Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baso Ochta Erlangga
Abstrak :
Penelitian dilakukan pada Batugamping Formasi Cibodas yang memiliki potensi sumber daya geologi, akan tetapi belum ada penelitian terkait karakteristik litologinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui mikrofasies, lingkungan pengendapan, proses diagenesis, tahapan diagenesis, lingkungan diagenesis, dan hubungan proses diagenesis terhadap evolusi porositas batugamping Formasi Cibodas. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan makroskopis melalui observasi lapangan dan mikroskopis melalui analisis petrografi. Pada daerah penelitian terdapat tiga fasies, yaitu fasies barnacle rudstone, skeletal rudstone, dan skeletal grainstone. Dari tiga fasies tersebut dikelompokkan menjadi dua tipe standar mikrofasies (SMF), yaitu SMF 12-Shell dan SMF 18-Foraminifera. Berdasarkan karakteristik tipe SMF, analisis tekstur, komponen penyusun, dan karakteristik secara makroskopisnya, lingkungan pengendapan batugamping tersebut adalah Open Marine-Interior Platform (FZ-7). Proses diagenesis yang terjadi pada batugamping tersebut terdiri dari mikritisasi, sementasi, pelarutan, kompaksi, dan neomorfisme. Berdasarkan fitur diagenesis yang ditemukan, diketahui bahwa batugamping ini melalui tiga tahapan, yaitu eogenesis, mesogenesis, dan telogenesis. Lingkungan diagenesis dari batugamping ini secara berurutan terdiri dari marine phreatic zone, burial zone, meteoric phreatic zone, dan meteoric vadose zone. Proses diagenesis juga dapat mempengaruhi evolusi porositas. Proses sementasi, kompaksi, dan mikritisasi dapat menurunkan porositas, sedangkan proses pelarutan dan neomorfisme dapat meningkatkan porositas. ......The object of the research is limestone of the Cibodas Formation which has potential geological resources but there has been no research related to its lithological characteristics. The purpose of the research is to determine the microfacies, depositional environment, diagenesis process, stages of diagenesis, diagenesis environment, and the relationship of diagenesis processes to the evolution of limestone porosity of the Cibodas Formation. The research is using macroscopic and microscopic methods, through the field trip observations and petrographic analysis. In the study area, there are three facies, namely the barnacle rudstone, skeletal rudstone, and skeletal grainstone facies. They are grouped into two standard microfacies types (SMF), namely SMF 12-Shell and SMF 18-Foraminifera. The depositional environment of this limestone is on Facies Zone (FZ-7) or on open marine-Interior platform. Diagenesis processes that occur in the limestone consist of micritization, cementation, dissolution, compaction, and neomorphism. The limestone through three stages diagenesis, namely eogenesis, mesogenesis, and telogenesis. Sequentially, the diagenesis environment of the limestone consists of marine phreatic, burial, meteoric phreatic, and meteoric vadose zone. The diagenesis processes can influence the evolution porosity. The cementation, compaction, and micritization process can reduce the porosity, meanwhile the dissolution and neomorphism process can increase the porosity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Rinikasari
Abstrak :
Penelitian terfokus pada Formasi Klapanunggal pada kala Miosen Tengah tersusun atas batugamping yang merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat dan Palung Bogor bagian Utara. Tujuan dari penelitian adalah menentukan karakteristik fasies, lingkungan pengendapan, dan sejarah diagenesis batugamping pada Formasi Klapanunggal, Jawa Barat. Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data dan pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, X-ray Diffraction, dan Scanning Electron Microscope. Klasifikasi fasies yang didapatkan dari hasil deskripsi makroskopis dan analisis petrografi sebanyak enam (6) fasies, yaitu Skeletal Wackestone, Skeletal Packstone, Benthic Foram Grainstone, Skeletal Rudstone, Coral Rudstone, dan Bindstone. Kemudian, fasies-fasies tersebut diklasifikasikan menjadi asosiasi fasies berdasarkan makroskopis dan petrografi menghasilkan tiga (3) asosiasi fasies, yaitu Platform Interior (Open Marine), Platform Margin Reef, dan Slope. Selanjutnya, hasil analisis diagenesis dan paragenetik menghasilkan sejarah diagenesis batugamping pada Formasi Klapanunggal secara berurutan, yaitu tahapan eogenetik (marine phreatic dan meteoric phreatic), tahapan mesogenetik (burial), dan tahapan telogenetik (meteoric phreatic dan meteoric vadose). Kemudian, terdapat hubungan asosiasi fasies dengan diagenesis, yaitu fitur sementasi marine lebih