Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sustiyanti
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji pola intonasi dan pemarkah pola intonasi kalimat deklaratif dan interogatif bahasa Indonesia oleh penutur Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian fonetik eksperimental dengan metode analisis data kuantitatif dan kualitatif. Kajian data menunjukkan bahwa dalam pola intonasi kalimat deklaratif berstruktur S-PO-K terdapat kecenderungan nada mendatar pada subjek, predikat, objek, menurun pada keterangan, garis dasar nada cenderung menurun, dan rentang nada relatif kecil. Pola intonasi kalimat interogatif konfiratoris cenderung naik pada subjek, predikat, objek, menurun tajam pada keterangan, dan rentang nada relatif besar. Pemarkah pola intonasi kalimat deklaratif berstruktur S-P-O-K adalah alir nada naik pada subjek, datar pada predikat, turun pada objek, naik-turun pada keterangan, garis dasar nada turun pada keterangan, nada akhir turun, dan garis dasar nada turun pada seluruh kontur. Pemarkah pola intonasi kalimat interogatif konfirmatoris adalah alir nada naik pada subjek, datar pada predikat sampai dengan awal keterangan, alir nada turun-naik-turun pada akhir keterangan, dan nada akhir turun.
This study examines intonation pattern and marker of intonation pattern of Indonesian declarative and confirmatory interrogative sentence spoken by Lampung speakers. The study is an experimental phonetics research using quantitative and qualitative data analysis method. The study reveals that the intonation pattern of the declarative sentence, which have subject-predicate-object-adjunct structure, tends to flat at subject, predicate, object, decline at adjunct, the baseline of contour is decline, and the pitch range is narrow relatively. The intonation pattern of the interrogative sentence tends to rise at subject, predicate, object, fall incisively at adjunct, and the pitch range is wide relatively. The markers of intonation pattern of declarative sentence, which have subject-predicate-object-adjunct structure is the rise pitch movement at subject, flat at predicate, fall at object, the rise-fall pitch movement at adjunct, the declination of baseline at adjunct, the fall final pitch, and the declination of baseline at the contour. The markers of intonation pattern of confirmatory interrogative sentence is the rise pitch movement at subject, flat at predicate to the beginning of adjunct, the fall-rise-fall pitch movement at the end of adjunct, and the fall final pitch.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T26223
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Irawan
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan (1) mencari prototipe intonasi kalimat deklaratif dan interogatif berpola SVO, (2) mencari ambang kontras akustik intonasi kalimat deklaratif dan interogatif, dan (3) mengkaji sejauh mana variasi pola intonasi kalimat deklaratif dan interogatif berterima sebagai tuturan yang baik atau wajar. Di konstituen subjek prototipe intonasi kalimat deklaratif diawali oleh alir nada turun landai kemudian diakhiri oleh alir nada naik. Kontur di konstituen verba ditandai oleh alir nada turun di seluruh konstituen. Kontur di konstituen objek diawali oleh alir nada naik-turun kemudian diakhiri oleh naik-datar. Prototipe intonasi kalimat interogatif di konstituen subjek dikarakterisasi oleh alir nada naik landai-naik-datar. Kontur di konstituen verba ditandai oleh alir nada turun di seluruh konstituen. Kontur di konstituen objek diawali oleh alir nada turun kemudian diakhiri oleh alir nada naik-datar. Ambang kontras deklaratifinterogatif terjadi ketika rentang alir nada akhir kontur (P3 dan P4) sebesar 14,63st hingga 16,63st. Ambang kontras interogatif-deklaratif terjadi ketika rentang alir nada akhir kontur (P2 dan P3) sebesar 7,27st hingga 9,27st. Pola intonasi kalimat deklaratif yang diakhiri oleh alir nada naik, datar dan turun berterima sebagai tuturan yang wajar. Pola intonasi kalimat interogatif yang berterima wajar adalah tuturan dengan alir nada akhir naik. Intonasi kalimat deklaratif dan interogatif yang diakhiri oleh alir nada naik di akhir konstituen subjek berterima sebagai tuturan yang wajar, sedangkan alir nada datar atau cenderung datar kurang