Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Dwi Irawan
"Kelompok teroris termasuk ISIS menggunakan berbagai cara kaderisasi, salah satunya memanfaatkan lembaga pendidikan, sehingga lembaga pendidikan memiliki peran penting untuk melahirkan generasi penerus dan menjaga eksistensi kelompok teroris. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dengan teknik pengumpulan data primer melalui wawancara terhadap narasumber dari mantan jamaah atau pengurus lembaga pendidikan jaringan ISIS di Pantura Jawa Barat, serta lembaga pemerintah yaitu Badan Intelijen Negara (BIN), Densus 88 Anti Teror, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Selain itu, penelitian ini menggunakan teknik observasi lapangan dan didukung data sekunder. Peneliti menggunakan Teori Kontra Intelijen untuk memahami perubahan dalam kaderisasi melalui lembaga pendidikan oleh ISIS di Pantura Jawa Barat dan Teori Belajar Sosial untuk memahami implikasinya. Penelitian tentang kaderisasi teroris melalui lembaga pendidikan masih terbatas sehingga diharapkan dapat memberikan masukan dalam penanggulangan terorisme. Penelitian ini menemukan bahwa kaderisasi melalui lembaga pendidikan oleh ISIS di Pantura Jawa Barat mengalami metamorfosa, antara lain dari pola sentralisasi menjadi desentralisasi, dari lembaga formal menjadi nonformal, serta adanya kamuflase sehingga lebih sulit dikontrol. Selain itu, lembaga pendidikan menjadi lingkungan sosial tempat terjadinya proses belajar observasional bagi anggota kelompok teroris. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, penelitian merekomendasikan strategi kolabolasi melibatkan berbagai unsur, mulai dari lembaga pemerintah hingga masyarakat.

Terrorist groups, including ISIS, use various methods of regeneration, one of which is using educational institutions. Hence, educational institutions have an essential role in producing the next generation and maintaining the existence of terrorist groups. This research is qualitative research using a case study method with primary data collection techniques through interviews with sources from former congregants or administrators of ISIS network educational institutions in Pantura, West Java, as well as government institutions, namely the National Intelligence Agency (BIN), Densus 88 Anti-Terror Police, and National Counterterrorism Agency (BNPT). Apart from that, this research uses field observation techniques and is supported by secondary data. Researchers use Counterintelligence Theory to understand changes in regeneration through educational institutions through ISIS in Pantura, West Java, and Social Learning Theory to understand the implications. Research on terrorist regeneration through educational institutions is still limited, so it is hoped that it can provide input in overcoming terrorism. This research found regeneration through educational institutions by ISIS in Pantura, West Java, experienced a metamorphosis, including from a pattern of centralization to decentralization, from formal to non-formal institutions, and camouflage, making it more difficult to control. In addition, educational institutions become a social environment where observational learning processes occur for members of terrorist groups. To overcome this problem, research recommends a collaboration strategy involving various elements, from government institutions to the community."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marella Al Faton
"Tesis ini membahas strategi yang digunakan Turki dalam menanggulangi ancaman foreign terrorist fighters (FTF) tahun 2014 hingga 2016. Turki adalah negara asal, negara transit, dan negara tujuan potensial bagi FTF yang pergi ke Suriah dan Irak. Kondisi ini membuat Turki menghadapi ancaman berkali lipat dibanding negara lain. Akan tetapi, Turki tidak berupaya menanggulangi ancaman FTF hingga di tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitis dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan dua jenis teori penggentaran (deterrence) untuk menganalisa kebijakan dan tindakan pemerintah Turki yang sesuai dengan Resolusi DK PBB 2178 (2014). Strategi Turki dipengaruhi oleh persepsi ancaman Turki terhadap FTF. Sebelum tahun 2014, FTF tidak dipersepsikan sebagai sebuah ancaman. Di tahun 2014, FTF mulai dipersepsikan sebagai ancaman yang harus ditanggulangi. Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa strategi deterrence by denial yang digunakan Turki untuk menanggulangi ancaman FTF lebih berhasil dibandingkan strategi deterrence by punishment.

