Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
Rizky Adhi Ramadhan Abdillahpietra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan lindung nilai atau hedging dari aset cryptocurrency Bitcoin terhadap pasar saham di Indonesia yang direpresentasikan melalui Indeks saham LQ45 dengan menggunakan metode analisis GARCH Multivariate Dynamic Conditional Correlation (DCC-MGARCH). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Bitcoin memiliki potensi lindung nilai yang relatif baik terhadap pasar saham di Indonesia, khususnya pada masa ketidakpastian ekonomi global dan domestik yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Namun, hasil yang paling menarik dari penelitian ini adalah hubungan antara aset cryptocurrency Bitcoin dengan komoditas emas XAU yang memiliki hasil analisis DCC-MGARCH yang tinggi, yang tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa komoditas emas dapat digunakan sebagai aset lindung nilai terbaik relatif terhadap pasar modal.
This study aims to evaluate the hedging capabilities of the Bitcoin cryptocurrency asset against the stock market in Indonesia represented by the LQ45 stock index using the GARCH Multivariate Dynamic Conditional Correlation (DCC-MGARCH) analysis method. The results of this study demonstrate that Bitcoin possesses a relatively good hedging potential against the stock market in Indonesia, particularly during times of global and domestic economic uncertainty caused by the Covid-19 pandemic. However, the most noteworthy outcome of this study is the relationship between the Bitcoin cryptocurrency asset and the gold commodity XAU, which exhibit high DCC-MGARCH analysis results, which is not consistent with previous studies that assert that gold can be utilized as the best relative hedging asset against the capital market."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hadyan Prabowo
"Studi ini menguji kelayakan pembentukan unit mata uang regional di dalam ASEAN. Analisis yang dievaluasi adalah terkait apakah ASEAN telah merespon shock yang berasal baik dari dalam ASEAN maupun dari luar kawasan secara simetrik. Metode Global VAR yang dikembangkan Dees, Di Mauro, Pesaran, dan Smith (2007) digunakan di dalam penelitian ini agar representasi perekonomian secara global dan keterkaitan antar negara dapat tercermin di dalam model. Studi menunjukan respons simetri yang bervariasi bergantung dari jenis shock yang terjadi. Dalam banyak kasus, shock yang berasal dari luar kawasan mendorong penyesuain yang simetrik terutama variabel output, yang menunjukan respons simetri paling kuat. Di sisi lain, shock yang berasal dari dalam kawasan ASEAN cenderung idiosyncratic atau khusus. Hal ini disebabkan karena sinkronisasi respons ASEAN didorong lebih kuat oleh faktor global dibandingkan intra-regional.
This study aims to analyze the feasibility of ASEAN in establishing a formation of a currency union. The analysis determines whether ASEAN economies experience symmetric responses to external and intra-ASEAN shocks. A Global VAR technique by Dees, Di Mauro, Pesaran, and Smith (2007) is used to capture a representation of the global economy and interdependence between countries. The result of this study provides mixed evidence of response symmetry. In many cases, external shocks generally lead to symmetrical adjustment, in which output shows remarkable response symmetry. On the other hand, Intra-ASEAN shocks are idiosyncratic because ASEAN response synchronization is driven more strongly by a common or global effect rather than an intra-regional one."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abdul Ghany Kusumah
"Dalam satu dekade terakhir, perekonomian global tengah mengalami perlambatan ekonomi, inflasi yang rendah, dan memiliki suku bunga natural yang negative, terutama di negara maju. Gangguan dan ketidakstabilan makroekonomi ini dikenal dengan hipotesis stagnasi jangka panjang. Tabungan berlebih, penurunan populasi, dan penuaan demografi merupakan beberapa contoh dari faktor yang mendorong terjadinya kemerosotan ini. Penelitian ini mencoba untuk memeriksa dan mengembangkan sistem peringatan dini terkait stagnasi jangka panjang, khususnya di Indonesia. Stagnasi jangka panjang dianalisis dari sisi permintaan, penawaran, dan keterkaitan global dengan menggunakan kerangka data panel dan regresi generalized least squares. Beberapa pengujian juga dilakukan, seperti structural breaks, Markov switching models, and stagnation index construction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dari sisi penawaran lebih banyak menjelaskan kondisi stagnasi. Selanjutnya, Indonesia itu sendiri dinilai tidak mengalami stagnasi jangka panjang, setidaknya belum terjadi. Kendati demikian, Indonesia sebaiknya tetap mengantisipasi dari ancaman ini dalam waktu dekat, hal ini disebabkan oleh adanya penurunan beberapa faktor seperti pertumbuhan produktivitas dan pertumbuhan populasi.