intensif pada asosiasi fasies Platform Margin Reef dibandingkan dengan asosiasi fasies Slope dan Platform Interior (Open Marine). Selain itu, pengaruh kompaksi mekanik lebih kuat pada asosiasi fasies Platform Margin Reef dan Slope dibandingkan dengan asosiasi fasies Platform Interior (Open Marine). ......The research focused on the Klapanunggal Formation during the Middle Miocene which was composed of limestone which was part of the West Java Basin and the Northern part of the Bogor Trench. The purpose of this research is to determine facies characteristics, facies association, depositional environment and the history of limestone diagenesis in Klapanunggal Formation, West Java. Research method is data collection and measurement of stratigraphic sections, petrographic analysis, X-ray Diffraction, and Scanning Electron Microscope. The classification of facies obtained from the result of macroscopic description and petrographic analysis as many as six (6) facies, namely Skeletal Wackestone, Skeletal Packstone, Benthic Foram Grainstone, Skeletal Rudstone, Coral Rudstone, and Bindstone. Then, those facies classified into facies association based on macroscopic and petrographic analysis produces in three (3) facies association, namely Platform Interior – Open Marine, Platform Margin Reef, and Slope Furthermore, the results of diagenesis and paragenetic analysis produce a history of limestone diagenesis in the Klapanunggal Formation sequentially, namely the eogenetic stages (marine phreatic and meteoric phreatic), mesogenetic (burial) stages, and telogenetic stages (meteoric phreatic and meteoric vadose). Then, there is a relationship between facies associations with diagenesis, namely marine cementation features are more intensive in the Platform Margin Reef facies association than the Slope and Platform Interior (Open Marine) facies associations. In addition, the effect of mechanical compaction is stronger on the Platform Margin Reef and Slope facies association compared to the Platform Interior (Open Marine) facies association.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Camelia
Abstrak :
Jalan Tol Indralaya-Prabumulih merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang sedang dibangun oleh PT. Hutama Karya Infrastruktur. Pembangunan JTTS ini nantinya akan menghubungkan kota-kota di Pulau Sumatera. Dalam pembangunan jalan tol tentunya perlu memperhatikan aspek kestabilan lereng yang ditinjau secara geologi teknik, terutama pada pekerjaan konstruksi lereng galian. Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah gaya-gaya dari luar yang memicu getaran seperti gempa bumi dan pembebanan di sekitar lereng. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai faktor keamanan lereng pada STA 52+950 L dan STA 52+950 R JTTS Simpang Indralaya-Prabumulih dengan dan tanpa pengaruh gempa bumi serta penambahan beban. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan metode kesetimbangan batas melalui software Geostudio 11.3. Berdasarkan model desain awal didapatkan nilai faktor keamanan lereng tanpa pengaruh gempa menunjukkan kondisi stabil (FS>1,25), sedangkan pada kondisi gempa nilai FS tergolong kritis. Pada keadaan gempa dan penambahan beban dengan gempa secara bersamaan, lereng STA 52+950 L memiliki nilai FS=1,183 dan FS=1,141, sedangkan lereng STA 52+950 R memiliki nilai FS=1,156 dan FS=1,147. Oleh karena itu diperlukan rekomendasi desain baru dengan mengubah geometri lereng untuk mencegah terjadinya longsor pada daerah penelitian. Pengubahan geometri lereng dilakukan dengan membuat penanggaan (benching) agar sudut lereng secara keseluruhan menjadi lebih landai. Nilai faktor keamanan lereng dengan rekomendasi desain baru pada kondisi gempa menjadi tergolong stabil dengan FS>1,25. Selain itu sudut lereng secara keseluruhan juga mengalami penurunan dari 25° menjadi 20° untuk STA 52+950 L, dan 28° menjadi 20° untuk STA 52+950 R. ......Indralaya-Prabumulih Toll Road is part of the Trans Sumatra Toll Road (JTTS) which is being built by PT. Hutama Karya Infrastruktur. The construction of JTTS will connect cities on Sumatra. In the construction of toll roads, it is necessary to pay attention to aspects of slope stability which are reviewed from a geological engineering perspective, especially in excavation slope. One of the factors that affect the stability of the slope is external forces that trigger vibrations such as earthquakes and loading around the slope. Therefore this study was conducted to analyze the safety factor of the slopes at STA 52+950 L and STA 52+950 R JTTS Indralaya–Prabumulih intersection with and without the influence of earthquakes and surcharge loads. Slope