Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Ihsan Budi R
"Polipropilen merupakan polimer hidrokarbon linier yang dibuat dengan cara melakukan polimerisasi adisi pada gas propilen. PP terdiri atas rantai-rantai molekul dari sejumlah propilen. Polipropilen merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari pengujian ini akan dipelajari kondisi proses pembuatan plastic film polipropilen dan sifat mekanis PP yang penting terkait dengan aplikasinya sebagai kemasan. Pengujian sifat mekanis terhadap PP, yaitu kekuatan tarik, sobek dan impak terhadap PP A, B dan C dilakukan untuk membandingkan karakteristik mekanis ketiga PP ini. Penelitian yang dilakukan akan memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis polipropilen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain viskositas, kristalinitas, berat molekul PP. Kondisi operasi permesinan plastic film yang diterapkan adalah kondisi standar operasi permesinan PP A. Kondisi operasi yang diterapkan pada PP sangat berpengaruh terhadap kinerja PP. MFR yang terendah adalah PP C sebesar 6.7 + 0.38 gram/10 menit. PP C her ada pada kondisi operasi yang tidak tepat karena saat permesinan plastic filmnya menggunakan kondisi operasi standar PP A yang mempunyai MFR 9.97+0.05 gram/10 menit.
Dari pengujian mekanis, PP B memiliki kuat tarik 240+20 kg/cm_ saat yield dan 544+45kg/cm_ saatputus dan kuat sobek 53.50 _ 5.12 gram/mil yang tertinggi dibandingkan PP A dan C. Kekuatan impak yang tinggi tidak selalu berkaitan dengan kristalinitasnya yang rendah tapi juga elongasi. PP B mempunyai kristalinitas yang tinggi tapi juga mempunyai kuat impak tinggi karena ketangguhannya yang disebabkan oleh elongasinya lebih dari 600 %. Nilai impak yang tinggi dari PP C dengan impact failure weight 35 gram disebabkan karena kristalinitas yang rendah. Aditifantiblocking danfriksi hanya mempengaruhi sifat lekatan lapisan film pada PP A, B dan C dan tidak berpengaruh terhadap sifat mekanis PP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adhi R.
"Polipropilen (PP) merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam aplikasi plastik kemasan. Ini karena sifat-sifat polipropilen memiliki banyak keunggulan yaitu dalam hal sifat optis dan mekanisnya. Perkembangan plastik kemasan yang pesat juga akan membutuhkan kualitas yang sesuai dengan aplikasinya. Oleh karena itu perlu diketahui sifat-sifat yang ada pada salah satu polipropilen (PP) yang ada di Indonesia. Penetitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat optis berupa keburaman (haze) dan sifat mekanis pada polipropilen (PP) A dan polipropilen (PP) B sehingga dapat dilihat hubungan yang didapatkan antara kedua sifat tersebut. Penelitian ini menggunakan PP dengan jenis dan komposisi aditif sama yaitu stabilator panas (AE) 4 %; stabilator panas (AJ) 4 %; pelumas (AH) 5 %; syntetic hydrotalcite (HD) 3 %; slip agent (SB) 14 %; antiblocking (SC) 8 %. Pembuatan plastik film juga dilakukan dengan kondisi operasi yang sama dengan menggunakan alat blown tubular film. Perbedaan antara PP A dan PP B hanyalah pada operasi pembuatan yang berbeda pada saat proses polimerisasi dan pencampuran dengan aditif hingga menjadi pellet. Dari hal tersebut, trnmyata didapatkan hasil pengujian yang berbeda-beda untuk PP A dan PP B.