In the last decade, global economies are experiencing sluggish economic growth, absent inflation, and has a negative natural interest rate, especially in the advanced economies. This macroeconomic instability and disturbance are well-known as the secular stagnation hypothesis. Excess savings, declined population, and demographic aging are some of the example factors that force behind this deterioration. This research is trying to examine and develops the early warning system regarding secular stagnation, particularly in Indonesia. The secular stagnation is analyzed from the demand-side, supply-side, and global linkage using panel data framework and generalized least squares regression. Several assessments are also being conducted, such as structural breaks, Markov switching models, and stagnation index construction. Results have found that supply-side variables are more explaining this stagnation condition. Furthermore, Indonesia itself is not experiencing secular stagnation, at least not even yet. However, Indonesia still should be anticipated this threat in near sooner, due to declined level of several factors such as productivity growth and population growth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Friestha Sari Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh karakteristik spesifik bank yaitu risiko kredit (NonPerforming Loan-NPL), beban manajemen (Beban Operasional-BOPO), permodalan (Capital Adequacy Ratio-CAR), Ukuran/Size Bank (Total Asset), tingkat profitabilitas (Return on Asets-ROA) dan variabel makroekonomi yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) dan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) terhadap fungsi intermediasi perbankan (Loan to Deposit Ratio-LDR) sebagai determinan pertumbuhan ekonomi. Objek penelitian adalah bank umum dengan kategori Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) 4 tahun 2014-2023 yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk. dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah Regresi Data Panel menggunakan Fixed Effect Model. Hasil temuan penelitian bahwa variabel yang secara signifikan mempengaruhi fungsi intermediasi bank KBMI 4 adalah NPL, BOPO, CAR, ROA, PDB dan BI rate. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah Total Aset. Pada masa pandemi Covid-19 tahun 2020-2021 dijelaskan sebagai dummy variable berpengaruh negatif signifikan sebesar 10,43% sedangkan pada tahun recovery terdapat pengaruh negatif yang signifikan sebesar 10,33% terhadap fungsi intermediasi bank (LDR) dibandingkan masa normal.
This study aims to identify the influence of specific bank characteristics, namely credit risk (NonPerforming Loan-NPL), management expenses (Operational Expenses-BOPO), capital (Capital Adequacy Ratio-CAR), Bank Size (Total Assets), level of profitability (Return on Assets-ROA) and macroeconomics variabels such as Gross Domestic Product (GDP) and BI rate on banking intermediation function (Loan to Deposit Ratio-LDR) as determinants of economics growth. The research objects are commercial banks in the Core Capital Bank Group (KBMI) 4 category in the period 2014-2023 are Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia and Bank Negara Indonesia. The estimation method used in this study is the panel data model using the using the Fixed Effect Model. The research results can be explained that the variables which have significantly influence in intermediation function of KBMI 4 through credit distribution are NPL, BOPO, CAR, ROA, GDP and BI rate. Meanwhile, the variable that have no effects is Assets. During the 2020-2021of Covid-19 pandemic, it was explained that the dummy variable had a significant negative effect of 10,43% on the bank intermediation function (LDR) variable, whereas in the recovery year there was a significant negative effect of 10,33% on the bank intermediation function (LDR) compared to normal period."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Kiky Indah Sari
"
Ketidakstabilan ekonomi global menjadi tantangan perekonomian domestik terutama bagi emerging countries. Federal Fund Rate yang tinggi dalam waktu yang lama atau higher for longer berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi. Bank Indonesia berperan dalam menentukan BI rate untuk mencapai tujuan ekonomi. Indonesia sebagai open economy perlu mempertimbangkan aspek eksternal dalam penetapan kebijakan moneter. Kerangka kerja Augmented Taylor Rule dapat memfasilitas kebutuhan tersebut untuk mengetahi mengenai penentuan BI rate. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku Bank Indonesia dalam merespons kebijakan The Fed dan fenomena higher for longer. Periode penelitian dilakukan mulai tahun 2000Q2 – 2023Q4 dengan menggunakan data sekunder. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan Bank Indonesia merespons untuk meningkatkan BI rate ketika inflation gap meningkat, output gap meningkat, dan rupiah terdepresiasi. Kondisi tersebut sesuai dengan kerangka kerja Taylor Rule. Namun dalam periode higher for longer terdapat perubahan yang mana penentuan BI rate hanya bergantung pada output gap dan nilai tukar riil.Variabel inflation gap tidak berpengaruh signifikan dalam penentuan BI rate. Pada periode higher for longer, tujuan ekonomi yang diutamakan adalah pemulihan ekonomi secara menyeluruh.
