Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diennaryati Tjokrosuprihatono
Abstrak :
ABSTRAK
Raudsepp (1981) dalam uraiannya mengemukakan beberapa tantangan atau masalah yang sering ditemui saat ini. Masalah yang ditemui ini menyangkut semua dimensi kehidupan manusia, sehingga tidak dapat hanya didekati dari segi ilmiah dan teknologi semata. Pemikiran-pemikiran yang mendalam juga dituntut dalam semua bidang ilmu. Olson melihat bahwa masalah yang dihadapi bukan sebagai ancaman, tetapi tantangan untuk menggunakan kreativitas demi peningkatan diri dan menentukan strategi, metode dan teknik kreatif untuk menanggulanginya.

Perguruan Tinggi sebagai salah satu wadah pendidikan memegang peranan penting dan diharapkan mampu membuahkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam berbagai bidang ilmu yang nantinya mampu menjawab tantangan pembangunan dengan bekal ilmu dan kemampuan yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan pendidikan psikologi. Sarjana Psikologi dituntut kreativitasnya dalam menjawab tantangan masalah dengan meramu teori-teori yang diketahuinya agar tepat dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan variabel dan kondisinya yang ada.

Sehubungan upaya memperoleh sarjana yang tangguh dan berkualitas dan mampu berprofesi dalam bidangnya, diharapkan mahasiswa yang kuliah di Fakultas Psikologi bisa menunjukkan prestasi belajar yang baik, minimal, ia harus pandai, kreatif dan memiliki pengikatan diri terhadap tugas dan jangan menjadi mahasiswa yang putus kuliah. Diharapkan mahasiswa harus memiliki kemampuan lain di samping kepandaian semata.

Faktor inteligensi yang tinggi saja tidaklah cukup untuk menjadi prediktor keberhasilan studi. Dari hasil beberapa penelitian, tampak adanya korelasi yang rendah antara inteligensi yang diukur dengan tes inteligensi konvensional dengan prestasi belajar. Nason (1958) menemukan koefisien korelasi 0.34 untuk anak laki-laki dan 0.39 untuk anak perempuan antara inteligensi dan prestasi belajar. Freudhoff (1955) mendapatkan korelasi sebesar 0.44 dengan sampel siswa kelas 8. Surya di Indonesia (1983) mengadakan penelitian terhadap sampel tingkat sekolah dasar. Dari hasil penelitiannya ia menemukan bahwa 10% dari jumlah siswa memiliki potensi yang tinggi tetapi tidak berprestasi dalam belajarnya. Dari penelitian diatas, tampak bahwa angka koefisien korelasi antara faktor inteligensi dengan prestasi belajar menunjukkan hubungan yang signifikan rendah. Hal ini memberikan petunjuk bahwa faktor inteligensi semata bukanlah prediktor terhadap keberhasilan atau prestasi belajar. Ada faktor lain di samping inteligensi yang juga merupakan prediktor prestasi belajar.

Surya {1983) sehubungan dengan gejala kurang berprestasi pada anak tingkat sekolah dasar lebih lanjut mengemukakan bahwa gejala berprestasi kurang bukanlah bukan lagi sebagai masalah intelektual akan tetapi lebih merupakan masalah non intelektual baik internal maupun eksternal. Kenyataan ini dialami juga oleh mahasiswa ditingkat perguruan tinggi.

Guilford dalam pidato pengukuhannya menyatakan keluhan terhadap lulusan pendidikan saat itu, yang dirasakan sangat tidak kreatif. Dari apa yang dikeluhkan Guilford terhadap sarjana lulusan pendidikan tinggi, serta diperkuat dengan penelitian lain mengenai hubungan inteligensi dengan prestasi belajar, tampak bahwa mencari siswa atau mahasiswa yang bisa berprestasi tidak bisa jika hanya mengandalkan faktor tingginya inteligensi semata, tetapi juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.

Getzels dan Jackson (1963) dalam penelitiannya membuktikan bahwa kreativitas dan inteligensi memiliki kekuatan yang sama di dalam menentukan prestasi akademis seseorang. Olson {1980) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan alat ampuh yang sederhana yang merupakan milik manusia. Sedangkan Taylor menyebutkan bahwa kreativitas merupakan kualitas manusia yang lebih dari kualitas . kualitas lainnya dan sangat penting dalam membentuk masa depan manusia.

Renzulli (1977) dalam penelitiannya terhadap keberbakatan memberikan pendapat yang melengkapi pandangan tentang keberhasilan belajar, terutama yang disebut sebagai mampunya seseorang dianggap 'berbakat' yang berarti ia tampil mengagumkan dalam prestasi belajarnya. Menurut Renzulli, keberbakatan baru termanifestasi jika individu memiliki 3 "cluster" yang berperan dalam dirinya, yaitu: 1) Inteligensi diatas rata-rata 2) Kreativitas yang cukup tinggi 3) Pengikatan diri terhadap tugas.

Bila dihubungkan dengan prestasi belajar, pengikatan diri terhadap tugas merupakan salah satu sikap yang dibutuhkan manusia untuk mewujudkan keberhasilan belajarnya. Menurut Renzulli, inteligensi yang tinggi maupun kreativitas semata belum tentu mampu meramalkan keberhasilan belajar seseorang. Apa artinya pandai dan kreatif jika ia tidak bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas dan kewajiban-kewajibannya.

