Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agita Maryalda Zahidin
"Latar Belakang: Kompleks prematur ventrikel (KVP) dikaitkan dengan risiko penurunan fungsi ventrikel dan gagal jantung, dan meningkatkan mortalitas jangka panjang. Variasi sirkadian yang rendah merupakan salah satu prediktor terjadinya kardiomiopati yang diinduksi oleh KVP. KVP idiopatik tipe independen merupakan salah satu bentuk dari KVP dengan gambaran distribusi variasi sirkadian yang rendah. Namun tidak semua KVP independen memiliki variasi sirkadian yang rendah. Belum ada studi yang menilai perbedaan fungsi sistolik intrinsik VKi menggunakan global longitudinal strain (GLS) pada KVP idiopatik independen dengan KVP idiopatik non-independen.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara kompleks ventrikel prematur idiopatik tipe independen dengan GLS ventrikel kiri melalui ekokardiografi speckle tracking pada pasien tanpa penyakit jantung struktural.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data pasien aritmia ventrikel idiopatik yang dikumpulkan di RSPJD Harapan Kita Jakarta pada bulan Februari 2021- Mei 2021. Evaluasi KVP idiopatik dilakukan dengan EKG 12 sandapan, pemeriksaan Holter monitoring 24 jam. Data dasar ekokardiografi diambil dan penilaian fungsi sistolik intrinsik ventrikel kiri (Vki) dilakukan menggunakan ekokardiografi speckle tracking dengan global longitudinal study (GLS).
Hasil: Dari 67 pasien KVP idiopatik yang disertakan dalam penelitian, didapatkan sebesar 27 pasien (40,2%) dengan KVP tipe independen dan 40 pasien (59,8%) dengan KVP non-independen. Sebanyak 31 (46,3%) pasien memiliki disfungsi sistolik ventrikel kiri pada pemeriksaan GLS (kurang dari -18). KVP tipe independen (OR 5,3; IK 95% 1,10-33,29; p = 0,038), beban KVP 9% (OR 16; IK 95% 1,58-163,61; p = 0,019), jenis kelamin laki-laki (OR 6,58; IK 95% 0,80-0,99; p = 0,029), dan episode TV non-sustained (OR 13,88; IK 95% 1,77-108,53; p = 0,012) berhubungan secara signifikan dengan penurunan fungsi sistolik intrinsik Vki.
Kesimpulan: Kompleks ventrikel prematur idiopatik tipe independen berhubungan dengan penurunan sistolik intrinsik ventrikel kiri melalui ekokardiografi speckle tracking. Evaluasi tipe KVP idiopatik perlu dilakukan karena berhubungan dengan prognosis pasien dalam praktik klinis.

Background: Premature ventricular complexes (PVC) was associated with a risk of decreased ventricular function and heart failure, and increased long-term mortality. Low circadian variation is one of the predictors of PVC-induced cardiomyopathy. Independent-type-PVC (I-PVC) is a form of PVC with a low distribution of circadian variation. However, not all I-PVC show low circadian variation. No studies have been performed to examine differences in intrinsic systolic function of left ventricle (LV) using global longitudinal strain (GLS) in independent versus non-independent idiopathic PVC.
Objective: To determine the relationship between I-PVC and intrinsic systolic function of LV using speckle tracking echocardiography in patients without structural heart disease.
Methods: A cross-sectional study was conducted using data from patients with idiopathic ventricular arrhythmias collected at RSPJD Harapan Kita Jakarta in February 2021-May 2021. Evaluation of idiopathic PVC was carried out using a 12-lead ECG, 24-hour Holter monitoring. Basic echocardiography was performed then LV intrinsic systolic function was assessed using speckle tracking echocardiography with global longitudinal study (GLS).
Results: Of the 67 patients with idiopathic PVC included in the study, 27 (40.2%) patients included in independent PVC group and 40 (59.8%) patients in non-independent PVC group. A total of 31 (46.3%) patients had LV systolic dysfunction on GLS examination (less than -18). Independent-type-PVC (OR 5.3; 95% CI 1.10-33.29; p = 0.038), PVC burden of 9% (OR 16; 95% CI 1.58-163.61; p = 0.019), male gender (OR 6.58; 95% CI 0.80-0.99; p = 0.029), and non-sustained VT episodes (OR 13.88; 95% CI 1.77-108.53; p = 0.012) was significantly associated with a decrease in LV intrinsic systolic function.