berterima sebagai tuturan yang wajar. ......The research intends (1) to look for intonation prototype of declarative and interrogative sentence with the pattern SVO, (2) to look for contrastive acoustic threshold of intonation between declarative and interrogative sentence, and (3) to study intonation variations of declarative and interrogative as a normal speech. Intonation prototype of declarative at subject constituent started by gradual fall pitch movement and closed by rise pitch movement. Verb constituent characterized by fall pitch movement. Object constituent characterized by rise-fall pitch movement and ended by rise-level pitch movement. Intonation prototype of interrogative begins with gradual rise-rise-level pitch movement. Verb constituent characterized by fall pitch movement. Object constituent characterized by riselevel pitch movement. Contrastive acoustic threshold of declarative-interogative occurs when the pitch range (P3 dan P4) of the final pitch movement is 14,63st until16,63st. Contrastive acoustic threshold of interogative-declarative occurs when the pitch range (P2 and P3) of the final pitch movement is 7,27st until 9,27st. Declarative intonation pattern which is ended by rise, level, and fall is acceptable as normal speech. Interrogative intonation pattern of normal speech is ended by rise pitch movement. Declarative and interrogative intonation which ended by rise pitch movement at the end of subject constituent is acceptable as normal speech. However, level or close to level pitch movement is less acceptable as normal speech.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28702
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roslaini
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan kesalahan pemelajar dalam menggunakan artikel takrif (the) dan artikel taktakrif (a/an). Analisis penggunaan artikel dalam penelitian ini dilakukan secara sintaktis dan semantis. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhannmadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta. Mahasiswa yang dijadikan responden duduk di semester IV berjumlah 78 orang, dan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2002/2003. Untuk mendapatkan data penelitian digunakan tiga macam tes, yaitu Tes Mengarang, Tes Isian, dan Tes Isi Rumpang. Pada tes pertama mahasiswa diminta membuat karangan sebanyak 200 kata dengan durasi 90 menit. Pada tes kedua mahasiswa diminta mengerjakan tes Isian dan Tes Isi Rumpang dengan durasi 90 menit. Setelah tes selesai, semua lembar jawaban dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Lalu data yang telah terkumpul dianalisis kesalahannya dengan menggunakan kriteria sintaktis dan semantis. Setelah data dianalisis, ditemukan bahwa kesalahan penggunaan artikel terjadi baik pada tes mengarang maupun pada tes isian dan tes isi rumpang. Berbagai jenis kesalahan muncul. Jenis kesalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah: penambahan artikel pada nomina yang seharusnya tidak menggunakan artikel; penghilangan artikel pada nomina yang seharusnya menggunakan artikel; salah memilih artikel untuk sebuah nomina; dan menggunakan unsur lain pada nomina yang seharusnya menggunakan artikel. Dengan demikian, terbukti bahwa pemelajar belum dapat menentukan dengan benar kapan sebuah artikel dapat digunakan. Dalam konteks yang bagaimana sebuah nomina mendapat artikel takrif atau artikel taktakrif Di samping itu, dapat dikemukakan pula penyebab kesalahannya yaitu terjadinya overgeneralisasi yang merupakan akibat dari ketidakpahaman pemelajar akan batas kaidah dalam penggunaan artikel. Oleh karena itu, pengajaran artikel pada pemelajar bahasa kedua sebaiknya dilakukan seefektif mungkin. Pengajar hendaknya mencari teknik yang paling tepat dalam mengajarkan artikel. Sejauh pengalaman saya, pengajaran artikel yang dilakukan di kelas lebih menekankan pada pemahaman secara sintaktis. Padahal, menurut Lyons (1999), penggunaan artikel harus dipahami baik secara sintaktis maupun semantis, dan bahkan secara pragmatis. Oleh karena itu, pengajaran artikel dengan pemahaman pada tipe semantis nomina secara kontekstual nampaknya cukup memungkinkan untuk diterapkan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fauzi Syamsuar
