Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmania Sekar Wulandari Nitimihardjo
"Makalah ini berisi refleksi saya saat melakukan kegiatan magang di Proyek GTOM yang berada di bawah naungan PT XYZ dalam menghadapi berbagai dinamika dan proses beradaptasi di lingkungan kerja yang kompleks. Saya mencoba memberi analisis pribadi berkenaan dengan konsep fleksibilitas kerja melalui nilai adaptif dan fleksibel yang selalu ditekankan kepada para anak magang oleh pihak PT XYZ. Pengimplementasian konsep fleksibilitas kerja melalui kedua nilai tersebut rasanya memposisikan saya dalam situasi yang gamang dan rentan sehingga menimbulkan efek yang abusif. Berdasarkan hasil refleksi pribadi saya, ditemukan bahwa kondisi ini membuat saya secara natural mengimplementasikan konsep situated learning sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi magang yang penuh kegamangan itu. Saya juga menyoroti pentingnya peran hubungan pertemanan (relasi sosial) dalam mengondisikan proses dan pengalaman situated learning. Secara keseluruhan, pengalaman magang saya di proyek GTOM memberikan pemahaman mendalam tentang dinamika dunia kerja yang sebenarnya dan menekankan pentingnya dukungan dan struktur yang jelas dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

This paper reflects on my internship experience in the GTOM Project under PT XYZ, where I faced various dynamics and adaptation processes in a complex work environment. I provide a personal analysis regarding the concept of work flexibility through the adaptive and flexible values emphasized by PT XYZ on interns. The implementation of these flexibility concepts often placed me in uncertain and vulnerable situations, resulting in a sense of being in an abusive environment. Based on my personal reflections, I found that these conditions naturally led me to apply the concept of situated learning as a form of adaptation to the unsettling internship environment. Additionally, I highlight the crucial role of peer relationships (social connections) in shaping the process and experience of situated learning. Overall, my internship experience in the GTOM project offered deep insights into the true dynamics of the workplace and underscored the importance of support and clear structures in creating a healthy and productive work environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Hastuti
"Ritus pertukaran telah menguatkan hubungan penduduk di Hulu Sembakung meski dibelah oleh batas negara. Sementara, batas negara dikonstruksi oleh kekuasaan yang dianggap sebagai pemilik kedaulatan tunggal. Kondisi ini melahirkan kepentingan penguasa untuk membuat patuh penduduk perbatasan terhadap proses rekonstruksi kekuasaan negara yang terjadi. Di lain pihak, wilayah perbatasan telah memiliki konsep ruang dimensi sosial-budaya yang telah lama hadir sebelum negara merekonstruksi konsep ruang teritorial. Negosiasi lintas batas yang dilakukan oleh penduduk setempat merupakan upaya penduduk untuk mempertahankan lanskap budaya dan memposisikan diri dalam arena sosial lintas-batas yang berusaha dihilangkan oleh negara.

Rite of exchange has been strengthening relationships between residents in Hulu Sembakung although split by borders. Meanwhile, borders are constructed by power which was considered to be the owner of a single sovereignity. This condition produces interests among authorities to make border residents submissive to the reconstruction of nation control that happened. On the other hand, the border area has had its own concept about socio-culture spatial dimensions that has long been presented before the country reconstruct the concept of the territorial. Cross-border negotiations conducted by local residents is an effort to preserve the cultural landscape and to position themselves in the cross-border social arena that is omitted by the state."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S54757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Bean Laran
"ABSTRAK
Dalam tulisan ini, saya membahas mengenai permasalahan stres yang dialami oleh para ibu yang ditinggal oleh suami merantau ke luar pulau di Desa Puor B, Nusa Tenggara Timur NTT . Merantaunya para suami disebabkan oleh faktor lingkungan alam dan lingkungan sosial yang tidak mendukung dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dampak dari hal tersebut terhadap para istri yang ditinggalkan adalah mereka harus berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka secara mandiri karena para suami tidak secara rutin mengirimkan uang pada mereka. Permasalahan finansial tersebut kemudian juga berdampak pada ritual-ritual adat mengenai kematian dan pernikahan yang harus para istri penuhi tanpa adanya dukungan dari suami mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi Kesehatan Jiwa. Metode wawancara mendalam, serta metode life history untuk memperoleh data lapangan yang deskriptif mengenai pengalaman sehari-hari para istri dalam menjelaskan permasalahan stres yang dialami mereka. Konsep yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah stres, stressor, perubahan sosial, dan adaptasi dalam menghadapi stres tersebut. Penelitian ini kemudian melihat bahwa para istri memiliki strategi dalam menghadapi permasalahan stres yang melibatkan relasi serta interaksi dengan keluarga dan juga masyarakat sekitar.