Conclusion: Independent-type-PVC was associated with decreased in LV intrinsic systolic function assessed by speckle tracking echocardiography. Evaluation of the type of idiopathic PVC needs to be considered since it is related with patient's prognosis in clinical practice.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri
"Latar belakang: Di Indonesia gagal jantung telah menjadi masalah utama komunitas karena tingginya biaya perawatan, kualitas hidup yang rendah, dan kematian prematur. Hingga saat ini loop diuretic masih merupakan terapi utama pada pasien gagal jantung dekompensasi akut (GJDA) dengan klinis kongesti. Respon diuresis dapat diukur secara objektif melalui pengukuran natrium urin. Natrium urin yang rendah atau tetap rendah setelah pemberian loop diuretic dapat menunjukkan derajat gagal jantung yang lebih berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon natriuresis 2 jam paska pemberian loop diuretic serta hubungannya terhadap lama masa rawat dan rawat ulang dalam 30 hari.
Metode: Dilakukan pengukuran kadar natrium dalam urin sebelum dan 2 jam paska pemberian loop diuretic pada pasien gagal jantung dekompensasi akut, lalu diobservasi lama masa rawat dan kejadian rawat ulang dalam 30 hari paska rawat pada masing-masing kelompok kadar natrium urin rendah dan kadar natrium urin tinggi.
Hasil: Dari 51 pasien yang diuji, rerata usia adalah 52.62 ± 13.72 tahun, mayoritas laki-laki (78.4%). Mayoritas sampel juga menerima obat-obatan gagal jantung selama perawatan. Sebanyak 40 (78,4%) orang menerima obat gagal jantung golongan ACE inhibitor/ARB dan 36 (70,4%) orang menerima obat golongan beta-blocker. Kadar natrium urin 2 jam pasca pemberian loop diuretic berkorelasi moderat dengan lama masa rawat yang semakin singkat (p< 0.05), ditemukan perbedaan signifikan dengan median lama masa rawat pada kelompok tingkat natrium rendah selama 7 (IQR 4 – 11) hari dan pada kelompok natrium tinggi selama 5 (IQR 2,25 – 6) hari. Sedangkan hubungan tingkat kadar natrium urin 2 jam pasca pemberian loop diuretic dengan rawat ulang dalam 30 hari tidak ditemukan perbedaan hubungan bermakna antara kedua variabel ini. Terdapat hubungan bermakna (p < 0,05) antara pengobatan beta-blocker dan ACE inhibitor/ARB rawat ulang dalam 30 hari. Pengobatan beta-blocker dan ACE inhibitor/ARB mengurangi risiko rawat ulang.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar natrium urin 2 jam paska loop diuretic dengan lama masa rawat, dimana kadar natrium rendah memiliki lama masa rawat lebih panjang. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berhubungan dengan kejadian rawat ulang dalam 30 hari.

Background: In Indonesia, heart failure has become a major community problem because of the high cost of care, low quality of life, and premature death. Until now, loop diuretics are still the main therapy in patients with acute decompensated heart failure (ADHF) with clinical congestion. Diuresis responsiveness can be measured objectively by measuring sodium urine. Low sodium urine or remains low after loop diuretic administration may indicate a more severe degree of heart failure.This study aims to determine the response of natriuresis 2 hours after loop diuretic administration and its relationship to length of stay and readmission in 30 days.
Result: Among the 51 patients tested, the mean age was 52.62 ± 13.72 years, the majority were men (78.4%). The majority of the samples received heart failure drugs during treatment. A total of 40 (78.4%) people received ACE inhibitors/ARB and 36 (70.4%) received beta-blockers. Urinary sodium level 2 hours after loop diuretic administration was moderately correlated with shorter length of stay (p < 0.05), a significant difference was found with the median length of stay in the low sodium level group for 7 (IQR 4 – 11) days and in the sodium group. high for 5 (IQR 2.25 – 6) days. Meanwhile, the relationship between urinary sodium levels 2 hours after loop diuretic administration and hospitalization within 30 days was not found to be significantly different between these two variables. There was a significant relationship (p < 0.05) between beta-blocker and ACE inhibitors/ARB treatment and re-admission within 30 days. Beta-blocker and ACE inhibitors/ARB treatment reduced the risk of readmission.