This thesis examines Turkey’s strategy in countering foreign terrorist fighters (FTF) threats from 2014 until 2016. Turkey is the state of origin, state of transit, and state of potential destination for FTF who go to Syria and Iraq. Because of this, Turkey constantly poses multiple threats compared to other countries. Nevertheless, the government of Turkey did not overcome the threats until in 2014. This thesis is a descriptive-analysis research with qualitative approach. Using two types of deterrence theory, the author analyze Turkish government's policies and measures which fit UNSC Resolution 2178 (2014). Turkey’s strategy higly related with its perception of threats against FTF. Before 2014, FTF was not considered as a threats to Turkey. Meanwhile, in 2014 Turkey start to perceived FTF as a threats to it’s national security. The analysis shows that in coutering FTF threats, Turkey’s strategy deterrence by denial is considered more successful than deterrence by punishment.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahsani Maulinardi
"Memasuki akhir tahun 2020, pemerintah Sudan kembali menerima kedatangan pengungsi dalam jumlah besar ke dalam teritori Sudan yang berasal dari Etiopia. Perang Sipil yang terjadi antara TPLF dan pemerintah Federal Etiopia dalam Perang Tigray memaksa ribuan masyarakat sipil menjadi pengungsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan kepatuhan pemerintah Sudan terhadap penegakan prinsip non-refoulement dalam penanganan pengungsi asal Etiopia. Penggunaan kaidah penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini, dengan kerangka analisis kepatuhan milik Jan-Philip Graf dan Gray Katsoni, kerangka analisis Exile and Resettlement juga digunakan untuk memetakan pergerakan pengungsi yang berasal dari Etiopia. Melalui serangkaian analisis tersebut ditemukan bahwa, pemerintah Sudan berhasil menegakan prinsip non-refoulement terhadap pengungsi Etiopia yang berada di Sudan dan komitmen pemerintah Sudan tersebut juga turut dibantu dengan kerja sama masyarakat lokal dan organisasi internasional dalam penanganan pengungsi yang telah berlangsung kurang lebih dua tahun terakhir.

Towards the end of 2020, the Sudan Government hastened up to handle the Ethiopian refugees stranded near the Sudanese-Ethiopian border. The ravaging war between the TPLF and the Federal Ethiopian Government took its toll on the civilians. Thousands flee their homes and moves west as the war drew closer to their cities. This research aims to answer the Sudan Government’s role in upholding the principle of Non-refoulement, using the qualitative approach to study the case with chronological and analytical order. Author employs the Positive Obligations Concept coined by Jan-Philip Graf and Gray Katsoni, also used the Exile and Resettlement concept, first emphasized by Egon F. Kunz. Through a series of analytical explanation, it then concluded that the Sudanese Government’s role in handling the Ethiopian refugees were thoroughly successful despite the political and economic setbacks in home, the involvements of local communities and international organizations also help Sudan on upholding the commitments."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Trisdamayanti
"Pelaku serangan teror bom bunuh diri meyakini bahwa dirinya sedang melaksanakan aksi yang dianggap mulia. Sesungguhnya kelompok yang memiliki motif ideologi agama senantiasa membangun persepsi positif pada anggota kelompok mengenai serangan teror bom bunuh diri. Persepsi tersebut dibangun secara sistematis dengan merujuk pada atribut-atribut yang bersifat totemik, seperti ‘syahid’, ‘jihad’, ‘thaghut’, ‘mujahidin’’, ‘polisi Tuhan’, ‘singa-singa Allah’ untuk menjustifikasi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok. Hal tersebut melatarbelakangi analisis dalam kaitan dengan perspektif totemik di dalam penelitian ini. Dari 23 kasus yang terjadi di Indonesia, penelitian ini memerinci enam serangan teror bom bunuh diri, didasari oleh transformasi yang terjadi, yaitu transformasi target, kelompok, bahan baku bahan peledak yang digunakan, dan pelaku serangan. Data penelitian ini diperoleh dari studi dokumen, data kepolisian, dan wawancara dengan 15 narasumber. Para narasumber ini terdiri atas anggota kepolisian, pamong lembaga pemasyarakatan, anggota kelompok, perekrut di dalam kelompok, dan pelaku serangan teror bom bunuh diri. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dan diproses menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik triangulasi data, untuk menghindari potensi terjadinya bias. Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa motivasi individu, kelompok, dan lingkungan masyarakat telah mendorong individu menjadi pelaku serangan teror bom bunuh diri. Pada tataran kelompok, otoritas di dalam kelompok memperkenalkan konsep tauhid dan ideologi kelompok, lalu menggiring individu agar patuh dan taat kepada otoritas, sehingga terciptalah kepatuhan buta. Individu kemudian digiring menjadi pelaku serangan, dengan cara diperkenalkan pada konsep keutamaan dari bom bunuh diri, demi memperoleh imbalan di dalam agamanya, imbalan bagi dirinya, dan imbalan dalam tataran sosial, sebagai bentuk pilihan yang rasional dan logis.

