Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinulingga, Elysabeth
"Latar belakang: Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mengalami berbagai masalah setelah terdiagnosa HIV baik secara fisik maupun psikososial. Hal ini menyebabkan ODHA menutup diri agar mereka tak diketahui orang lain karena merasa terstigma. Masalah ini dapat berlanjut ODHA menstigma dirinya dan dapat menularkan HIV lagi bagi pasangannya atau orang lain. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh model intervensi spiritual peka budaya Karo dan menguji model tersebut. Metode penelitian: Tahap I: penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya dikembangkan model intervensi spiritual peka budaya Karo. Mengembangkan intervensi menggunakan metode PATH (Problem – Analysis – Test – Help) yang diusulkan oleh Buunk dan Vugt (2008). Tahap II: uji coba model dengan quasi experiment with control group design. Jumlah sampel kelompok intervensi 60 orang dan 60 orang kelompok kontrol. Hasil: hasil penelitian tahap I di penelitian kualitatif dihasilkan 14 thema, dan hasil kualitatif didapatkan Odds Ratio (OR) dari variable Religiusitas adalah 3,5 (5%CI: 2,324-5,329), artinya warga jemaat GBKP yang religiusitas nya kuat akan mempunyai odds (berisiko) mencegah perilaku penularan HIV sebesar 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan warga jemaat GBKP yang tidak memiliki Religiusitas kuat di Kabupaten Karo. Lalu model ini dikembangkan berdasarkan teori cultural care dan masukan dari para pakar. Hasil tahap II: Uji korelasi kanonikal secara kolektif fungsi kanonikal signifikan dengan nilai p = 0,0001 di fungsi 1 dan 0,003 di fungsi 2. Kesimpulan: ada hubungan yang kuat antara intervensi spiritual peka budaya Karo terhadap stres dan stigma. Artinya pemberian intervensi model spiritual peka budaya Karo dengan menambah pengetahuan, dukungan sosial dan dukungan keluarga dapat mengurangi stres dan stigma sebesar nilai korelasinya. Rekomendasi: akan dilakukan studi lanjutan tanggapan perawat untuk persfektif ke ODHA.

Introduction: People living with HIV/AIDS (PLWHA) experience various problems after being diagnosed with HIV, both physically and psychosocially. These problems cause PLWHA to close themselves so that they are not known to others because they feel stigmatised. This problem can cause PLWHA to continue stigmatising themselves and transmit HIV again to their partners or other people. This study aimed to develop a Karo culture-sensitive spiritual intervention model to prevent HIV stigma. Methods: Phase I: this study uses qualitative and quantitative research design. Furthermore, a model of spiritual intervention sensitive to Karo culture was developed. Develop interventions using the PATH (Problem – Analysis – Test – Help) method proposed by Buunk and Vugt (2008). Phase II: model trials with quasi-experiment with control group design. The total sample of the intervention group was 60 people and 60 people of the control group. Result: the results of the phase I study in the qualitative study produced 14 thema, and the qualitative results obtained the Odds Ratio (OR) of the Religiosity variable was 3.5 (5%CI: 2,324-5,329), meaning that GBKP congregation residents whose religiosity is strong will have odds (risk) of preventing HIV transmission behavior by 3.5 times higher than GBKP congregation residents who do not have strong religiosity in Karo Regency. Then this model was developed based on the theory of cultural care and input from experts. Phase II results: Test the canonical correlation collectively of significant canonical functions with p values = 0.0001 in function 1 and 0.003 in function 2. Conclusion: there is a strong link between Karo culture's sensitive spiritual interventions to stress and stigma. This means that the intervention of the Karo culturally sensitive spiritual model by increasing knowledge, social support and family support can reduce stress and stigma by the correlation value. Recommendation: a follow-up study of nurse responses to effectiveness to PLHIV will be carried out."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Dwi Hartanti
"Latar Belakang : Peningkatan prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) yang terus menerus mengakibatkan peningkatan beban penyakit kronik secara global sebanyak 1,5 % ditahun 2020. Manajemen diri pada pasien PGK sangat diperlukan untuk mencegah prevalensi dan perburukan PGK. Perbedaan persepsi, cara pandang, keyakinan dan budaya pasien dapat mengakibatkan perbedaan kemampuan dan kepatuhan pasien dalam melakukan perawatan diri sesuai dengan manajemen PGK. Manajemen diri pasien PGK yang sesuai dengan budaya pasien diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan serta kepatuhan pasien PGK dalam melakukan perawatan diri terhadap penyakitnya. Tujuan : Melakukan pengembangan model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa dan mengevaluasi pengaruhnya terhadap perawatan diri dan fungsi ginjal pasien PGK stadium 1-3. Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain research and development melalui tiga tahapan penelitian. Penelitian tahap pertama dengan kualitatif melibatkan 15 pasien PGK stadium 1-3, 10 orang keluarga pasien PGK stadium 1-3 dan 3 orang tokoh masyarakat. Penelitian tahap kedua pengembangan model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa dengan pendekatan diendangi sedulur dan nrimo ing pandum yang melibatkan tiga pakar. Tahap ketiga penelitian dengan kuantitatif melibatkan 119 pasien PGK stadium 1-3 yang terbagi menjadi 60 pasien pada kelompok intervensi dan 59 pasien pada kelompok kontrol. Hasil : Teridentifikasi lima tema yang menjadi dasar pengembangan model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa yang dilengkapi dengan satu buku meodel dan empat modul sebagai perangkat model. Hasil analisis model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa berpengaruh meningkatkan perawatan diri dan perbaikan fungsi ginjal pasien PGK secara signifikan (p value ≤ 0,05). Simpulan : model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa efektif meningkatkan perawatan diri dan fungsi ginjal pada pasien PGK stadium 1-3. Saran : Model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa dapat diadopsi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PGK stadium 1-3 melalui peningkatan perawatan diri dan fungsi ginjal pasien PGK stadium 1-3.

