Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pingkan Cynthia Belinda Rumondor
Abstrak :
Terlepas dari dugaan bahwa konteks budaya berdampak pada efek penanganan stres bersama pasangan (DC; dyadic coping) terhadap kepuasan pernikahan (KP), belum ada penelitian yang melibatkan konteks budaya dalam model tersebut. Disertasi ini bertujuan menguii Systemic Transactional Model (STM; Bodenmann, et al., 2016) untuk menjelaskan efek moderasi strategi DC dan attachment dalam memprediksikan dampak stres eksternal terhadap KP pasangan bekerja pada konteks ideologi peran gender (IPG) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain mixed methods explanatory sequential yang terdiri dari dua studi. Studi 1 adalah penelitian kuantitatif – regresi dan SEM pada 421 individu usia 23-55 tahun yang merupakan pasangan bekerja berpendidikan tinggi di perkotaan. Hasil studi 1 menunjukkan bahwa strategi DC memiliki efek lebih signifikan daripada attachment dalam melindungi kepuasan pernikahan dari efek negatif stres eksternal. Akan tetapi, pengujian model yang sama dalam kelompok partisipan dengan IPG tradisional dan non-tradisional memperlihatkan pola yang berbeda. Studi 2 merupakan penelitian kualitatif - fenomenologis pada 5 pasangan dengan kepuasan pernikahan tinggi, 3 pasangan dan 1 istri dengan kepuasan pernikahan rendah. Hasil studi 2 mendukung hasil studi 1, strategi DC yang berbeda berujung pada pemaknaan kepuasan pernikahan yang berbeda, meski stres yang dihadapi serupa. Penelitian ini memperlihatkan bahwa STM dapat diterapkan untuk menjelaskan KP pasangan bekerja di Indonesia, dengan memperhatikan konteks IPG. ......Apart from the assumption that cultural context impacts the effect of partners’ dyadic coping (DC) in predicting marital satisfaction (MS), there has been no research involving cultural context in this model. This dissertation aims to examine the Systemic Transactional Model (STM; Bodenmann, et al., 2016) to explain the moderating effect of DC strategies and attachment in predicting the impact of external stress on dual-earner couples’ MS in Indonesia’s gender role ideology (GRI) context. This research uses a mixed-methods explanatory sequential design consisting of two studies. Study 1 is a quantitative – regression and SEM study on 421 individuals, 23-55 years old, tertiary-educated dual-earner in an urban area. The results of study 1 show that DC strategies have a more significant effect than attachment in protecting couples’ MS from the adverse effects of external stress. However, testing the same model in groups of participants with traditional and non-traditional GRI shows a different pattern. Study 2 is a qualitative - phenomenological study on five couples with high MS, three couples and one wife with low MS. The results of study 2 support the results of study 1 that different DC strategies will lead to different meanings of marital satisfaction, even though the stressors are similar. This study shows that STM can be applied to explain the MS of dual-earner couples in Indonesia, considering the context of GRI.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miwa Patnani
Abstrak :
Setiap pasangan menikah biasanya menginginkan untuk memiliki anak sebagai keturunan. Namun tidak semua pasangan memiliki anak meskipun telah menikah bertahun-tahun dengan berbagai penyebab. Ketidakhadiran anak dalam perkawinan menimbulkan berbagai dampak baik dampak positif maupun negatif. Riset empiris menunjukkan bahwa pasangan yang tidak memiliki anak memiliki kualitas perkawinan yang rendah, namun sebagian riset lain menunjukkan kebalikannya. Perbedaan tersebut diasumsikan karena adanya perbedaan individu dalam memaknai pengalamannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana pengalaman pasangan tanpa anak dalam menjalani perkawinannya, dan bagaimana peranan konteks dalam mempengaruhi pengalamannya tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi yang menekankan pada pengalaman partisipan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang telah menikah minimal selama 3 tahun dan belum pernah memiliki anak. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) yang menghasilkan 8 tema pengalaman partisipan, yaitu pengalaman positif, pengalaman negatif, penerimaan, relasi dengan pasangan, relasi dengan lingkungan, relasi dengan Tuhan, konflik, dan penilaian pada perkawinan. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa pasangan tanpa anak merasakan pengalaman positif maupun negatif terkait dengan kondisinya. Dengan interaksi yang positif dan dukungan sosial dari lingkungan terdekat memudahkan penerimaan terhadap ketidakhadiran anak dalam perkawinan yang pada akhirnya mempengaruhi penilaian yang positif terhadap kualitas perkawinannya. ......It is such a common thought to every married couple to have children as heirs, especially in pro natalist country. Unfortunately, not every married couple could have children due to some condition, mainly infertility related. The absence of children causing both positive and negative impact to the couple. Some empirical studies showed that childless couple have a high quality married, but some studies showed the opposite result. The contradictive result assumed to be caused by the individual differences in their experiences. This study aimed to explore how involuntary childless’ experience and how these experiences affected by context. Qualitative approached using phenomenological study is considered to be the best approach to answer these research questions. Participants of this study were 11 individuals who considered as involuntary childless, have been married for at least 3 years and never have biological children. Data was gathered by in depth interview, and analyzed using Interpretative Phenomenological Analysis. Result showed 8 themes including positive experience, negative experience, acceptance, spousal relation, external relation, religious relation, conflict and marital evaluation. As a conclusion, this study suggest that involuntary childless have both positive and negative experience due to their condition. Along with positive interaction and social support, involuntary childless develop a good coping strategies to cope and lead to an acceptance to the absence of children. Furthermore, it will affect to the evaluation of the high quality of marriage.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library