ABSTRAK
In this paper, I discuss about stress as one of the mental health issues among wives whose husbands are working outside of the island in Desa Puor B, Nusa Tenggara Timur NTT due to the lack of natural and social environment support for the husbands to provide their families needs. As a consequence, the wives who are left in the island have to struggle to provide their needs independently because their husbands do not always send them money. It also affects the cultural practices regarding death and marriage which should be fulfilled by the wives without the support of their husbands. This research conducts the anthropology and Mental Health approach, in depth interview method, and life history method to collect a descriptive data about the daily lives of the wives in order to explain the stress issue among them. I use several concepts in this research, which are stress, stressor, social change, and adaption to cope with the stress. The result of this research shows that the wives have an strategy which involves relation and interaction with their family and their surroundings to cope with the stress."
2017
S68787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dinda Mawarni
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji Nalitari sebagai komunitas tari yang mengimplementasikan nilai-nilai inklusifitas dalam kegiatan berkeseniannya. Dengan metode etnografi, penelitian ini mendeskripsikan kegiatan menari serta metode yang digunakan oleh Nalitari dalam mengimplementasikan inklusifitas. Adapun bentuk implementasi inklusifitas dalam Nalitari dilakukan melalui latihan menari rutin (jamming), workshop, serta pementasan atau eksibisi tari. Lebih lanjut kegiatan menari artinya menjadikan tubuh sebagai medium utama dalam berkesenian, sehingga tulisan ini mengeksplorasi konsep mengenai tubuh individual dan tubuh sosial serta kaitannya dengan penggunaan metode contact improvisation. Nalitari mencipta dan mereproduksi ruang ketiga dengan beragam fungsi melalui tarian. Pertama, ruang aman sebagai ruang yang memberikan rasa aman untuk berekspresi bagi penarinya. Kedua, ruang melawan dari diskursus tari konservatif dengan mengabaikan benar/salah atau luwes/kaku. Ketiga, ruang berelasi sebagai ruang bagi para penari untuk membangun relasi sosial dan memberikan dukungan sosial.

ABSTRACT
This research examines Nalitari as a dance community that implemented the notion of inclusivity in their artwork. Using the ethnographic method, this research describes Nalitaris act of dancing and its method in order to implement inclusivity notions. Moreover, this research captures Nalitaris methods to implement their notions of inclusivity, which includes dance practice or jamming, workshop, and dance exhibitions. Given the fact that Nalitari incorporated body as the main medium in their artwork, this research explores the concept of individual and social body and seeks the interconnection between these two concepts to the usage of contact improvisation method. Furthermore, Nalitari produced and reproduced the third space that has several functions, which includes: (1) a safe space that enables its dancers to express safely; (2) a resisting space that enables its dancers to resist against the conservative dancing methods by ignoring the standard of right or wrong or flexible or stiff; and (3) a space for relations that enable its dancer to develop social relationships and support each other."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Arafah Abdul Rohim
"Makalah Ilmiah Akhir yang saya buat, secara singkat bercerita melalui sudut pandang ‘saya’ dalam proses membuat karya film pendek ‘Lalu’. Mulai pada tahap pra produksi hingga distribusi dan eksibsi. Ide yang pada mulanya saya ciptakan seorang diri, dalam prosesnya kian bertambah, berkurang bahkan berubah. Seluruh pengalaman yang saya lalui membawa saya pada kesimpulan bahwa pembuatan karya tidak hanya melibatkan saya seorang tetapi juga menyertai material serta kolaborator yang terlibat. Seluruh elemen tersebut pada akhirnya berkorespondensi sehingga menciptakan transformasi pada karya yang berbeda pada ide awal. ‘Saya’ dalam kisah ini diposisikan sebagai seorang Director film ‘Lalu’ namun, pada beberapa bagian menjadi Screenplay Writer dan Editor.