Background: The continuous increase in the prevalence of chronic kidney disease (CKD) has led to a global rise in the burden of chronic diseases by 1.5% in 2020. Self-management of CKD patients is essential to prevent the prevalence and worsening of CKD. Differences in perceptions, perspectives, beliefs, and cultures among patients can result in varying abilities and adherence to self-care under CKD management. A self-management model that aligns with the patient's culture is needed to improve understanding, belief, capability, and adherence to self-care among CKD patients. Objectives: To develop the SEDULUR self-management model based on Javanese culture and to evaluate its effect on self-care and kidney function in CKD patients stages 1-3. Methodology: This study used a research and development design through three research phases. The first phase involved qualitative research with 15 CKD patients in stages 1-3, 10 family members of CKD patients in stages 1-3, and 3 community leaders. The second phase involved the development of the SEDULUR self-management model based on Javanese culture using the "diendangi sedulur" and "nrimo ing pandum" approaches with three experts. The third phase involved quantitative research with 119 CKD patients in stages 1-3, divided into 60 patients in the intervention group and 59 in the control group. Results: Five themes were identified as the basis for the development of the SEDULUR self-management model based on Javanese culture, which is equipped with one model book and four modules as model tools. The results of the analysis of the SEDULUR self-management model based on Javanese culture have a significant effect on improving self-care and improving kidney function in PGK patients (p value ≤ 0.05). Conclusion: The SEDULUR self-management model based on Javanese culture effectively enhances self-care and kidney function in CKD patients stages 1-3. Recommendation: The SEDULUR self-management model based on Javanese culture can be adopted to improve the quality of life of CKD patients in stages 1-3 by enhancing self-care and kidney function."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Dwi Hartanti
"Latar Belakang : Peningkatan prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) yang terus menerus mengakibatkan peningkatan beban penyakit kronik secara global sebanyak 1,5 % ditahun 2020. Manajemen diri pada pasien PGK sangat diperlukan untuk mencegah prevalensi dan perburukan PGK. Perbedaan persepsi, cara pandang, keyakinan dan budaya pasien dapat mengakibatkan perbedaan kemampuan dan kepatuhan pasien dalam melakukan perawatan diri sesuai dengan manajemen PGK. Manajemen diri pasien PGK yang sesuai dengan budaya pasien diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan serta kepatuhan pasien PGK dalam melakukan perawatan diri terhadap penyakitnya. Tujuan : Melakukan pengembangan model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa dan mengevaluasi pengaruhnya terhadap perawatan diri dan fungsi ginjal pasien PGK stadium 1-3. Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain research and development melalui tiga tahapan penelitian. Penelitian tahap pertama dengan kualitatif melibatkan 15 pasien PGK stadium 1-3, 10 orang keluarga pasien PGK stadium 1-3 dan 3 orang tokoh masyarakat. Penelitian tahap kedua pengembangan model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa dengan pendekatan diendangi sedulur dan nrimo ing pandum yang melibatkan tiga pakar. Tahap ketiga penelitian dengan kuantitatif melibatkan 119 pasien PGK stadium 1-3 yang terbagi menjadi 60 pasien pada kelompok intervensi dan 59 pasien pada kelompok kontrol. Hasil : Teridentifikasi lima tema yang menjadi dasar pengembangan model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa yang dilengkapi dengan satu buku meodel dan empat modul sebagai perangkat model. Hasil analisis model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa berpengaruh meningkatkan perawatan diri dan perbaikan fungsi ginjal pasien PGK secara signifikan (p value ≤ 0,05). Simpulan : model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa efektif meningkatkan perawatan diri dan fungsi ginjal pada pasien PGK stadium 1-3. Saran : Model manajemen diri SEDULUR berbasis budaya Jawa dapat diadopsi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PGK stadium 1-3 melalui peningkatan perawatan diri dan fungsi ginjal pasien PGK stadium 1-3.