Global economic instability is a challenge for the domestic economy, especially for emerging countries. A higher Federal Funds Rate for longer affects economic stability. Bank Indonesia plays a role in determining the BI rate to achieve economic goals. Indonesia as an open economy needs to consider external aspects in determining monetary policy. The Augmented Taylor Rule framework can facilitate this need to know about the determination of the BI rate. This study aims to identify the behavior of Bank Indonesia in response to the Fed's policy and the phenomenon of higher for longer. The research period was conducted from 2000Q2 - 2023Q4 using secondary data. The results of the analysis show that overall Bank Indonesia responds to an increase in the BI rate when the inflation gap increases, the output gap increases, and the rupiah depreciates. These conditions are following the Taylor Rule framework. However, in the higher for longer period there is a change in which the determination of the BI rate depends only on the output gap and the real exchange rate. The inflation gap variable has no significant effect on the determination of the BI rate. In the higher for longer period, the prioritized economic goal is a comprehensive economic recovery."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Putri Vinasella Vrasedya
"Setiap negara seringkali menghadapi defisit neraca perdagangan. Beberapa studi empiris menyatakan bahwa pendapatan dan nilai tukar merupakan faktor penentu utama neraca perdagangan. Penulis berpendapat bahwa komposisi ekspor dan impor juga merupakan variabel penjelas utama karena beberapa barang bersifat inelastis dan/atau memiliki nilai tambah yang tinggi, yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi elastisitas pendapatan dan harga serta neraca perdagangan. Dengan demikian, apabila ekspor dan/atau impor yang signifikan terdiri dari produk-produk yang inelastis, maka dampak positif dan negatifnya diperkirakan akan berdampak pada neraca perdagangan. Beberapa prosedur seleksi digunakan untuk mengetahui komposisi komoditas ekspor-impor mana yang mempengaruhi perdagangan bilateral antara Indonesia dan negara mitra. Proses tersebut menunjukkan bahwa terdapat 14 komoditas ekspor dan 23 komoditas impor yang terus menerus mempengaruhi neraca perdagangan bilateral Indonesia. Terdapat 11 negara mitra yang menunjukkan kemitraan perdagangan yang konsisten dalam kurun waktu 1999 hingga 2021. Dengan menggunakan data perdagangan bilateral dan model panel, penulis menemukan bahwa ekspor minyak/lemak hewani dan nabati serta kertas & kertas karton berhubungan secara signifikan dan positif terhadap neraca perdagangan barang Indonesia. Sementara itu, bahan bakar mineral mempunyai hubungan negatif namun signifikan terhadap neraca perdagangan barang Indonesia. Rasio neraca perdagangan bilateral Indonesia juga merespons perubahan pendapatan relatif dan nilai tukar.
Every country often faces a trade balance deficit. Several empirical studies state that income and exchange rates are the main determining factors of the trade balance. The author believes that the composition of exports and imports is also a key explanatory variable because some goods are inelastic and/or with high added value, which directly and indirectly affects income and price elasticity and the trade balance. Thus, if significant exports and/or imports consist of inelastic products, then the positive and negative impacts are expected to have an impact on the trade balance. Some selection procedures are used to find out which export-import commodity composition influence the bilateral trade between Indonesia and partner countries. The process showed that there are 14 export commodities and 23 import commodities continuously affect Indonesia bilateral trade balance. There are 11 countries partner are shown consistent trade partnership within 1999 to 2021. Using bilateral trade data and panel models, the author finds that exports of animal and vegetable oils/fats and paper & paperboards are significantly and positively related to Indonesia's goods trade balance. Meanwhile, mineral fuels have a negative but significant relationship to Indonesia's goods trade balance. Indonesia's bilateral trade balance ratio also responds to changes in relative income and exchange rates."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ruhun Sudina