This final scientific paper simply depicts the process of making a short film titled ‘Lalu’ through the perspective of ‘I’. The process includes pre-production until distribution and exhibition. My initial idea, through the process underwent additions, subtractions, and/or substitutions. My experience brought me to the conclusion that the process of making a film does not only involve myself as a creator but also, the materials and the collaborators. The elements are going to correspond thus make a transformation for the creation itself. Which can be different from the initial idea. ‘I’ in this narration are going to be positioned as the director of the short film ‘Lalu’. However, in several parts, would become Screenplay writer and Editor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vhannya Bella Fitrah
"Xtech menggunakan teknologi informasi sebagai penggerak utama perusahaanya. Sistem penilaian (rating) dijadikan sebagai alat pengukur kepuasan konsumen dan penilaian kinerja dari mitra pengemudi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif berupa wawancara, observasi, dan pengamatan terlibat sebagai metode untuk mengumpulkan data. Skripsi ini melihat, hubungan mitra pengemudi (yang merupakan bagian dari perusahaan) terhadap sistem rating yang akhirnya berhubungan dengan upaya perusahaan mencapai tujuannya. Melalui sistem rating mitra pengemudi yang dinyatakan sebagai mitra yang bebas, nyatanya geraknya dibatasi oleh adanya sistem ini. Adanya sanksi apabila kinerja mitra pengemudi tidak sesuai, sanksi ini ternyata mendorong mitra pengemudi untuk mempertahankan angka dari rating-nya. Mitra pengemudi tidak sebagai subjek yang pasif dalam melihat hubungannya dengan perusahaan melalui sistem ini. Mereka memiliki pemahaman yang merupakan konstruksi dari keadaan lingkungannya dalam hal ini ekonomi dalam melihat sistem tersebut yang memengaruhi mereka berprilaku (agency). Selain konsekuensi berupa sanksi yang mendorong mitra pengemudi untuk bertahan sebagai mitra dengan cara mempertahankan angka rating-nya, mitra pengemudi juga dihadapkan pada kekuatan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi melalui bermitra dengan Xtech. Keadaan ekonomi mitra pengemudi Xtech yang masih membutuhkan uang secepatnya dan tidak ingin diberhentikan kemitraanya. Pada sisi perusahaan sistem rating berhasil mencapai tujuannya melalui bantuan teknologi yang mencerminkan keadaan era digital. Sementara bagi mitra pengemudi sistem ini dipahami, namun pelaksanaanya dipengaruhi keadaan lingkungannya.

Xtech uses information technology as its prime mover. The rating system is used as a gauge of customer satisfaction and performance appraisal of the driver's partner. This research was conducted with qualitative approach in the form of interview, observation, and observation involved as a method to collect data. This thesis looks at the driver's partner relationship (which is part of the company) against the rating system that ultimately relates to the company's efforts to achieve its goals. The existence of sanctions if the performance of the driver's partner is not appropriate, this sanction turned out to encourage the driver's partner to maintain the number of its rating. The driver's partner is not a passive subject in seeing his/her relationship with the company through this system. They have an understanding that is the construction of the state of the environment in this case the economy in view of the system that influences them to behave (agency). In addition to the consequences of sanctions that encourage partner drivers to survive as partners by maintaining their rating figures, driver partners are also faced with the strength of the drive to meet economic needs through partnering with Xtech. The economic situation that still needs money as soon as possible and does not want to be terminated its partnership. On the company side this rating system succeeds in achieving its goals through technological assistance that reflects the state of the digital era. While for the driver's partner the system is understood and the understanding is carried out can not be separated from the state of the environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nengah Dea Ayu Ferina