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa PP B memiliki keburaman yang lebih tinggi '(8%) dari PP A (2,7%) pada plastik film. Ini berarti PP B memiliki derajat kristalinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan PP A dan membuat kekuatan tank (MD) PP B (199,14 kg/cm2) lebih tinggi dari PP A (173,5 kg/cm_) tetapi pertambahan panjang dan ketahanan impak PP B (456% dan 21,5 gr) lebih rendah dari PP A (539% dan 21,91 gr). Pada pengujian SEM, kondisi operasi mempengaruhi kelarutan aditif dalam matriks polimer. Kelarutan aditif yang rendah pada matriks atau tidak larut sempuma pada PP B membuat nilai kekuatan tank PP B lebih tinggi dibandingkan dengan PP A. Aditif yang tidak larut sempuma membentuk gumpalan yang menyebabkan sinar berhamburan ketika melewafi plastik film sehingga keburaman pada PP B lebih tinggi dari PP A. Aditif yang tidak larut sempuma menyebabkan plastik film pada PP B mempunyai nilai pengujian blocking dan koefisien friksi (TD : 0,01500 gr; MD: 0,01900 gr dan us: 0,4141; _k: 0,2618) yang lebih rendah dibandingkan dengan PP A (TD : 0,05030 gr; MD: 0,04900 gr dan _s: 0.6243; uk: 0,4212)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Baihaki
"Enhanced Oil Recovery (EOR) merupakan metode tersier yang digunakan untuk meningkatkan produksi minyak bumi. Salah satu teknik yang digunakan dalam EOR yaitu chemical flooding dengan menginjeksikan bahan kimia ke dalam reservoir. Seleksi dilakukan terhadap surfaktan jenis SA (Sodium Lauril Sulfat), surfaktan jenis SB (Polioksietilen alkil eter fosfat) , dan surfaktan jenis SC (Etilen oksida propilen oksida blok kopolimer). Seleksi ini dilakukan berdasarkan 5 paramater uji yaitu Kompatibilitas, Stabilitas Termal, Kelakuan Fasa, Interfacial Tension, dan Imbibisi. Pada konsentrasi 1%, uji kompatibilitas untuk ketiga jenis surfaktan baik. Uji stabilitas termal terhadap surfaktan jenis SA cenderung stabil terhadap pemanasan, surfaktan jenis SB terdegradasi pada hari ke-30, surfaktan jenis SC mencapai cloud point pada hari ke-1 dan terdegradasi pada hari ke-60. Uji kelakuan fasa menghasilkan emulsi fasa bawah untuk ketiga jenis surfaktan. Pengukuran Interfacial Tension untuk surfaktan jenis SA, SB, dan SC berturut-turut yaitu 0,1723 mN/m, 0,0353 mN/m, dan 0,2001 mN/m. Uji Imbibisi menggunakan batuan sintetik (Pasir 70% : semen 30%), menghasilkan recovery oil untuk surfaktan jenis SA, SB, dan SC sebesar 2,09%, 0%, dan 4,16%. Uji Imbibisi menggunakan batuan sintetik (Pasir 90% : semen 10%), menghasilkan recovery oil untuk surfaktan jenis SA, SB, dan SC sebesar 2,42%, 0%, dan 4,69%. Formulasi surfaktan SC dan SA (0,9gr : 0,1gr) pada konsentrasi 1% menghasilkan nilai IFT yang optimal sebesar 0,13 mN/m dan uji Imbibisi menghasilkan recovery oil sebesar 4,84%.

Enhanced Oil Recovery (EOR) is a tertiary method used to improve oil production. One of technique is used in chemical EOR is flooding by injecting chemicals into the reservoir. The selection of the surfactant types are SA (Sodium lauryl sulfate), SB (polyoxyethylene alkyl ether phosphate), and SC (Ethylene oxide propylene oxide block copolymers). Selection is done by 5 parameter tests, namely compatibility, thermal stability, phase behavior, Interfacial Tension, and imbibition. At the concentration of 1%, the third compatibility test for both three types of surfactants is are relative good. Thermal stability test of the surfactant types SA tend to be stable against heating, surfactant types SB degraded on 30th day, the surfactant types SC reached the cloud point at day 1 and degraded on the 60th day. Phase behavior test of emulsions give under phase for the three types of surfactants. Measurement of Interfacial Tension for surfactant types SA, SB, and SC are 0.1723 mN/m, 0.0353 mN/m, and 0.2001 mN/m respectively. Imbibition test using synthetic rock (sand 70% : cement 30%), resulting in recovery of oil to surfactant types SA, SB and SC up to 2.09%, 0% and 4.16%. Imbibition test using synthetic rock (sand 90% : cement 10%), resulting in recovery of oil to surfactant types SA, SB, and SC up to 2.42%, 0% and 4.69%. Surfactant formulations of SC and SA (0,9 gr : 0,1 gr) at a concentration of 1% produces optimal IFT value of 0.13 mN / m and test imbibition oil recovery of 4.84%.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S61753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library