Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supriyadi Bektiwibowo
Abstrak :
Upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal sangat diperlukan dalam menunjang tumbuh kembang seorang anak, sehingga seorang yang profesional dalam pelayanan kesehatan anak perlu memperhatikan dan memahami masalah gizi anak terutama dalam hal diagnosis dan penanganannya. Dalam keadaan sakit status nutrisi memiliki pengaruh yang sangat bermakna karena selain untuk tumbuh kembang nutrisi juga diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah terjadinya malnutrisi dan mempersingkat masa rawat, dengan demikian status nutrisi ikut berperan dalam mempengaruhi perjalanan dan menentukan prognosis suatu penyakit. Malnutrisi yang dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit terjadi akibat pemenuhan zat gizi yang tidak optimal, terutama pada penderita penyakit yang berat. Pearce dkk, melaporkan malnutrisi dapat terjadi pada hampir 40-50 % pasien bedah dan umum yang dirawat di rumah sakit. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM diketahui bahwa hal yang sama juga telah terjadi terutama setelah perawatan selama 14 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan nutrisi belum diberikan secara memadai kepada pasien yang membutuhkan dan kurangnya perhatian tenaga kesehatan terhadap perbaikan masalah nutrisi. Pada masa pasca operatif status metabolik akan meningkat 10 %, bila dukungan nutrisi tidak diberikan secara adekuat maka akan menimbulkan proses proteolisis dari otot tubuh secara berlebihan dan pada tahap lanjut akan terjadi proses katabolisme. Akibat trauma operatif pengeluaran energi juga akan meningkat sebagai akibat respons hormonal. Beberapa penelitian mengenai pentingnya dukungan nutrisi pada masa pasca operatif menunjukkan dukungan nutrisi yang diberikan dapat mengurangi insiden terjadinya komplikasi infeksi pada masa pasca operatif dan memperbaiki proses penyembuhan luka operasi serta dapat memperpendek masa perawatan di rumah sakit, sehingga selain dapat meningkatkan kualitas hidup pasien juga dapat mengurangi beban biaya pasien yang dihubungkan dengan lamanya masa perawatan dan tingkat morbiditasnya. Nutrisi enteral merupakan pilihan yang utama dalam memberikan dukungan nutrisi pada anak yang sakit, karena lebih mudah melakukannya, biaya lebih murah serta lebih fisiologis dan dapat menghindari komplikasi yang sering terjadi pada nutrisi parenteral. Sebuah meta-analisis yang membandingkan efikasi pemberian nutrisi enteral dan parenteral secara dini pada kasus bedah resiko tinggi menunjukkan bahwa pemberian nutrisi enteral dini lebih efektif dalam mengurangi kejadian sepsis dibandingkan dengan pemberian nutrisi parenteral pada masa pasca operatif. Pengkajian status nutrisi harus dilakukan pada setiap anak yang dirawat di rumah sakit sehingga pertimbangan untuk melakukan dukungan nutrisi yang adekuat sudah diprediksi sejak awal. Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu cara penilaian status nutrisi dapat dipergunakan balk sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis, misalnya untuk memastikan adanya defisiensi nutrien yang ditemukan atau diduga masih subklinis pada pemeriksaan klinik, antropometrik maupun dietetik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luszy Arijanty
Abstrak :
Thalassemia merupakan suatu kelainan genetik yang diturunkan secara autosomal resesif. Pada thalassemia terjadi proses hemolisis, sehingga terjadi anemia kronis. Penyakit thalassemia membawa banyak sekali masalah bagi penderitanya, mulai dan kelainan darah sampai kelainan berbagai organ tubuh akibat proses penyakitnya maupun akibat usaha pengobatannya, karena penderita thalassemia berat akan memerlukan transfusi darah seumur hidupnya. Secara klinis dibedakan antara thalassemia mayor dan thalassemia minor. Pasien thalassemia mayor umumnya menunjukkan gejala klinis yang berat, berupa anemia, hepatosplenomegali, pertumbuhan yang terhambat dan gizi kurang sampai gizi buruk. Pasien thalassemia mayor memerlukan transfusi darah terus-menerus. Gejala anemia bahkan sudah dapat terlihat pada usia kurang dari satu tahun. Bentuk heterozigot biasanya secara klinis sukar dikenal karena tidak memperlihatkan gejala klinis yang nyata dan umumnya tidak memerlukan pengobatan. Wahidiyat mendapatkan 22,7% penderita thalassemia tergolong dalam gizi baik, 64,1% gizi kurang dan 13,2% gizi buruk. Gangguan pertumbuhan pada penderita thalassemia disebabkan oleh banyak faktor, antara lain faktor hormonal akibat hemokromatosis pada kelenjar endokrin, hipoksia jaringan akibat anemia, serta adanya defisiensi mikronutrien terutama defisiensi seng. Faktor lain yang berperan pada pertumbuhan penderita thalassemia adalah faktor genetik dan lingkungan. Nutrisi merupakan faktor lingkungan yang panting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Beratnya anemia dan hepatosplenomegali menyebabkan nafsu makan menurun, sehingga asupan makanan berkurang, berakibat terjadinya gangguan gizi. Bila kadar hemoglobin dipertahankan tinggi, lebih kurang 10 g/dL, disertai pencegahan hemokromatosis, maka gangguan pertumbuhan tidak terjadi. Alabat pemberian transfusi darah berulang dan penggunaan deferoksamin untuk kelasi besi, yang tidak teratur akan terjadi penimbunan besf. Kadar besi yang berlebihan di dalam tubuh akan diubah menjadi feritin Gangguan berbagai fungsi organ dapat teijadi bila kadar feritin plasma lebih clan 2000 ng/m2 . Kadar feritin plasma yang tinggi dapat menyebabkan penurunan kadar seng dalam darah, karena besi dan seng bersaing pads saat akan berikatan dengan transferor (binding sife), setelah diabsorpsi pads mukosa jejunum dan ileum s,g Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: - Berapa rerata kadar seng plasma pada pasien thalassemia mayor ? - Berapa besar korelasi antara kadar seng plasma dengan kadar feritin plasma? - Apakah terdapat korelasi antara kadar seng dengan status gizi pasien thalassemia mayor ? TUJUAN PENELITIAN Mengetahui rerata kadar seng plasma, serta korelasinya dengan kadar feritin plasma, dan status gizi pasien thalassemia mayor di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Perjan RSCM.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library