"Upacara Ngusaba Dalem merupakan upacara pertemuan besar yang menjadikan masyarakat Desa Demulih memiliki tujuan yang sama dalam menjalankan upacara Ngusaba Dalem. Melalui upacara Ngusaba Dalem menjadikan masyarakat Desa Demulih memiliki etos dalam menjalankan kehidupannya. Tesis ini mempertanyakan bagaimana masyarakat Desa Demulih memaknai hidupnya  dengan upacara Ngusaba Dalem. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini menggunakan teori dari Kluckhohn untuk mengetahui bagaimana pola perilaku masyarakat Desa Demulih dalam menjalankan upacara Ngusaba Dalem, sehingga terlihat bagaimana mereka memaknai hidupnya dengan upacara Ngusaba Dalem. Orientasi nilai budaya Kluckhohn pada upacara Ngusaba Dalem ini berkaitan dengan orientasi nilai budaya terhadap manusia yang berkaitan dengan hakekat hidup manusia, sehingga masyarakat Desa Demulih dapat memaknai hidup mereka penuh dengan perasaan “takut” terhadap dosa; Kedua, orientasi nilai budaya terhadap alam yang berkaitan dengan cara masyarakat Desa Demulih menjaga keseluruhan dari ciptaan Tuhan-Nya dengan melakukan upacara Ngusaba Dalem diyakini dapat menyelaraskan hubungan masyarakat Desa Demulih dengan alam ciptaan Tuhan-Nya; Ketiga, orientasi nilai budaya terhadap aktivitas yang berkaitan dengan segala sesuatu yang dikerjakan pada upacara Ngusaba Dalem merupakan bentuk dedikasi masyarakat Desa Demulih terhadap Tuhan-Nya; Keempat, orientasi nilai budaya terhadap ruang-waktu yang hubungannya  dengan melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan, masyarakat Desa Demulih melaksanakan upacara Ngusaba Dalem berlandaskan kejadian permasalahan dimasa lalu pada tahun 1981, masyarakat Desa Demulih menjalani kehidupan di masa sekarang dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya dan pelaksanaan upacara Ngusaba Dalem di masa sekarang menjadi pedoman bagi masyarakat Desa Demulih untuk merencakan kehidupan di masa depan.  Kelima, orientasi nilai budaya terhadap relasi antar manusia pada upacara Ngusaba Dalem terbentuk melalui nilai kebersamaan dalam mencapai tujuan yang sama, kebersamaan ini terbentuk melalui kegiatan Ngayah dan Magibungan (makan bersama). Keseluruhan orientasi nilai budaya Kluckhohn saling berkaitan satu dengan lainnya yang membuat masyarakat Desa Demulih memiliki dorongan kuat terhadap arah kehidupannya.

The Ngusaba Dalem ceremony is a large gathering ceremony that makes the people of Demulih Village have the same goal in carrying out the Ngusaba Dalem ceremony. Through the Ngusaba Dalem ceremony, the people of Demulih Village have an ethos in carrying out their lives. This thesis is against how the people of Demulih Village interpret their lives with the Ngusaba Dalem ceremony? This research is a qualitative research with an ethnographic approach. This study uses Kluckhohn's theory to find out how the behavior patterns of the people of Demulih Village carry out the Ngusaba Dalem ceremony, so that it can be seen how they interpret their life with the Ngusaba Dalem ceremony. The value orientation of Kluckhohn's in the Ngusaba Dalem ceremony is related to the value orientation ​​towards humans which is related to the nature of human life, so that the people of Demulih Village can interpret their lives full of feelings of "fear" of sin; Second, the value orientation towards nature is related to the way the people of Demulih Village take care of the whole of God's creation by carrying out the Ngusaba Dalem ceremony is believed to be able to harmonize the relationship between the people of Demulih Village and the nature created by God; Third, the value orientation ​​towards activities related to everything that is done at the Ngusaba Dalem ceremony is a form of community service in Demulih Village to their Lord; Fourth, the value orientation towards space-time is reversed by looking at the past, present, and future, the people of Demulih Village carry out the Ngusaba Dalem ceremony based on past events in 1981, the people of Demulih Village live life in the present with more getting closer to God and carrying out the Ngusaba Dalem ceremony in the present is a guide for the people of Demulih Village to plan their lives in the future. Fifth, the value orientation ​​towards human relations in the Ngusaba Dalem ceremony is formed through the value of togetherness in achieving the same goal, this togetherness is formed through Ngayah and Magibungan activities (eating together). All of value orientation Kluckhohn’s are interrelated with one another which makes the people of Demulih Village have a strong impetus for their direction of life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilani Purwaningsih
"Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, Bappenas menginisiasi program MBKM Desa Cemara melalui berbagai bentuk intervensi kegiatan. Dalam hal ini, saya terlibat secara aktif dalam program MBKM Desa Cemara yang berfokus pada pemberdayaan lapisan kelompok masyarakat pengrajin anyaman daun pandan di Desa Tanjungpura. Lapisan kelompok masyarakat inilah yang selanjutnya menjadi cikal bakal komunitas anyaman yang berhasil dibentuk dan dibina dalam meningkatkan produktivitas serta mengoptimalkan sumber daya atau potensi lokal sebagai basis pertumbuhan ekonomi pedesaan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah autoetnografi. Tulisan ini menjabarkan hasil pengamatan dan refleksi pengalaman magang saya untuk menjelaskan proses pemberdayaan masyarakat melalui kerangka perspektif antropologi, khususnya antropologi terapan.