stability analysis was carried out using the limit equilibrium method through Geostudio 11.3. Based on the initial design model, the safety factor of the slope without the influence of the earthquake shows a stable condition (FS> 1.25), while in earthquake conditions the FS value is classified as critical. In earthquake condition and the addition of traffic loads with the earthquake simultaneously, the slope at STA 52+950 L has safety factor values FS=1.183 and FS=1.141, while the slope at STA 52+950 R has safety factor values FS=1.156 and FS=1.147. Therefore a new design recommendation is needed by changing the slope geometry to prevent landslides in the study area. Changing the geometry of the slope is done by making benches so that the overall angle of the slope becomes more gentle. The value of the slope factor of safety with the recommendation of a new design in earthquake conditions is classified as stable with FS> 1.25. In addition, the overall slope angle also decreased from 25° to 20° for STA 52+950 L, and 28° to 20° for STA 52+950 R.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safania Salsabilla Lalin
Abstrak :
Indonesia memiliki keunggulan di sektor pertambangan, dengan sumberdaya mineralnya yang melimpah, salah satunya adalah nikel. Menurut data Kementrian ESDM pada tahun 2020, cadangan nikel Indonesia, sebagian besar 90% tersebar di daerah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara. Daerah penelitian berlokasi di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara dengan tipe deposit atau endapan nikelnya adalah tipe endapan nikel laterit yang berasal dari batuan dasar Komplek Batuan Ultrabasa Halmahera (Ub). Batuan dasar pada endapan nikel laterit, memiliki peranan penting dalam menghasilkan karakteristik endapannya. Namun sampai saat ini penelitian mengenai hal tersebut masih jarang ditemukan terutama pada daerah penelitian sehingga menarik untuk dilakukan studi lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik endapan nikel laterit yang dihasilkan dari jenis batuan dasar yang berbeda, serta potens unsur yang ada. Penelitian diawali dengan klasifikasi batuan induk analisis petrologi, petrografi, dan statistik deskriptif dari data geokimia, kemudian dilanjutkan dengan memodelkan kadar Ni menggunakan metode interpolasi Inverse Distance Weighting (IDW). Hasil penelitian didapati bahwa daerah penelitian tersusun atas batuan ultramafik harzburgit dan dunit. Dari hasil analisis data geokimia pada setiap lapisan, didapati bahwa persentase nikel tertinggi terdapat pada lapisan saprolit yang dihasilkan dari batuan dasar dunit dengan kemiringan lereng dominan sangat landai. ...... Indonesia has an advantage in the mining sector, with its abundant mineral resources, one of which is nickel. According to data from the Ministry of Energi and Mineral Resources in 2020, most of Indonesia's nickel reserves, 90% are scattered in Southeast Sulawesi, Central Sulawesi, South Sulawesi and North Maluku. The research area is located in East Halmahera Regency, North Maluku with the type of nickel deposit or deposit being laterite nickel deposit type originating from the bedrock of the Halmahera Ultrabasic Rock Complex (Ub). The bedrock in laterite nickel deposits has an important role in producing the characteristics of the deposit. However, until now research on this matter is still rarely found, especially in the research area, so it is interesting to conduct further studies. This study aims to determine the characteristics of laterite nickel deposits produced from different types of bedrock, as well as the potential of the elements present. The study begins with the classification of the source rock with petrological analysis, petrography, and descriptive statistics from geochemical data, then proceeds with modeling the levels of Ni using the Inverse Distance Weighting (IDW) interpolation method. The results showed that the study area is composed of ultramafik harzburgite and dunite rocks. From the analysis of geochemical data for each layer, it was found that the highest percentage of nickel was found in the saprolite layer produced from dunite bedrock with a very gentle dominant slope.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagastio Ramadhan
Abstrak :
