conclusion, the proportion of facial asymmetry direction in patient at orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI is greater to the left side than to the right side with skeletal component in greater vertical direction than transverse direction. While in transverse direction, it is obtained that left side of the face is greater than the right side. In addition, dental asymmetry is more common in the midline of mandibular teeth than maxillary teeth.Keywords facial asymmetry, skeletal, dental, postero anterior cephalometric, Grummon rsquo s Analysis"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beattie Rahayu
"Kompleksitas maloklusi seperti ketidakteraturan gigi anterior menjadi salah satu hal penting dalam menentukan hasil perawatan dengan alat ortodonti lepas. Indeks iregularitas Little merupakan indeks yang digunakan untuk menilai perubahan susunan gigi anterior.
Tujuan: untuk mengetahui gambaran kompleksitas maloklusi terutama ketidakteraturan gigi anterior dan hasil perawatan dengan alat ortodonti lepas di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI menggunakan indeks iregularitas Little.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel berupa 47 cetakan model gigi pasien sebelum dan setelah perawatan dengan alat ortodonti lepas di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI yang dirawat dalam periode 2013-2017 diukur menggunakan indeks iregularitas Little.
Hasil: Pasien yang paling banyak datang untuk melakukan perawatan dengan alat ortodonti lepas memiliki kondisi ketidakteraturan gigi anterior berupa ketidakteraturan minimal dan ketidakteraturan sedang, setelah dilakukan perawatan terdapat perubahan kondisi gigi anterior pasien menjadi tidak ada ketidakteraturan dan ketidakteraturan minimal serta tidak ditemukan lagi pasien dengan kondisi ketidakteraturan berat.
Kesimpulan: Terdapat perbaikan kondisi gigi anterior pasien pada rahang atas dan rahang bawah setelah dilakukan perawatan dengan alat ortodonti lepas yang dilakukan oleh mahasiswa profesi di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun 2013-2017, sehingga perawatan dapat dinyatakan baik dan sesuai dengan indikasi perawatan serta fungsi alat ortodonti lepas.

The complexity of malocclusion such as anterior teeth irregularity had become one of the important things to determine the outcome of removable orthodontic appliance treatment. Little's irregularity index is an index used to assess the change of anterior teeth alignment.
Aim: To determine the complexity of malocclusion especially the irregularity of anterior teeth and the outcome of removable orthodontic appliance treatment at RSKGM FKG UI Integration Clinic patients using the Little's irregularity index.
Method: This study is a descriptive study with a sample of 47 pretreatment and post treatment patient's study model at RSKGM FKG UI Integration Clinic patients which are treated within the period 2013 2017 measured using Little's Irregularity Index.
Result: Most patients who came to seek treatment using a removable orthodontic appliance had an anterior teeth irregularity of minimal and moderate irregularity, and there were changes in anterior teeth region after treatment to no irregularity and minimal irregularity and none of the patients with severe irregularity.
Conclusion: There's improvement of the anterior teeth condition of the patient on the maxilla and mandible jaw after treatment with removable orthodontic appliance performed by clinical students at RSKGM FKG UI Integration Clinic in 2013 2017, so that the treatment can be stated good and in accordance with the indication of treatment and the function of removable orthodontic appliance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zena Stitya Rosenta
"Pada penelitian ini, nanopartikel Li3PO4, Fe3(PO4)2, LiFePO4 sampel A telah berhasil disintesis menggunakan ekstrak daun delima (Punica granatum L) dengan metode green synthesis dan nanopartikel LiFePO4 sampel B telah berhasil disintesis dengan metode kimia (sol-gel). Ekstrak daun delima (EDD) yang dihasilkan mengandung senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai sumber basa dan capping agent dalam menstabilkan ukuran nanopartikel dan mencegah terjadinya proses aglomerasi. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa LiFePO4 sampel A dan B membentuk serapan vibrasi (v2-v4) PO43- pada bilangan gelombang 586 cm-1 - 461 cm-1 (v4 & v2) dan 1038/1035 cm-1 (v3). Pada hasil XRD menunjukkan nanopartikel LiFePO4 sampel A dan B memiliki sistem kristal orthorombik. Hasil SEM menunjukkan morfologi LiFePO4 memiliki bentuk yang heterogen. Nanopartikel LiFePO4 yang telah disintesis kemudian dijadikan sebagai lembaran katoda dan disusun menjadi baterai ion litium kemudian dilakukan karakterisasi elektrokimia menggunakan EIS, CV dan GCD. Hasil uji GCD menunjukkan bahwa sampel A memiliki kapasitas discharge sebesar 0,35 mAH/gram sedangkan sampel B memiliki kapasitas discharge sebesar 0,93 mAH/gram.