Suicide bombers believed that their actions were such an honourable ones. Groups with religious ideological motive tend to build a systematic, positive perception, on suicide terrorism to their members, referred to totemic attributes such as ‘syahid’, ‘jihad’, ‘thaghut’, ‘mujahedeen’, ‘police of God’, ‘lions of God,’ in order to justify their actions. These are background of this study. Among a total of 23 suicide bombing incidents occurred in Indonesia, this study analyzes six cases- based on their transformations, from the perspectives of target, group that masterminded the attacks, explosives that being used, as well as perpetrators who performed such attacks. Data are collected from previous studies, police reports, and interview sessions with 15 sources, which include police personnel, prison’s case manager, group members, recruiters of dedicated-suicide bombers, and the surviving designated-bombers. These data are then analyzed and processed using qualitative approach with triangulation techniques, in order to prevent bias. Result of this study shows that individual, group, and social motivational factors have transformed individual into a suicide bomber. In the group level, authorities to approach concepts of ‘tauhid’ (the belief in Allah as the one and only God) and group’s ideology, then followed by introduction to the obedience to the authorities. Such concept would then bring the individual into a blind obedience’ state of mind. A virtue of a martyrdor bombing is provided as the next lesson plan that an individual will learn, as rational and logical options, in order to gain religious rewards, personal rewards, and social rewards."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Widya
"Kompleksitas dalam strategi kontra terorisme tentu saja memerlukan pelibatan berbagai pihak salah satunya adalah organisasi non pemerintah. Yayasan Lingkar Perdamaian menjadi salah satu organisasi non pemerintah yang bergerak dalam isu kontra terorisme sebagai pendekatan bottom up. Yayasan ini menarik karena didirikan oleh para mantan narapidana terorisme dan kombatan. Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa hasil dari strategi disengagement yang dilakukan oleh Yayasan Lingkar Perdamaian di Lamongan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menekankan pada pendekatan naratif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode berbasis dokumen primer yang meliputi wawancara mendalam maupun dokumen sekunder berbasis internet dan studi literatur. Kerangka penelitian ini menggunakan teori manajemen dan strategi manajemen untuk melihat strategi dan menganalisis SWOT Yayasan Lingkar Perdamaian. Penelitian ini juga menggunakan teori deradikalisasi dan disengagement untuk melihat hasil dari strategi disengagement Yayasan Lingkar Perdamaian. Hasil dari penelitian ini adalah Yayasan Lingkar Perdamaian sebagai salah satu contoh agent of change telah melakukan beberapa kegiatan untuk mantan narapidana terorisme di Lamongan dengan strategi pendekatan kekeluargaan dan berbagai macam metode seperti perekonomian, keluarga, dan diskusi. Kegiatan yang dilakukan bertujuan agar para mantan narapidana terorisme diharapkan tidak kembali menjadi residivis dan menggunakan kekerasan. Inisiatif yang dilakukan oleh Yayasan Lingkar Perdamaian sangat bagus. Namun, jika dilihat dari analisisis strategi SWOT yayasan ini masih memiliki beberapa kekurangan dan hambatan yang harus menjadi perhatian agar tujuan dapat lebih maksimal tercapai. Sesuai dengan teori deradikalisasi dan disengagement, strategi yang dilakukan oleh Yayasan Lingkar Perdamaian sudah cukup bagus dalam hal pemutusan mata rantai radikalisme para mantan narapidana terorisme. Penulis melihat potensi yang begitu besar atas perlibatan organisasi non pemerintah dalam kontra terorisme khususnya Yayasan Lingkar Perdamaian. Potensi tersebut harus didampingi oleh Pemerintah agar sejalan dengan kebijakan kontra terorisme nasional.