Hasilnya menunjukkan bahwa pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan yang melibatkan masyarakat, mulai dari needs assessment, perumusan solusi permasalahan, perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program. Program berjalan dengan lancar sampai evaluasi dilakukan. Meskipun demikian, program ini masih minim dari unsur kemandirian dan keberlanjutan. Hal tersebut disebabkan karena minimnya kolaborasi antar pihak dalam menjaga keberlangsungan program. Oleh karena itu, program pemberdayaan sangat perlu mengoptimalkan keterlibatan berbagai pihak terkait, mulai dari unsur masyarakat, pemerintah desa, pemerintah kabupaten, maupun dinas setempat agar program yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat terus berjalan dan berkelanjutan.

In an effort to poverty reduction, Bappenas initiated the Desa Cemara MBKM program through various forms of intervention activities. In this regard, I actively participated in the Desa Cemara MBKM program which focuses on empowering the community group of pandan leaf-woven craftsmen in Tanjungpura Village. This layer of a community group is the forerunner of the worn community that has been successfully formed and fostered in increasing productivity and optimizing local resources or potential as a basis for rural economic growth. The method used in this paper is autoethnography. This paper describes the result of observation and reflection on my internship experience to explain the process of community development through the framework of anthropological perspectives, especially applied anthropology.
The results show that implementation of the community development programs is carried out through several stages involving communities, starting from need assessment, formulation of problem solutions, planning, implementation, to evaluation program. However, this program is still lacking in self-reliance and sustainability elements. This is to the lack of collaboration between parties in maintaining the sustainability of the program. Therefore, the community development program needs to involve various related parties, starting from elements of the community, village government, district government, and local agencies so that the programs that have been implemented before could be sustainable.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratqa Athallah Rizkianto
"Simbol akan selalu melekat dalam kehidupan manusia. Mulai dari gimik muka hingga benda dapat menjadi sebuah simbol dengan pemikiran yang beragam berdasarkan kebudayaannya. Rokok menjadi salah satu benda yang memiliki beragam simbol. Simbol dan makna yang muncul pada rokok ini berbeda-beda tergantung bagaimana sebuah kategori masyarakat memaknainya. Terdapat pola-pola masyarakat berdasarkan pandangan dan simbol yang mereka maknai terhadap rokok. Simbol ini muncul terutama dalam sebuah proses interaksi sosial. Masyarakat Urban yang heterogen menjadi subjek penelitian dengan keberagaman yang muncul pada masyarakatnya. Dengan metode penelitian meta analisis serta kerangka konsep dari Roland Barthes, Victor Turner dan Clifford Geertz tentang simbol dan kebudayaan, saya mencari pola-pola tersebut dengan melakukan analisis terhadap 12 jurnal yang terkait dengan tema ini. Penelitian ini menemukan bahwa rokok memiliki beragam simbol berdasarkan pola masyarakat yang heterogen pada lingkungan urban.