Keberagaman litologi serta struktur sedimen yang terbentuk pada Formasi Jatiluhur dapat membantu menceritakan bagaimana kondisi dari lingkungan pengendapan pada saat proses pengendapan terjadi. Formasi Jatiluhur merupakan formasi yang terbentuk pada Miosen Tengah yang dibentuk oleh litologi berupa dominasi batulanau dan batupasir, disertai keberadaan batugamping pada beberapa tempat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan litofasies dan fasies sedimentasi yang terbentuk pada bagian bawah dari Formasi Jatiluhur, serta menentukan lingkungan pengendapan yang terbentuk pada bagian bawah dari Formasi Jatiluhur. Penelitian ini menggunakan data hasil pengukuran penampang stratigrafi, serta analisis sampel batuan berupa analisis petrografi dan analisis mikropaleontologi. Hasil analisis mikropaleontologi untuk data umur relatif tidak dapat ditentukan, namun menghasilkan informasi kedalam dan lingkungan pengendapan pada daerah penelitian yang berada pada middle shelf hingga outer shelf. Sedangkan analisis petrografi dilakukan untuk melihat kandungan batuan dan menentukan nama batuan dari lapisan batuan pada daerah penelitian. Klasifikasi litofasies didasari dari karakteristik litologi pada daerah penelitian dan sebanyak delapan belas (18) litofasies pada daerah penelitian yang dapat diidentifikasi. Setelah itu ditentukannya satuan asosiasi fasies berdasarkan analisis litofasies, mikropaleontologi dan petrografi dan ditemukan adanya sembilan (9) asosiasi fasies yang terbentuk pada daerah penelitian. Asosiasi-asosiasi fasies yang ditemukan berupa endapan sandy-offshore transition; endapan offshore; endapan offshore transition hingga offshore; endapan shoreface hingga offshore transition; endapan muddy-offshore transition; endapan inner fan hingga mid-fan; endapan offshore; endapan inner fan; dan endapan mid-fan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daerah penelitian terbentuk lingkungan pengendapan yang mencerminkan lingkungan pengendapan berupa laut dangkal yang ditandai oleh lingkungan shoreface hingga laut dalam yang ditandai oleh lingkungan mid-fan. ......The diversity of lithology and sedimentary structures that formed in the Jatiluhur Formation can help tell how the conditions of the depositional environment occurred during the deposition process. The Jatiluhur Formation is a formation formed in the Middle Miocene which is formed by lithology in the form of the dominance of siltstone and sandstone, accompanied by the presence of limestone in several places. This study aims to determine the lithofacies and sedimentation facies that form at the bottom of the Jatiluhur Formation, as well as determine the depositional environment that forms at the bottom of the Jatiluhur Formation. This study uses data from measurements of stratigraphic sections, as well as analysis of rock samples in the form of petrographic analysis and micropaleontological analysis. The results of the micropaleontological analysis for the relative age data cannot be determined, but it provides information on the depth and environment of deposition in the study area which is from the middle shelf to the outer shelf. Meanwhile, petrographic analysis is carried out to see the rock content and determine the rock name of the rock layers in the study area. The lithofacies classification is based on the lithological characteristics of the research area and as many as eighteen (18) identifiable lithofacies in the research area. After that, the facies association unit was determined based on lithofacies analysis, micropaleontology and petrography and it was found that there were nine (9) facies associations formed in the study area. The facies associations found were sandy-offshore transition deposits; offshore deposit; offshore transition to offshore deposits; shoreface to the offshore transition deposits; muddy-offshore transition deposits; inner fan to mid-fan deposits; offshore deposits; inner fan deposits; and mid-fan deposits. The results of this study indicate that the research area is formed a depositional environment which reflects the depositional environment in the form of shallow seas characterized by the shoreface to the deep sea which is characterized by the mid-fan environment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iryan Anugrah Putra
Abstrak :
Gunung Guntur merupakan salah satu gunungapi yang aktif di Indonesia dengan tipe A yang memiliki sejarah erupsi yang sudah lama tidak tercatat sejak 1887 sampai dengan saat ini (PVMBG, 2014). Dilakukan pengolahan data citra satelit sejak 2017 hingga 2021 dan pengambilan data sampel batuan di delapan stasiun. Fokus penelitian adalah untuk mengetahui kondisi deformasi Gunung Guntur dalam 5 tahun terakhir dan kondisi aktivitas vulkanik berdasarkan karakteristik magma pada Gunung Guntur saat ini. Metode penelitian yang digunakan berupa InSAR dan analisis petrografi. Hasil analisis InSAR menunjukan bahwa ditemukannya pola deformasi permukaan di daerah penelitian berupa inflasi pada awal tahun 2017 hingga awal tahun 2019 dan deflasi pada awal tahun 2019 