The complexity of the counter terrorism strategy needs to involve various parties, for example is non-governmental organizations. The Lingkar Perdamaian Foundation is one of the non-governmental organizations engaged in counter terrorism issues as a bottom up approach. This foundation has different approach because it was founded by former terrorism convicts and combatants. This thesis aims to describe and analyze the results of the disengagement strategy carried out by the Lingkar Perdamaian Foundation in Lamongan. This thesis uses a qualitative method that emphasizes a narrative approach. The data collection technique based on primary document which include in-depth interviews and secondary documents based on internet or literature studies. This thesis framework uses management theory and management strategy to view strategies and analyze SWOT of Lingkar Perdamaian Foumdation. This research also uses deradicalization and disengagement theory to see the results of the disengagement strategy of Lingkar Perdamaian Foundation. The result of this thesis is that the Lingkar Perdamain Foundation as an example of an agent of change has carried out several activities for former terrorism convicts in Lamongan with a familial approach strategy and various methods such as economy, family, and discussion. The activities carried out are aimed at preventing former terrorism convicts from becoming recidivists and using violence. The initiative carried out by the Perdamaian Circle Foundation is very good. However, if seen from the analysis of the SWOT strategy this foundation still has several weaknes and obstacles that must be considered so that the goals can be maximally achieved. In accordance with the deradicalization and disengagement theory, the strategy adopted by the Lingkar Perdamaian Foundation is quite good in terms of breaking the radicalism chain of former terrorism convicts. The author sees enormous potential for the involvement of non-governmental organizations in counter terrorism, especially the Lingkar Perdamaian Foundation. This potential must be accompanied by the Government so that it is in line with the national counter terrorism policy."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masmuhah
"Penelitian ini membahas mengenai strategi intervensi militer asing melawan Islamic State of Iraq and Syria ISIS di Irak dan Suriah sejak tahun 2014 sampai 2017. Kerangka pemikiran yang digunakan untuk menjelaskan tema di atas adalah konsep intervensi militer, perang asimetris dan kemunduran organisasi terorisme. Analisa tesis ini akan diarahkan untuk menjawab pertanyaan strategi  intervensi militer apa yang dilakukan oleh pihak asing seperti koalisi AS, Rusia, Iran, dan negara diluar Irak dan Suriah. Penelitian ini menggunakan studi pustaka dan wawancara. Dari data tersebut ditemukan bahwa, kekuatan ISIS berasal dari strategi konvensional dan asimetris untuk memperluas dan mempertahankan kekuasaannya. Kekuatan ISIS ini membuat pemerintah Irak dan Suriah meminta intervensi asing untuk melawan gerakan terorisme ini. Terdapat dua strategi intervensi militer yang digunakan dalam upaya ini, yaitu strategi diplomatik dan strategi militer.  Melalui metode kualitatif yang menggunakan berbagai sumber yang relevan, tesis ini membangun argumen bahwa intervensi militer yang dilakukan oleh pihak asing merupakan langkah strategis dalam upaya menghancurkan ISIS serta kembali menstabilkan kondisi keamanan Irak dan Suriah. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya wilayah yang dikuasai ISIS, jumlah pasukan, serta kondisi fiskal hingga akhir 2017.

This study discusses the strategy of foreign military intervention against the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) in Iraq and Syria from 2014 to 2017. The concept of  military intervention, asymmetric warfare and declining of terrorist organizations are used to explain the effect of military intervention to the decline of ISIS. The analysis of this thesis will be directed to explain military intervention strategies which were conducted foreign parties such as the US, Russia, Iran and other countries outside Iraq and Syria. This study uses literature and interviews method. The author found that the power of ISIS is originated from conventional and asymmetrical strategies to expand and maintain its power. The power of ISIS has made the Iraqi and Syrian governments ask foreign intervention to fight this terrorism movement. There are two military intervention strategies used in this effort, diplomatic and military strategy. From various relevant sources with qualitative methods, this thesis builds the argument that military intervention which was carried out by foreign parties is a strategic step in efforts to destroy ISIS an stabilize the security in Iraq and Syria. This is proven by the reduction of ISIS-controlled areas, number of troops, and fiscal conditions until the end of 2017.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T54421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library