In this research, Li3PO4, Fe3(PO4)2, LiFePO4 nanoparticles sample A have been successfully synthesized using pomegranate leaf extract (Punica granatum L) with green synthesis method and LiFePO4 nanoparticle sample B have also been successfully synthesized by chemical method (sol-gel). Pomegranate leaf extract (EDD) produced contains secondary metabolite compounds that function as a source of base and capping agent in stabilizing the size of nanoparticles and preventing agglomeration. The results of FTIR characterization shows that the LiFePO4 nanoparticles of samples A and B forms vibrational absorption (v2-v4) PO43- at wavenumbers 586-461 cm-1 (v4 & v2) and 1038/1035 cm-1 (v3). The XRD results show that the LiFePO4 nanoparticles of samples A and B have an orthorhombic crystal system. SEM results show that the morphology of LiFePO4 has a heterogeneous shape. The LiFePO4 nanoparticles that were formed were successfully used as cathode sheets and arranged into lithium ion batteries then electrochemical characterization was carried out using EIS, CV and GCD. The GCD test results show that sample A has a discharge capacity of 0,35 mAH/gram while sample B has a discharge capacity of 0,93 mAH/gram."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Julita Nugroho
"Index Of Treatment Need merupakan indeks digunakan untuk menentukan kebutuhan perawatan ortodonti yang terdiri dari Dental Health Component dan Aesthetic Index. Dental Health Component menilai keparahan maloklusi dengan mengukur lima komponen yaitu missing teeth, overjet, crossbite, displacement of contact point, dan overbite termasuk openbite dapat disingkat sebagai MOCDO. Dental Health Component dapat menilai secara objektif kebutuhan perawatan ortodonti. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan keparahan maloklusi pasien di klinik spesialis RSKGM FKG UI tahun 2010-2014 yang diukur menggunakan Dental Health Component (DHC) dari Index Of Treatment Need (IOTN). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel berupa 52 pasang model studi dari pasien di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGMP FKG UI tahun 2010-2014 menggunakan penilaian berdasarkan DHC dari IOTN. Hasil penelitian memberikan gambaran kebutuhan perawatan ortodonti pada pasien di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGMP FKG UI pada tahun 2010-2014 yaitu 5 orang pasien (9,6%) memiliki kebutuhan perawatan ortodonti yang sedikit (tingkat DHC 2), 16 orang pasien (30,8%) memiliki kebutuhan perawatan ortodonti yang menengah/borderline (tingkat DHC 3), 29 orang pasien (55,8%) yang membutuhkan perawatan ortodonti (tingkat DHC 4), dan 2 orang pasien (3,8%) yang sangat membutuhkan perawatan ortodonti (tingkat DHC 5).

Index Of Treatment Need is an index that used for determine orthodontic treatment need, it is consist of Dental Health Component and Aesthetic Index. Dental Health Component assess occlusion severity using five components as measurement, that components are missing teeth, overjet, crossbite, displacement of contact point, and overbite including openbite also known as MOCDO. Dental Health Component can assess objectively orthodontic treatment need. This study aimed to find description of orthodontic treatment need based on malocclusion severity on patients from orthodontic specialist clinic of RSKGMP FKG UI in 2010-2014 that being assessed using Dental Health Component (DHC) from Index Of Treatment Need (IOTN). This study is a descriptive study with a sample of 52 pre-treatment dental cast of patients at the Orthodontic Specialist Clinic of RSKGM FKG UI. The result of this study describe about 2010-2014 are 5 patients (9,6%) have  little treatment need (grade DHC 2), 16 patients (30,8%) have borderline for orthodontic treatment need  (grade DHC 3), 29 patients (55,8%) need for treatment need (grade DHC 4), and  2 patients  (3,8%) have a very great orthodontic treatment need (grade DHC 5).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Siswoyo
"Latar belakang: Evaluasi asimetri dentokraniofasial merupakan hal yang penting dalam perawatan ortodonti dan bedah ortognati. Evaluasi ini berfungsi dalam diagnosis, rencana perawatan, dan evaluasi hasil perawatan. Penggunaan perhitungan indeks asimetri Katsumata secara tiiga dimensi menjadi hal yang marak digunakan dalam penilaian asimetri dentokraniofasial. Tujuan: Penelitian ini bertujuan dalam membandingkan hasil diagnosis kesimetrisan dentokaniofasial yang didapatkan dari perhitungan indeks asimetri Katsumata secara tiga dimensi pada CBCT dan analisis komparasi linier dua dimensi Grummon pada sefalogram posteroanterior yang direkonstruksi dari hasil CBCT. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada lima belas CBCT . Sefalogram posteroanterior pada penelitian ini direkonstruksi dari hasil CBCT yang sama. Perhitungan indeks asimetri pada lima belas titik kraniometri dilakukan pada hasil CBCT dan dilakukan pengambilan diagnosis pada masing-masing parameter sesuai dengan tabel Katsumata. Perbandingan linear dua dimensi dilakukan pada lima belas titik yang sama pada sefalogram posteroanterior. Diagnosis ditegakan sesuai standar Grummon. Uji Kohen Kappa dilakukan untuk melihar reliabilitas intereksaminer dan uji McNemar untuk melihar reliabilitas intraeksaminer. Uji Fisher dilakukan untuk melihat beda diagnosis dan Uji Kohen Kappa dilakukan untuk melihat kuat kesepakatan diagnosis. Hasil: Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan diagnosis antara kedua metode pada lima belas parameter yang diukur. Tingkat kesepakatan beragam pada lima belas parameter. Kesimpulan : Penelitian ini menunjukan tidak ada perbedaan diagnosis kesimetrisan dentokraniofasial pada metode dua dan tiga dimensi sehingga diharapkan ortodontis dapat menggunakan analisis tiga dimensi secara langsung pada hasil CBCT.