hingga pertengahan 2020 yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik berupa gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam. Berdasarkan analisis petrografi, didapatkan bahwa pada kedelapan sampel didominasi oleh mineral plagioklas dengan beberapa tekstur khas pada mineral yaitu glomerophyric, sieve texture, dan oscillatory zoning yang menunjukan proses aktivitas vulkanik yang terjadi berupa proses konveksi, fraksinasi dan pelelehan magma kembali pada Gunung Guntur. ......Mount Guntur is one of the active volcanoes in Indonesia with type A which has a long history of eruptions that have not been recorded since 1887 until now (PVMBG, 2014). Satellite image data processing was carried out from 2017 to 2021 and rock sample data were collected at eight stations. The focus of the research is to determine the condition of the deformation of Mount Guntur in the last 5 years and the condition of volcanic activity based on the characteristics of the current magma on Mount Guntur. The research method used is InSAR and petrographic analysis. The results of the InSAR analysis show that patterns of surface deformation were found in the study area in the form of inflation in early 2017 to early 2019 and deflation in early 2019 to mid-2020 caused by volcanic activity in the form of shallow volcanic earthquakes and deep volcanic earthquakes. Based on petrographic analysis, it was found that the eight samples were dominated by plagioclase minerals with several distinctive mineral textures, namely glomerophyric, sieve texture, and oscillatory zoning which showed the process of volcanic activity that occurred in the form of convection, fractionation and magma melting back on Guntur Mountain.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Fernando Utomo
Abstrak :
Daerah Tunjung Teja, Serang merupakan salah satu daerah yang memiliki persebaran endapan piroklastik dari berbagai formasi yaitu Formasi Tuf Banten (Qpvb), Formasi Bojong, Formasi Cipacar dan Formasi Genteng hasil Gunung Dano yang mengalami erupsi besar ditandai dengan keterbentukan kaldera. Ditemukan 4 singkapan yaitu CM1-01 memiliki 10 lapisan, SP1-01 memiliki 1 lapisan, SP1-02 memiliki 6 lapisan , SP1-03 memiliki 3 lapisan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan mekanisme pengendapan, tipe erupsi, dan sejarah erupsi berdasarkan metode Ditribusi ukuran butir dan Analisis Komponen. Hasil dari analisis metode ini didominasi dengan mekanisme surge dan aliran, namun juga ditemukan mekanisme pada beberapa lapisan yaitu CM1-01(4) dan CM1-01(5). Dalam menentukan mekanisme pengendapan dilakukan dengan cara pengayakan yang dilakukan selama 15 menit, kemudian menimbang berat dari tiap fraksi kemudian memasukan hasil timbangan tersebut kedalam Tabel Gradistat dan mengklasifikasikan menggunakan Parameter Inman (1952) berdasarkan nilai Median Diameter dan Standar Deviasi. Proses erupsi dari lapisan keseluruhan hanya dipengaruhi oleh magma tanpa dipengaruhi oleh faktor lain (proses magmatic) yang ditandai dengan kandung vitric yang sangat dominan sekitar >85%. Sedangkan untuk sejarah pengendapan dari endapan piroklastik pada daerah penelitian dihasilkan dari dua episode erupsi yang ditandai dengan keberadaan ......Tunjung Teja area, Serang is one of the areas that has a distribution of pyroclastic deposits from various formations, namely the Banten Tuf Formation (Qpvb), the Bojong Formation, the Cipacar Formation and the Genteng Formation from Mount Dano which experienced a large eruption marked by the formation of a caldera. Found 4 outcrops, namely CM1-01 has 10 layers, SP1-01 has 1 layer, SP1-02 has 6 layers, SP1-03 has 3 layers. This study aims to determine the depositional mechanism, eruption type, and eruption history based on grain size distribution and Component Analysis methods. The results of the analysis of this method are dominated by surge and flow mechanisms, but mechanisms are also found in several layers, namely CM1-01(4) and CM1-01(5). In determining the deposition mechanism it is done by sieving which is carried out for 15 minutes, then weighing the weight of each fraction then entering the results of the scales into the Gradistat Table and classifying using the Inman Parameters (1952) based on the Median Diameter value and Standard Deviation. The eruption process of the entire layer is only influenced by magma without being influenced by other factors (magmatic processes) which is characterized by a very dominant vitric content of around >85%. Meanwhile, the depositional history of pyroclastic deposits in the study area resulted from two eruption episodes marked by the presence of an erosional surface.