"Indonesia dalam beberapa tahun terakhir intensif melakukan negosiasi perjanjian perdagangan yang tergolong komprehensif yang terlihat dari masuknya kesepakatan terkait investasi, hak kekayaan intelektual, tenaga kerja, dan kompetisi. Beberapa studi menyatakan bahwa kedalaman perjanjian perdagangan dapat meningkatkan partisipasi negara dalam rantai nilai global (GVC). Sepanjang tahun 1995-2020, Indonesia memiliki 12 perjanjian aktif yang seiring berjalannya waktu berkembang lebih komprehensif. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap partisipasi GVC yang justru cenderung melemah sepanjang periode tersebut. Melemahnya GVC berpotensi menurunkan kesempatan Indonesia untuk bisa meningkatkan kontribusi industri manufaktur dalam PDB serta meningkatkan nilai ekspor melalui produksi barang dengan nilai tambah yang tinggi. Berdasarkan persoalan tersebut, penelitian ini menganalisis hubungan antara kedalaman perjanjian perdagangan dengan partisipasi GVC bilateral Indonesia dengan negara partner perjanjian menggunakan model gravitasi dan PPML sebagai estimator. Secara umum, temuan menunjukkan jika pendalaman perjanjian perdagangan berkorelasi positif dengan naiknya nilai partisipasi GVC Indonesia. Manfaat positif tersebut dihasilkan dari pendalaman area kebijakan yang relevan dengan aktivitas perekonomian dibandingkan area lain kurang berkaitan. Berdasarkan temuan ini, pemerintah dapat memanfaatkan perjanjian perdagangan untuk meningkatkan partisipasi dalam GVC guna mendorong perkembangan industri berbasis nilai tambah di Indonesia yang bisa berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan pendapatan per kapita
Indonesia in recent years has been intensively negotiating trade agreements that are classified as comprehensive, as evidenced by the inclusion of provisions related to investment, intellectual property rights, labor, and competition. Some studies suggest that the depth of trade agreements can increase a country's participation in global value chains (GVCs). During 1995-2020, Indonesia had 12 active agreements that over time became more comprehensive. However, this raises questions about its impact on GVC participation, which has tended to weaken over the period. The weakening of GVCs has the potential to reduce Indonesia's opportunity to increase the contribution of the manufacturing industry in GDP and increase the value of exports through the production of goods with high added value. Based on these issues, this study analyzes the relationship between the depth of trade agreements and Indonesia's bilateral GVC participation with agreement partner countries using gravity models and PPML as estimators. In general, the findings show that the deepening of trade agreements is positively correlated with an increase in the value of Indonesia's GVC participation. The positive benefits result from deepening policy areas that are relevant to economic activity compared to other areas that are less relevant. Based on these findings, the government can utilize trade agreements to increase participation in GVCs to encourage the development of value-added industries in Indonesia that can contribute to increased productivity and per capita income."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Roni Cahyadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan moneter terhadap profitabilitas bank di Indonesia pada masa pandemi menggunakan data panel 93 bank di Indonesia dengan rentang waktu dari tahun 2017-2022 serta pendekatan metode Generalized Method of Moments (GMM). Motivasi untuk penelitian ini berasal dari identifikasi bahwa hubungan antara kebijakan moneter dan profitabilitas bank secara simultan sangat penting karena memiliki implikasi yang signifikan dalam upaya menjaga stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dampak signifikan positif kebijakan moneter berupa suku bunga kebijakan BI7DRR terhadap rasio ROA, ROE dan NIM pada periode tahun 2017-2022. Selanjutnya, kebijakan suku bunga BI7DRR berpengaruh signifikan positif terhadap ROA dan ROE sebelum dan pada masa pandemi dengan pengaruh yang lebih besar pada masa pandemi untuk ROA dan pada masa sebelum pandemi untuk rasio ROE. Hal ini mencerminkan bahwa perbankan di Indonesia belum sepenuhnya menemukan cara untuk mengantisipasi dampak penurunan suku bunga kebijakan terhadap profitabilitasnya. Sementara BI7DRR hanya berpengaruh signifikan pada NIM pada masa sebelum pandemi, mengingat penurunan BI7DRR tidak langsung direspons perbankan dengan menurunkan suku bunga kredit.