The evaluation of dentoskeletal asymmetry is essential in orthodontics and orthognathic surgery, as it aids in diagnosis, treatment planning, and monitoring treatment outcomes. The asymmetry index developed by Katsumata is widely used in assessing craniofacial asymmetry. This study focuses on the comparative diagnosis between Katsumata asymmetry index in three-dimensional (3D) CBCT evaluations and conventional two-dimensional (2D) analysis comparing linear parameters on 2D reconstructed posteroanterior cephalogram. This research is aimed to widely share information and discuss further about utilization latest  three dimensinonal method especially measurement of asymmetry index by Katsumata for diagnosing dentocraniofacial asymmetry using cone beam computed tomography. A cross-sectional study was conducted on 15 CBCT data imaging. Posteroanterior cephalograms were reconstructed CBCT data imaging. Asymmetry index of fifteen anatomical parameter was measured on CBCT data imaging. Diagnosis was risen according to table of Katsumata.  Comparison of linear measurement on 2D reconstructed posteroanterior cephalogram was done on fifteen parameters. Diagnosis was risen accoding to the standard of Grummon analysis. Kappa Kohens were used to asses interexaminer reliabilities and Mc Nemar tests were used to asses intraexaminer reliabilities. The data was tested using Fisher’s exact test. Results showed no significant differences between diagnosis achieved by comparison in two-dimensional analysis (2D) and Katsumata’s asymmetry index in three-dimensional(3D) analysis. Kappa Kohen analysis was performed to every parameter for analyzing strength agreement in diagnosis between both methods. Better agreements are showed in maxillary parameter than mandible parameter. Newer method to evaluate dentoskeletal asymmetry using measurement asymmetry index in three-dimensional(3D) analysis CBCT is considered to have same result in diagnosis with two dimensional Grummon’s analysis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Arlan
"Latar Belakang : Braket berperan sebagai media penyalur gaya ke gigi sehingga braket perlu didesain dengan tepat. Desain braket berdasarkan konfigurasi basisnya terdiri dari mesh dan nonmesh. Basis braket tipe nonmesh dengan desain yang tepat dapat menghasilkan kekuatan rekat sesuai kriteria optimal.
Tujuan : Untuk mengetahui nilai kuat rekat geser optimal pada tiga jenis braket metal nonmesh dan menvalidasi simulasi desain jenis rumus bangun ruang dasar braket metal nonmesh.
Metode : Tiga puluh gigi premolar pertama rahang atas dibagi ke dalam tiga kelompok uji braket metal nonmesh (Tipe 1, Tipe 2, dan Tipe 3). Gigi difiksasi dalam self acrylic. Permukaan bukal gigi dibersihkan dengan pumice lalu dietsa dengan asam fosforik 37% selama 15 detik. Braket di-bonding pada permukaan tengah mahkota klinis lalu di-light cure selama 20 detik. Kuat rekat geser diuji menggunakan universal testing machine dengan blade method dan cross- head speed 0,5mm/min pada arah oklusogingival dan mesiodistal. Penilaian Adhesive Remnant Index dengan magnifikasi 10x. Analisa data menggunakan software SPSS 27.
Hasil : Kuat rekat geser dan nilai Adhesif Remnant Index pada tiga jenis braket metal nonmesh pada arah oklusongivial tidak berbeda bermakna (p>0,05). Kuat rekat geser pada arah mesiodistal pada tiga jenis braket metal nonmesh berbeda bermakna antara braket tipe 2 dan tipe 3 (p£0,05) sedangkan nilai Adhesif Remnant Index tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Kesimpulan : Kuat rekat paling optimal adalah braket tipe 2 dengan rumus bangun ruang dasar braket “Maze Base Design” dengan konfigurasi area undercut menyerupai labirin. Konfigurasi tersebut memberikan retensi optimum pada perlekatan braket ke gigi.