Conclusion: There is a relationship between urinary sodium levels 2 hours after loop diuretic and length of stay, where low sodium levels have a longer length of stay. However, it is not related to the readmission incidence within 30 days
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Akbar Bramantyo
"Latar Belakang: Endokarditis Infektif (EI) dalam 3 dekade terakhir masih memiliki insidensi, beban morbiditas, dan mortalitas yang tinggi, mencapai 30% dalam 1 tahun. Beragam predisposisi insiden EI menunjukkan perubahan seiring dengan perkembangan tatalaksana dan tindakan medis yang seringkali menjadi pemicu baru EI itu sendiri.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor prediktor mortalitas dan luaran klinis pasien EI aktif sisi jantung kiri dalam jangka pendek dan jangka panjang. Penelitian ini juga menjadi penelitian awal untuk mengetahui model prediktor stratifikasi risiko pasien EI aktif sisi jantung kiri di Indonesia.
Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif terhadap 376 pasien yang mengalami EI aktif sisi jantung kiri pada periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2022. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan untuk mengidentifikasi prediktor luaran klinis jangka pendek dan jangka panjang. Dilakukan juga pembuatan sistem skor prediktor mortalitas awal untuk pasien EI aktif.
Hasil: Terdapat 376 pasien EI aktif sisi jantung kiri yang kemudian mendapatkan tatalaksana antibiotik serta menjalani operasi sebanyak 56,6% pasien. Studi ini menunjukkan angka mortalitas jangka pendek sebesar 18,6% dan mortalitas jangka panjang 13,2%. Selain itu, didapatkan pula profil morbiditas selama perawatan fase aktif dengan kejadian sepsis 27,1%, perawatan ruang intensif >10 hari 18,6%, penggunaan ventilator mekanik >7 hari 11,4%, kejadian stroke sebanyak 28,5%, dan gagal ginjal akut 57,7%. Studi ini juga menunjukkan model awal skor prediktor mortalitas jangka pendek dan jangka panjang pada studi ini didapatkan berturut-turut dengan AUC 0,935 (IK95% 0,902 – 0,969; p <0,001; uji H-L 0,386) dan AUC 0,733 (IK95% 0,614 – 0,852; p <,001; uji H-L 0,530).
Kesimpulan: Faktor-faktor prediktor luaran mortalitas jangka pendek pasien EI aktif sisi jantung kiri meliputi kapasitas fungsional NYHA kelas III-IV, keterlibatan vegetasi katup aorta, ukuran vegetasi >10mm, penggunaan antibiotik inkomplit, sepsis, dan penggunaan terapi pengganti ginjal. Sementara itu, prediktor luaran mortalitas jangka panjang meliputi tidak dilakukannya prosedur operasi, komplikasi paravalvular, serta infeksi Streptoccocus non-viridans.

Background: Infective endocarditis (IE) in the last 3 decades still has a high incidence, burden of morbidity, and mortality reaching 30% in 1 year. Various predispositions for IE incidents show changes along with developments in medical management and actions which often become new triggers for IE itself.
Objective: This study aims to identify predictors for mortality and clinical outcomes in patients with active left-sided IE in short-term and long term. This study is also initial research to determine the risk stratification predictor model for patients with active IE on the left side of the heart in Indonesia.
Methods: A retrospective cohort study was conducted on 376 patients who experienced active left- sided IE in the period 1 January 2013 – 31 December 2022. Bivariate and multivariate analyzes were performed to identify predictors of short-term and long-term clinical outcomes. Mortality risk predictor score model was also created for active IE patients.
Results: There were 376 active left-sided IE patients who then received antibiotic treatment and 56.6% of the patients underwent surgery. This study showed a short-term mortality rate of 18.6% and a long-term mortality rate of 13.2%. Apart from that, the morbidity profile during the active phase of treatment was also obtained with the incidence of sepsis in 27.1% cases, intensive care > 10 days in 18.6% cases, use of mechanical ventilators > 7 days in 11.4% cases, stroke incidence in 28.5% cases, and acute renal failure in 57.7% cases. This study also shows initial model of short- term and long-term mortality predictor score respectively with AUC 0,935 (95%CI 0,902 – 0,969; p <0,001; H-L test 0,386) and AUC 0,733 (95%CI 0,614 – 0,852; p <,001; H-L test 0,530).
Conclusion: Predictors for short-term mortality outcomes in patients with active left-sided IE include NYHA class III-IV functional capacity, involvement of aortic valve vegetation, vegetation size >10mm, incomplete use of antibiotics, sepsis, and use of renal replacement therapy. Meanwhile, predictors of long-term mortality outcomes include not having a surgical procedure, paravalvular complications, and Streptoccocus non-viridans infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library