 

 

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dean Saptadi
Abstrak :
Gerakan tanah merupakan salah satu bencana alam yang cukup sering terjadi di Indonesia. Tercatat pada tahun 2020 telah terjadi bencana gerakan tanah sebanyak 1152 peristiwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu wilayah yang rentan akan terjadinya gerakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona kerentanan gerakan tanah pada Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dan menentukan metode yang memiliki tingkat akurasi lebih baik pada lokasi penelitian. Penentuan zona kerentanan gerakan tanah dilakukan dengan menggunakan metode Weight of Evidence (WoE) dan Logistic Regression (LR). Parameter penyebab kerentanan gerakan tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu elevasi, kemiringan lereng, aspek lereng, curvature, Normalized Differential Vegetation Index (NDVI), jarak terhadap sungai, jarak terhadap jalan, jarak terhadap kelurusan, tata guna lahan, litologi, dan curah hujan pada setiap bulannya. Penelitian ini juga menggunakan data kejadian gerakan tanah yang terjadi selama tahun 2000 hingga tahun 2020. Data kejadian gerakan tanah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu data training set sebesar 70% dan data test setsebesar 30%. Kedua data tersebut digunakan untuk validasi model berupa success rate dan predictive rate. Penelitian ini menghasilkan 12 peta kerentanan gerakan tanah berdasarkan data setiap bulannya dari masing-masing metode. Peta kerentanan gerakan tanah terbagi menjadi empat zona kerentanan gerakan tanah. Hasil validasi success rate dan predictive rate pada penelitian ini menunjukkan bahwa metode WoE memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi pada success rate dan metode LR memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi pada predictive rate. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut dapat melengkapi satu sama lain. ......Landslides are one of the most frequent natural disasters in Indonesia. It was recorded that in 2020 there have been 1152 landslides events disasters spread throughout Indonesia. West Java Province is one of the areas that vulnerable to landslides. This research aims to determine the landslide vulnerability zone in Garut Regency, West Java Province and to determine which method has better accuracy at this research. In this study, determination of landslide vulnerability zone was carried out using Weight of Evidence (WoE) and Logistic Regression methods. The parameter that causing landslide vulnerability that used in this study are elevation, slope, slope aspect, curvature, normalized differential vegetation index (NDVI), distance to river, distance to road, distance to lineament, land use, lithology, and rainfall on a monthly basis. This study also used data of landslide events that occurred from 2000 to 2020. Landslide events data divided into two groups, training set (70%) and test set (30%). Both data is used for validation model of success rate and predictive rate. This study produced 12 landslide vulnerability maps based on monthly data from each method. The landslide vulnerability map is divided into four landslide vulnerability zones. The results of the success rate and predictive rate validation show that the WoE method has a higher accuracy at success rate and the LR method has a higher accuracy at predictive rate. Based on these results, it can be concluded that the two methods can complement each other.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Syahputra Lingga
Abstrak :
Gerakan Tanah merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia khususnya di daerah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. BPBD Kabupaten Tasikmalaya, dari Januari hingga September 2021 terdapat 260 kejadian bencana. Dari total kejadian bencana itu, 51 persen atau 133 kejadian di antaranya bencana gerakan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui zona kerentanan gerakan tanah berdasarkan parameter-parameter yang ada untuk menghasilkan peta persebaran zona kerentanan gerakan tanah di daerah Kabupaten Tasikmalaya dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG). Selain itu, penelitian ini juga berfokus pada pengaruh cell size terhadap nilai AUC pada daerah penelitian. Oleh karena itu digunakan beberapa cell size untuk mengetahui