Background : Bracket acts as medium for transmitting force to the teeth therefore bracket needs to be designed appropriately. Bracket design based on the base configuration consists of mesh and nonmesh. The appropriate design of nonmesh bracket produce bond strength according to optimal criteria.
Objective : Determine optimal shear bond strength and validate design simulation of the base bracket structure formula for three types of nonmesh metal bracket.
Material and Method : Thirty maxillary first premolars were divided into three test groups (Type 1, Type 2, and Type). Teeth were fixed in self acrylic. Buccal surface of tooth was cleaned with pumice and etched (37% phosphoric acid) for 15 seconds. Bracket was bonded to the middle surface of clinical crown and light cured for 20 seconds. Shear bond strength was tested using universal testing machine with blade method and cross head speed of 0.5 mm/min in occlusogingival and mesiodistal directions. Adhesive Remnant Index (ARI) assessment was 10x magnification. Data was analyzed by using SPSS 27 software.
Result : Shear bond strength and ARI for three types of nonmesh metal brackets in occlusogingival direction were not significantly different (p>0.05). Shear bond strength in mesiodistal direction was significantly different between type 2 and type 3 bracket (p£0,05), however the ARI was not significantly different (p>0.05).
Conclusion : The most optimal bond strength was type 2 bracket with “Maze Base Design” as type of bracket base structure formula. It had configuration a labyrinth-shaped undercut area providing optimum retention for bracket attachment to teeth.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Catherine Naivasha
"Pendahuluan: Bimaxillary protrusion merupakan kondisi gigi insisif atas dan bawah sangat maju sehingga perawatan umumnya memerlukan pencabutan diikuti dengan retraksi gigi anterior. Retraksi pada maloklusi hiperdivergen perlu memperhatikan kondisi simfisis mandibula yang memiliki tulang alveolar tipis untuk mencegah dehisensi atau fenestrasi. Tujuan: Menganalisis perbedaan ketinggian dan ketebalan tulang alveolar regio simfisis mandibula sebelum dan setelah perawatan ortodonti cekat dengan ekstraksi premolar pada maloklusi kelas I bimaxillary protrusion dan hiperdivergen. Metode Penelitian: Penelitian menggunakan data sekunder berupa 34 sefalogram lateral pasien kelas I bimaxillary protrusion dan hiperdivergen sebelum dan setelah perawatan di klinik Ortodonti RSKGM FKG UI. Desain penelitian berupa observasional analitik dengan desain potong lintang. Pengukuran ketinggian dan ketebalan tulang alveolar dilakukan menggunakan perangkat lunak Winceph versi 11 English edition, Rise Corporation 3-9-15 Sendai, Jepang. Hasil: Terjadi penurunan ketinggian tulang alveolar sisi lingual sebesar 0.498 mm (p=0.003), dan penurunan ketebalan tulang alveolar sisi labial 1/3 servikal sebesar 0.226 mm (p=0.038). Secara keseluruhan terjadi perbedaan pada ketinggian dan ketebalan tulang alveolar sisi labial dan lingual, dengan perbedaan bermakna ditemukan pada perbedaan ketinggian sisi lingual, dan perbedaan ketebalan sisi labial 1/3 servikal. Kesimpulan: Terdapat perbedaan ketinggian dan ketebalan tulang alveolar regio simfisis mandibula sebelum dan setelah perawatan ortodonti cekat dan tidak menunjukkan adanya dehisensi ataupun fenestrasi.

ntroduction: Bimaxillary protrusion is characterized by protrusive incisors requiring first premolar extractions and retraction of anterior teeth as treatment plan. Precautions are needed when retracting aenterior teeth of hyperdivergent patients with thin alveolar bones in order to prevent dehiscence and fenestration. Aim: To Analyze the difference of alveolar bone thickness and alveolar bone height before and after orthodontic treatment in Class I hyperdivergent and bimaxillary protrusion with extraction. Methods: This research is an analytical observational cross-sectional study using 34 before and after lateral cephalograms of Class I hyperdivergent with bimaxillary protrusion cases treated in the Orthodontic Clinic at RSKGM FKG UI. Changes of alveolar bone height and thickness were measured with Winceph software 11th version English edition, Rise Corporation 3-9-15 Sendai, Japan. Results: Reduce of 0.498 mm was found in alveolar bone height on the lingual side (p=0.003), and reduce of 0.226 mm was found in alveolar bone thickness on the 1/3rd coronal part of the labial side (p=0.038). Overall changes occur in alveolar bone height and alveolar bone thickness at both labial and lingual sides, but significant changes were only found at the alveolar bone height on the lingual side, and at the alveolar bone thickness on the coronal part of labial side. Conclusion: Changes were found at the alveolar bone height and alveolar bone thickness after fixed orthodontic treatment and showed no sign of dehiscene or fenestration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>