Symbols will always be inherent in human life. Starting from facial expressions to objects can become symbols with various ideas based on culture. Cigarettes are one of the objects that have various symbols. The symbols and meanings that appear on cigarettes vary depending on how a category of society interprets them. There are societal patterns based on views and symbols that give meaning to cigarettes. This symbol appears especially in a process of social interaction. Heterogeneous urban communities are the subject of research with the diversity that appears in their communities. Using meta-analysis research methods and a conceptual framework from Roland Barthes, Victor Turner and Clifford Geertz regarding symbols and culture, I looked for these patterns by analyzing 12 journals related to this theme. This research found that cigarettes have various symbols based on heterogeneous community patterns in urban environments."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Selvi Agnesia
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah hasil pembacaan terhadap proses migrasi dan karya-karya teater modern dari seniman teater Nandang Aradea. Adapun perjalanan kreativitas seorang seniman yang mengalami proses migrasi fisik dan migrasi budaya berpengaruh pada transformasi estetika karya-karya teaternya. Melalui proses migrasi sebagai perantauan, Nandang Aradea melakukan perjalanan ulang-alik kebudayaan hasil pergerakan dari ruang (space), waktu (time) dan budaya (culture) yang berbeda antara desa dan kota, arus budaya tradisi dan modern, lokal dan global tanpa meninggalkan identitas asal yaitu kebudayaan Sunda sebagai pijakan dengan cara pandang Sunda yang kosmopolitan.
Kajian etnografi biografi ini ingin menjelaskan secara dialektis antara relasi tokoh dan karyanya. Kreativitas seorang seniman memiliki hubungan dialektika dengan representasi identitas secara individual, melalui sumber pengalaman dan pengetahuan yang dipengaruhi proses kultural dan sosial dengan masyarakat di mana seniman itu berada. Upaya pemaknaan karya teater modern Nandang Aradea dilakukan dengan penggalian perjalanan ulang-alik proses berkeseniannya melalui perantauan di dalam negeri dan luar negeri yang dilakukan di empat ruang yaitu Ciamis, Bandung, Moskow dan Banten. Nandang adalah seniman teater yang melakukan pencarian pengetahuan teater modern Indonesia di Bandung, selanjutnya mendalami teater modern Barat di Moskow dan melakukan peleburan seluruh pengetahuan dan pengalaman berteaternya di Banten dengan puncaknya menciptakan bentuk metode teater bernama Teater Miragarasa.
Setiap perjalanan dengan perbedaan ruang, pengetahuan, pengalaman dan dinamika kebudayaan mempengaruhi tranformasi perubahan estetika karya Nandang dalam artistik dan tematik. Upaya pemaknaan perjalanan ulang-alik terhadap karya teater modern Nandang Aradea memiliki hubungan korelasional dengan empat konteks utama yaitu identitas budaya, migrasi (merantau) dan transformasi estetika menuju Teater Miragarasa.

ABSTRACT
The research is resulted from the reading toward the migration process and the works of modern theater of the dramatist Nandang Aradea, by which the creativity journey of the artist experienced the process of physical migration and cultural migration that affected the aesthetic transformation of his theater works. Through the migration process of Merantau (wandering about to new places), Nandang Aradea did the cultural inter-space shuttle journey, resulted from the movement among different spaces, time, and culture between urban and suburban (village), between the flow of traditional and modern culture, between locality and globalism without leaving behind his former identity, that are, the ethnicity of Sundanese culture as its root and a cosmopolitan Sundanese as way of life.
This ethnography biography research will depict dialectically the relation between the figure and his work. The creativity of an artist has the dialectic connection with the representation of his individual/self-identity through the source of his experience and knowledge that is affected by the cultural process in society. The effort of constructing the meaning of Nandang Aradea?s modern theater works is done by digging the inter-space shuttle journey of his artistic process through the migration process in the four spaces: Ciamis, Bandung, Moscow, and Banten. Nandang was a dramatist who sought for knowledge about modern Indonesian theater in Bandung, then continually broadened his study in modern European theater in Moscow and assimilated the whole knowledge and theater experience in Banten by creating a form of theater methodology named Miragarasa Theater.
Each journey with different spaces, knowledge, experience, and cultural dynamic affect the transformation of Nandang?s aesthetic works in the scope of artistic and thematic. The effort of constructing the meaning between Nandang Aradea?s inter-space shuttle journey and his modern theater works is correlated with the four main contexts: cultural identity, the migration journey (Merantau), and aesthetic transformation that leads to Miragarasa Theater.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T44984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>