pengaruh tersebut. Adapun cell size yang digunakan adalah 15, 20, 25, 30 dan 35. Penelitian ini menggunakan 2 metode dalam menentukan peta zona gerakan gerakan tanah yaitu metode frequency ratio dan logistic regression. Frequency ratio bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikan dari setiap kelas faktor. Sementara itu logistic regression menghasilkan nilai probabilitas gerakan tanah dan nilai signifikan dari setiap faktor penyebab gerakan tanah. Nilai probabilitas gerakan tanah bernilai 0 dan 1 semakin mendekati angka satu maka semakin tinggi tingkat zona kerentanannya. Terdapat 125 data kejadian gerakan tanah yang terdapat pada daerah penelitian dimana akan dibagi menjadi 80% data training dan 20% data validasi. Adapun parameter-parameter pendukung pada gerakan tanah adalah litologi, aspek lereng, kemiringan lereng, elevasi, penggunaan lahan, curah hujan, jarak dari kelurusan, jarak dari sungai, kelengkungan (curvature) dan NDVI. Kemudian akan dilakukan uji model. Uji model ini didapatkan dari grafik AUC. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta dapat diterapkan atau tidak. Pada penelitian ini, model pada frequency ratio memiliki nilai AUC berkisar 0,73 – 0,81 sedangkan pada model logistic regression memiliki nilai AUC berkisar 0,58 – 0,85. Dari hasil nilai AUC tersebut model frequency ratio termasuk kedalam model sedang – baik sedangkan pada model logistic regression termasuk kedalam model buruk – sedang. Kedua model ini dapat diterapkan pada daerah penelitian. ......Landslide is the most frequent natural disaster in Indonesia, especially in the Tasikmalaya Regency, West Java. BPBD Tasikmalaya Regency, from January to September 2021 there were 260 disaster events. Of the total disaster events, 51 percent or 133 incidents were landslides. This study aims to determine the vulnerability zones of ground movement based on existing parameters to produce a map of the distribution of ground movement vulnerability zones in the Tasikmalaya Regency area with the help of a Geographic Information System (GIS). In addition, this study also focuses on the effect of cell size on AUC values in the study area. Therefore, several cell sizes are used to determine the effect. The cell sizes used are 15, 20, 25, 30 and 35. This study uses 2 methods in determining the ground motion zone map, namely the frequency ratio method and logistic regression. Frequency ratio aims to determine the significant level of each factor class. Meanwhile, logistic regression produces probability values of ground motion and significant values of each factor causing ground motion. The value of the probability of ground motion is 0 and 1, the closer to number one, the higher the level of the zone of susceptibility. There are 125 data on ground motion events in the research area which will be divided into 80% training data and 20% validation data. The supporting parameters for ground motion are lithology, slope aspect, slope, elevation, land use, rainfall, distance from fault, distance from river, curvature and NDVI. Then a model test will be carried out. This model test is obtained from the AUC graph. This test aims to determine whether the map can be applied or not. In this study, the frequency ratio model has an AUC value ranging from 0.73 to 0.81 while the logistic regression model has an AUC value ranging from 0.58 to 0.85. From the results of the AUC value, the frequency ratio model is included in the medium - good model, while the logistic regression model is included in the bad - medium model. Both of these models can be applied to the research area.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Aditya Nugroho
Abstrak :
Gerakan tanah merupakan bahaya geologi utama di dunia yang menyebabkan tingginya jumlah korban manusia hingga kerugian harta benda yang sangat besar, serta mengakibatkan kerusakan pada sumber daya alam, ekosistem, dan infrastruktur. Selama periode Januari 2020 hingga Desember 2021, bancana gerakan tanah telah menjadi bencana yang paling rawan terjadi di Kabupaten Wonosobo, yakni sebanyak 238 kejadian. Bahkan, beberapa dari kejadian tersebut memakan korban jiwa yakni satu orang meninggal dunia di Kecamatan Kaliwiro, satu orang meninggal dunia di Kecamatan Kepil, dan dua orang meninggal dunia di Kecamatan Watumalang. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan agar dapat menentukan zona kerentanan gerakan tanah yang berguna dalam membantu proses mitigasi risiko sehingga segala bentuk kerugian dapat diminimalisasi. Zona kerentanan gerakan tanah pada Kabupaten Wonosobo divisualisasikan dengan peta kerentanan gerakan tanah. Sebanyak 242 titik gerakan tanah dikumpulkan untuk menghasilkan peta inventori. Titik tersebut kemudian dibagi menjadi 168 (70%) sebagai data training dan 74 (30%) sebagai data testing. Parameter yang dipertimbangkan terdiri dari berbagai parameter penyebab seperti aspek lereng, curvature, elevasi, kemiringan lereng, jarak dari sungai, litologi, tata guna lahan dan satu parameter pemicu, yaitu curah hujan. Selain itu, dilakukan pengurangan resolusi terhadap turunan data DEM seperti aspek lereng, curvature, elevasi, kemiringan lereng menjadi 8, 17, 25, dan 40 m untuk melihat pengaruhnya terhadap akurasi model. Semua parameter diolah menggunakan piranti ArcGIS untuk mengasilkan peta parameter. Peta parameter selanjutnya digabungkan dan dianalisis menggunakan metode frequency ratio dan weight of evidence untuk menghasilkan peta kerentanan gerakan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Wonosobo memiliki kecenderungan terhadap kerentanan gerakan tanah dengan tingkatan rendah, sedang, hingga tinggi. Berdasarkan data resolusi DEM 8 m dan 17 m, tingkatan kerentanan didominasi oleh kelas sedang. Namun pada data resolusi DEM 25 m dan 40 m, tingkatan kerentanan didominasi oleh kelas rendah. Peta kerentanan masing-masing resolusi kemudian diuji nilai AUC nya menggunakan success rate curve untuk melihat keberhasilan model dan prediction rate curve untuk mengukur akurasi prediksi model. Setelah dilakukan validasi, resolusi tinggi ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitas akurasi model. Akurasi success rate mengalami puncaknya pada resolusi DEM 25 m sedangkan prediction rate pada resolusi DEM 17 m. ......Landslide is a major geological hazard in the world that causes a high number of human casualties to enormous property losses, as well as causing damage to natural resources, ecosystems and infrastructure. During the period from January 2020 to December 2021, landslide disasters have become the most prone to disasters in Wonosobo Regency, with 238 incidents. In fact, some of these incidents claimed lives, namely one person died in Kaliwiro District, one person died in Kepil District, and two people died in Watumalang District. Therefore, this research was conducted in order to determine the susceptibility zones of landslide which are useful in assisting the risk mitigation process so that all forms of losses can be minimized. The landslide vulnerability zone in Wonosobo Regency is visualized with a landslide susceptibility map. A total of 242 landslide points were collected to produce an inventory map. These points are then divided into 168 (70%) as training data and 74 (30%) as testing data. The parameters considered consist of various causal parameters such as slope aspect, curvature, elevation, slope, distance from river, lithology, land use and one trigger parameter, namely rainfall. In addition, the resolution of the DEM data derivatives was reduced, such as slope aspects, curvature, elevation, slope to 8, 17, 25, and 40 m to see the effect on model accuracy. All parameters are processed using the ArcGIS tool to produce a parameter map. Then the parameter maps are combined and analyzed using the frequency ratio and weight of evidence methods to produce a landslide susceptibility map. The results of the study show that Wonosobo Regency has a tendency towards low, moderate and high susceptibility to landslide. Based on DEM 8 m and 17 m resolution data, the susceptibility level is dominated by the moderate class. However, in DEM 25 m and 40 m resolution data, the susceptibility level is dominated by the low class. Then the susceptibility map of each resolution is tested for AUC value using a success rate curve to see the success of the model and a prediction rate curve to measure the accuracy of model predictions. After validation, it turns out that high resolution is not directly proportional to the quality of the model accuracy. Success rate accuracy peaks at DEM 25 m resolution while prediction rate at DEM 17 m resolution.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>