Background: The continuous increase in the prevalence of chronic kidney disease (CKD) has led to a global rise in the burden of chronic diseases by 1.5% in 2020. Self-management of CKD patients is essential to prevent the prevalence and worsening of CKD. Differences in perceptions, perspectives, beliefs, and cultures among patients can result in varying abilities and adherence to self-care under CKD management. A self-management model that aligns with the patient's culture is needed to improve understanding, belief, capability, and adherence to self-care among CKD patients. Objectives: To develop the SEDULUR self-management model based on Javanese culture and to evaluate its effect on self-care and kidney function in CKD patients stages 1-3. Methodology: This study used a research and development design through three research phases. The first phase involved qualitative research with 15 CKD patients in stages 1-3, 10 family members of CKD patients in stages 1-3, and 3 community leaders. The second phase involved the development of the SEDULUR self-management model based on Javanese culture using the "diendangi sedulur" and "nrimo ing pandum" approaches with three experts. The third phase involved quantitative research with 119 CKD patients in stages 1-3, divided into 60 patients in the intervention group and 59 in the control group. Results: Five themes were identified as the basis for the development of the SEDULUR self-management model based on Javanese culture, which is equipped with one model book and four modules as model tools. The results of the analysis of the SEDULUR self-management model based on Javanese culture have a significant effect on improving self-care and improving kidney function in PGK patients (p value ≤ 0.05). Conclusion: The SEDULUR self-management model based on Javanese culture effectively enhances self-care and kidney function in CKD patients stages 1-3. Recommendation: The SEDULUR self-management model based on Javanese culture can be adopted to improve the quality of life of CKD patients in stages 1-3 by enhancing self-care and kidney function."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarmin
"Hipertensi masih menjadi problem utama penyakit tidak menular dibelahan dunia termasuk Indonesia. Penatalaksanaan yang berbasis ketahanan emosional sangat membantu mengendalikan tekanan darah dan mebantu ketahanan dalam menghadapi berbagai persoalan akibat penyakit hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas Model KEMIS (Ketahanan Emosional Islami) dalam mengendalikan kondisi psikologis, tekanan darah, kesejahteraan spiritual dan dukungan sosial pasien hipertensi. Metode penelitian ini dilakukan 2 (dua) tahap yaitu tahap 1 dengan penelitian kualitatif terhadap 10 partisipan dan tahap 2 dengan metode penelitian eksperimen Randomized Control Trial (RCT) dengan pendekatan pre dan post with control pada 100 responden (50 responden kelompok intervensi dan 50 responden kelompok kontrol) pasien hipertensi di unit rawat jalan RS. Dr Loekmono Hasi Kudus dan RS Aisyiyah Kudus. Hasil penelitian tahap 1 menghasilkan 6 tema penelitian yaitu : 1) Kondisi yang kurang baik dari fisik, keluarga dan pekerjaan memicu emosi. 2) Rasa marah dan emosi dapat di redam. 3) Berdoa dan berzikir dapat meningkatkan keyakinan dalam menciptakan kondisi pasrah kepada ketentuan Allah; 4) Memperbaiki ibadah wajib dan tambahan meningkatkan daya tahan terhadap kondisi stress emosional ; 5) Managemen fisik yang baik dapat menurunkan keluhan fisik akibat stress emosional; 6) Kegiatan aktifitas dan dukungan sosial dapat menimbulkan ketenangan dan stabilnya pikiran. Penelitian tahap 2 menunjukkan hasil Model KEMIS efektif untuk mengendalikan kondisi psikologis (p < 0,001), tekanan darah sistolik (p < 0,001), tekanan darah diastolik (p < 0,001), kesejahteraan spiritual (p < 0,001) dan dukungan sosial (p < 0,001). Terapi Model KEMIS dapat diaplikasikan dalam pelayanan klinik khususnya pasien hipertensi sebagai terapi pendamping untuk mengoptimalkan pengendalian tekanan darah dan meningkatkan ketahanan pasien hipertensi.