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini mendeskripsikan penyelarasan dalam realisasi fonologis (RF) satuan leksikal Indonesia yang disalin dari bahasa Inggris. Satuan leksikal salinan (SLS) itu digunakan dalam bahasa Indonesia ragam tulis berlaras ilmiah, yakni disertasi yang dipertahankan oleh mahasiswa program doktor sebuah perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. RF SLS itu adalah tuturan para akademisi di perguruan tinggi tempat disertasi itu dipertahankan. Penyelarasan, yang merupakan perbedaan RF antara satuan leksikal asal (SLA) dan SLS-nya, berupa pemecahan bunyi, penambahan bunyi, penggabungan bunyi, penghilangan bunyi, perbedaan realisasi bunyi, pengenduran bunyi, pelemahan bunyi, penguatan bunyi, asimilasi, disimilasi, metatesis, dan realisasi prosodi sebagai bunyi segmental. Kaidah fonotaktis memengaruhi penyelarasan itu. Probabilitas fonotaktis (PF) dalam struktur silabis (SS) berkait dengan kelewahan ortografis (KO) dalam SLS. Kaitan antara PF dan KO itu berkait dengan kaidah korespondensi grafem-fonem (KGF) dalam pembentukan SLS. SLS didapati berbentuk (1) kata salinan, (2) paduan salinan, dan (3) frasa salinan. Asimilasi dalam SLS menunjukkan (1) keproduktifan vokal kendur dan (2) realisasi konsonan dalam prefiks yang berhomorgan dengan konsonan awal pada suku kata awal bentuk dasar paduan salinan. Perbedaan realisasi konsonan menunjukkan dominasi konsonan fortis dalam SLS. Disimilasi dalam SLS terjadi beriringan dengan (1) pemecahan serta penambahan bunyi, (2) penggabungan serta penghilangan bunyi, dan (3) perbedaan realisasi bunyi. Ketiga perihal tersebut terakhir pada umumnya menyebabkan perbedaan SS antara SLS dan SLA. Terjadi monoftongisasi dalam penggabungan bunyi dan penghilangan bunyi. Berkontras dengan itu, diftongisasi terjadi dalam pemecahan bunyi dan penambahan bunyi. Terdapat perbedaan antara tipe diftong dalam SLS dan SLA. KGF dalam SLS lebih ajek daripada KFG dalam SLA. Penyelarasan dalam RF SLS menunjukkan pola tertentu. Selain itu, analogi dan ketaklaziman juga terjadi dalam RF SLS.
ABSTRACT This research describes adaptations found in phonological realizations (PR) of Indonesian lexical items copied from English. The copied lexical items (CLI-s) were used in Indonesian academic writings, i.e. dissertations defended by doctorate-program students of a reputable university in Jakarta. The PR of the CLI-s were the utterances of academicians in the university where the dissertations were defended. The adaptations, i.e. the PR differences between the CLI-s and their English equivalents, were in forms of sound fission, sound additions, sound fusions, sound deletions, replacements, sound laxings, lenitions, fortitions, assimilations, dissimilations, metatheses, and the realization of prosody as a segmental sound. Phonotactic rules governed the adaptations. Phonotactic probabilities (PP) in syllabic structures (SS) were found to be related to orthographic redundancies (OR) in the CLI-s. The relations between the PP and the OR were found to be related to the rules of grapheme-phoneme correspondences (GPC) in CLI constructions. CLI-s were found to be in forms of (1) copied words, (2) loan blends, and (3) copied phrases. Assimilations in CLI-s showed (1) productivity of lax vowels and (2) realization of consonants in prefixes being homorganic with the initial consonants occurring in the initial syllable of the base forms of loan blends. Consonant replacements showed the dominance of fortis consonants in CLI-s. Dissimilations in CLI-s happened along with (1) sound fissions and additions, (2) sound fusions and deletions, and (3) sound replacements. The three points last-mentioned normally caused differences between SS of CLI-s and their English equivalents. Monophthongizations happened in sound fusions and sound deletions. In contrast, diphthongizations happened in sound fissions and sound additions. Differences were found between diphthong types in CLI-s and the ones in their English equivalents. GPC in CLI-s were found to be more consistent than CPC their English equivalents. The adaptations in the PR of CLI-s showed certain patterns. Meanwhile, analogies and irregularities also happened in the PR of CLI-s.
2015
D2142
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library