This research aims to analyze the impact of monetary policy on bank profitability in Indonesia during the pandemic using panel data from 93 banks in Indonesia with a time span from 2017-2022 using the Generalized Method of Moments (GMM) approach. The motivation for this research comes from the identification that the relationship between monetary policy and bank profitability is simultaneously very important because it has significant implications in efforts to maintain monetary stability and financial system stability. The research results show that there is a significant positive impact of monetary policy in the form of the BI7DRR policy interest rate on the ROA, ROE and NIM ratios in the 2017-2022 period. Furthermore, the BI7DRR interest rate policy had a significant positive effect on ROA and ROE before and during the pandemic with a greater influence during the pandemic for ROA and during the pre-pandemic period for the ROE ratio. This reflects that banks in Indonesia have not yet fully found a way to anticipate the impact of lower policy interest rates on their profitability. Meanwhile, BI7DRR only had a significant effect on NIM in the pre-pandemic period, considering that the decline in BI7DRR was not immediately responded to by banks by reducing credit interest rates."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Cahyaning Tyas Anggorowati
"Penelitian ini menganalisis hubungan antara risiko perbankan terhadap kinerja asuransi selama periode kebijakan restrukturisasi kredit perbankan di Indonesia sampai dengan Maret 2024. Variabel kredit, non performing loan (NPL), dan suku bunga kredit digunakan sebagai proksi dari risiko perbankan. Adapun kinerja perusahaan asuransi umum diproksikan melalui premi kredit, klaim kredit, dan laba sebelum pajak. Melalui analisis multiple regression dengan menggunakan ordinary least squares (OLS), penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari risiko perbankan terhadap kinerja asuransi umum selama periode kebijakan restrukturisasi kredit perbankan. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa risiko kredit perbankan yang terdiri dari variabel kredit, NPL, dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap premi, klaim, dan laba sebelum pajak perusahaan asuransi. Hubungan antara perbankan dan asuransi dapat berupa hubungan komplementer ataupun subtitusi, bergantung dari seberapa penting transfer risiko dan alokasi modal. Hubungan ini diharapkan dapat mendukung tercapainya co-evolution antara perbankan dan asuransi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia.
This study analyzes the relationship between banking risk and insurance performance during the period of banking credit restructuring policy in Indonesia to March 2024. Credit, non-performing loans (NPL), and credit interest rates are variables used as proxies for banking risk. The performance of general insurance companies is proxied by credit premiums, credit claims, and profit before tax. Through multiple regression analysis using ordinary least squares (OLS), this study shows that there is a significant impact of banking risk on general insurance performance during the period of credit restructuring policy. This study concludes that banking credit risk, consisting of credit variables, NPL, and interest rates, has a significant impact on premiums, claims, and profit before tax of insurance companies. The relationship between banking and insurance can be a complementary or substitution, depending on how important risk transfer and capital allocation. This relationship is expected to support the achievement of co-evolution between banking and insurance in maintaining the stability of the financial system in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Aurelia Julia Irvana
"ASEAN terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah sehingga memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ekonominya serta menawarkan potensi besar untuk memperluas dan mendiversifikasi ekspornya, tetapi masih terdapat pertanyaan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi proses tersebut. Gagasan mengenai diversifikasi suatu negara didasarkan pada argumen bahwa spesialisasi akan menyebabkan ketergantungan dan kerentanan dalam ekspor sebuah negara (Prebisch & Singer, 1950). Melalui analisis mendalam terhadap data panel dinamis dengan menggunakan system GMM (Generalized Method of Moments), penulis menemukan bahwa Penanaman Modal Asing, inflasi, dan PDB (Produk Domestik Bruto) mempunyai hubungan positif signifikan terhadap diversifikasi ekspor, sedangkan hubungan negatif ditemukan dalam keterbukaan perdagangan. Di sisi lain, penelitian ini tidak menemukan adanya signifikansi statistik antara nilai tukar dan diversifikasi ekspor. Secara keseluruhan, robustness yang dikonfirmasi oleh pengujian Hansen dan Arellano-Bond menggarisbawahi keandalan pendekatan system GMM dalam menangkap dinamika diversifikasi ekspor. Data penelitian diperoleh dari empat negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand yang akan disebutkan dengan nama ASEAN-4 untuk penyederhanaan.
ASEAN is known for its abundant natural resources which have greatly contributed to its development and offer great potential for expanding and diversifying its exports, but questions linger regarding the variables affecting the process. The idea of a country’s diversification lies under the argument that specialization will lead to dependency and vulnerabilities in a country’s export (Prebisch & Singer, 1950). Through a rigorous analysis of dynamic panel data using system GMM (Generalized Method of Moments), the author finds that Foreign Direct Investment (FDI), inflation, and GDP (Gross Domestic Product) have a significant positive relationship with export diversification, while a negative relationship is found in trade openness. On the other hand, this study does not uncover any statistical impact of exchange rate to export diversification. Overall, the robustness confirmed by Hansen and Arellano-Bond tests underscores the reliability of the System GMM approach in capturing the intricate dynamics of export diversification. The data is obtained from four countries, namely Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand, which will be mentioned by the name ASEAN-4 for simplification purposes."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library