Hypertension remains a major non-communicable disease globally, including in Indonesia. An emotional resilience-based management approach is instrumental in controlling blood pressure and enhancing the ability to cope with various challenges caused by hypertension. This study aimed to examine the effectiveness of the KEMIS (Islamic Emotional Resilience) model in managing psychological conditions, blood pressure, spiritual well-being, and social support among hypertensive patients. This research was conducted in two stages. Stage one employed a qualitative approach involving 10 participants. Stage two used an experimental design with a randomized controlled trial (RCT) method, utilizing a pre- and post-test with control group approach involving 100 respondents (50 in the intervention group and 50 in the control group) at the outpatient clinics of Dr. Loekmono Hadi Hospital and Aisyiyah Hospital in Kudus. The qualitative findings in stage one yielded six themes: (1) Poor physical, family, and work conditions trigger emotional responses; (2) Feelings of anger and emotional distress can be controlled; (3) Prayer and remembrance (dhikr) increase faith and foster acceptance of divine destiny; (4) Improving obligatory and additional worship enhances emotional stress resilience; (5) Proper physical management reduces physical complaints caused by emotional stress; (6) Social support and active engagement contribute to a sense of calm and mental stability. Stage two revealed that the KEMIS model was effective in improving psychological conditions (p < 0.001), systolic blood pressure (p < 0.001), diastolic blood pressure (p < 0.001), spiritual well-being (p < 0.001), and social support (p < 0.001). The KEMIS model can be applied in clinical services, particularly for hypertensive patients, as a complementary therapy to optimize blood pressure control and enhance patients’ emotional resilience."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarmin
"Hipertensi masih menjadi problem utama penyakit tidak menular dibelahan dunia termasuk Indonesia. Penatalaksanaan yang berbasis ketahanan emosional sangat membantu mengendalikan tekanan darah dan mebantu ketahanan dalam menghadapi berbagai persoalan akibat penyakit hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas Model KEMIS (Ketahanan Emosional Islami) dalam mengendalikan kondisi psikologis, tekanan darah, kesejahteraan spiritual dan dukungan sosial pasien hipertensi. Metode penelitian ini dilakukan 2 (dua) tahap yaitu tahap 1 dengan penelitian kualitatif terhadap 10 partisipan dan tahap 2 dengan metode penelitian eksperimen Randomized Control Trial (RCT) dengan pendekatan pre dan post with control pada 100 responden (50 responden kelompok intervensi dan 50 responden kelompok kontrol) pasien hipertensi di unit rawat jalan RS. Dr Loekmono Hasi Kudus dan RS Aisyiyah Kudus. Hasil penelitian tahap 1 menghasilkan 6 tema penelitian yaitu : 1) Kondisi yang kurang baik dari fisik, keluarga dan pekerjaan memicu emosi. 2) Rasa marah dan emosi dapat di redam. 3) Berdoa dan berzikir dapat meningkatkan keyakinan dalam menciptakan kondisi pasrah kepada ketentuan Allah; 4) Memperbaiki ibadah wajib dan tambahan meningkatkan daya tahan terhadap kondisi stress emosional ; 5) Managemen fisik yang baik dapat menurunkan keluhan fisik akibat stress emosional; 6) Kegiatan aktifitas dan dukungan sosial dapat menimbulkan ketenangan dan stabilnya pikiran. Penelitian tahap 2 menunjukkan hasil Model KEMIS efektif untuk mengendalikan kondisi psikologis (p < 0,001), tekanan darah sistolik (p < 0,001), tekanan darah diastolik (p < 0,001), kesejahteraan spiritual (p < 0,001) dan dukungan sosial (p < 0,001). Terapi Model KEMIS dapat diaplikasikan dalam pelayanan klinik khususnya pasien hipertensi sebagai terapi pendamping untuk mengoptimalkan pengendalian tekanan darah dan meningkatkan ketahanan pasien hipertensi.

Hypertension remains a major non-communicable disease globally, including in Indonesia. An emotional resilience-based management approach is instrumental in controlling blood pressure and enhancing the ability to cope with various challenges caused by hypertension. This study aimed to examine the effectiveness of the KEMIS (Islamic Emotional Resilience) model in managing psychological conditions, blood pressure, spiritual well-being, and social support among hypertensive patients. This research was conducted in two stages. Stage one employed a qualitative approach involving 10 participants. Stage two used an experimental design with a randomized controlled trial (RCT) method, utilizing a pre- and post-test with control group approach involving 100 respondents (50 in the intervention group and 50 in the control group) at the outpatient clinics of Dr. Loekmono Hadi Hospital and Aisyiyah Hospital in Kudus. The qualitative findings in stage one yielded six themes: (1) Poor physical, family, and work conditions trigger emotional responses; (2) Feelings of anger and emotional distress can be controlled; (3) Prayer and remembrance (dhikr) increase faith and foster acceptance of divine destiny; (4) Improving obligatory and additional worship enhances emotional stress resilience; (5) Proper physical management reduces physical complaints caused by emotional stress; (6) Social support and active engagement contribute to a sense of calm and mental stability. Stage two revealed that the KEMIS model was effective in improving psychological conditions (p < 0.001), systolic blood pressure (p < 0.001), diastolic blood pressure (p < 0.001), spiritual well-being (p < 0.001), and social support (p < 0.001). The KEMIS model can be applied in clinical services, particularly for hypertensive patients, as a complementary therapy to optimize blood pressure control and enhance patients’ emotional resilience."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library