Dari kenyataan bahwa inteligensi bukanlah satu-satunya prediktor keberhasilan belajar, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang berperan, yaitu kreativitas (berfikir kreatif dan sikap kreatif) serta pengikatan diri terhadap tugas.

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk turut memberi sumbangan pengetahuan terhadap khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kreativitas, yang mencakup baik segi kognitif atau cara berfikir kreatif maupun segi afektif dari kreativitas serta masalah pengikatan diri terhadap tugas.

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Mengetengahkan masalah kreativitas maupun pengikatan diri terhadap tugas dalam pendidikan Psikologi sebagai salah satu faktor yang bisa dipertimbangkan didalam bimbingan akademik mahasiswa sebagai upaya bimbingan agar mereka bisa mencapai prestasi optimal dan berhasil dalam studinya, disamping masalah inteligensi.

2. Menambah alat pengukuran kreativitas yang menyangkut aspek afektif yaitu pengukuran skala sikap kreatif bagi mahasiswa Psikologi.

3. Dikembangkannya skala sikap Pengikatan diri terhadap tugas yang merupakan salah satu prediktor keberhasilan studi.

4. Dengan dikembangkannya alat pengukuran afektif dari kreativitas yaitu skala sikap kreatif dan juga skala Pengikatan diri terhadap tugas bagi mahasiswa fakultas Psikologi, maka alat ini dapat digunakan untuk membantu mendeteksi salah satu kemungkinan dari masalah belajar yang dihadapi mahasiswa di fakultas Psikologi.

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Gajah Mada dan Padjadjaran.

Metode penelitian yang dipakai adalah perhitungan multiple regression, korelasi parsial, korelasi tunggal, analisa varians.

Dari hasil penelitian dilakukan berdasarkan hipotesis yang ditegakkan, ternyata ke empat variabel penelitian yang mencakup inteligensi, kreativitas (berfikir kreatif dan sikap kreatif) serta pengikatan diri terhadap tugas memiliki hubungan yang signifikan positif dengan prestasi belajar. Adapun gambaran hasil menunjukkan bahwa 13% dari varians prestasi belajar didukung oleh ke empat variabel penelitian dengan sumbangan terbesar diberikan oleh variabel pengikatan diri terhadap tugas dan diikuti oleh variabel inteligensi. Kreativitas sendiri, baik yang mencakup dimensi berfikir kreatif maupun sikap kreatif secara keseluruhan tidak memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Tetapi khususnya di Fakultas Psikologi UI, dimensi kelancaran berfikir pada cara berfikir kreatif tampaknya memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Tetapi tidak demikian halnya dengan UNPAD dan UGM.

Disamping itu beberapa variabel penelitian juga menunjukkan perbedaan pada masing-masing Fakultas Psikologi. Variabel inteligensi tampak berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD, tetapi pada Fakultas lainnya (UI & UGM), tidak signifikan. Pada variabel sikap kreatif, tampaknya pada mahasiswa Fakultas Psikologi UI menunjukkan hubungan yang signifikan dan negatif dengan prestasi belajar, artinya semakin memiliki sikap kreatif, prestasi belajar yang ditampilkan semakin kurang baik. Tapi tidak demikian halnya dengan mahasiswa Fakultas Psikologi UNPAD dan UGM.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Aswati
Abstrak :
Penelitian ini berawal dari mengapa saat ini banyak terjadi kehamilan yang belum diharapkan di kalangan remaja. Kemudian ditunjang dengan buku para pakar yang mengetengahkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di kalangan remaja bahwa, banyak remaja sudah berani melakukan perbuatan seksual. Hal ini disebabkan antara lain: tersedianya berbagai media cetak dan media elektronik yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan sikap terhadap perilaku tersebut antara lain, keadaan remaja yang karena mulai berfungsinya hormon seksual menyebabkan keingintahuan tentang seks meningkat, sedangkan sebagian orangtua bersikap kurang terbuka dan membuat jarak kepada anak dalam masalah seksual. Sarwono (1991) menyatakan behwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang timbul akibat dorongan seksual yang muncil. Lebih lanjut penelitian Fox dan Inayu dalam penelitiannya yang dikutip oleh Sarwono (1991) menyatakan bahwa (a) Makin sering terjadi percakapan seks antara ibu dan anak, tingkah laku seksual anak makin bertanggung jawab, (b) Makin awal komunikasi itu dilakukan fungsi pencegahannya makin nyata, (c) Tetapi jika komunikasi itu dilakukan setelah hubungan terjadi maka komunikasi itu justru mendorong lebih sering dilakukannya hubungan seks. Meskipun demikian pengaruh positif itu tetap ada yaitu hubungan seks yang terjadi tidak sampai menimbulkan kehamilan yang tidak diharapkan. Lebih lanjut Zelnik dan Kim dalam Sarwono (1991) jugs menyatakan bahwa remaja yang telah mendapat pendidikan seks jarang melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapat pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki. Zakiah Daradjat (1976) mengemukakan pendidikan agama yang ditarapkan sejak kecil pada anak melalui pembiasaan-pembiasaan akan meresap dalam sanubari anak dan akan dibawa sampai dewasa. Pemahaman agama yang benar ini akan dapat menangkal perubahan-perubahan nilai-nilai seksual dalam masyarakat. Penelitian ini mengambil 3 faktor yang diduga menjadi penyebab sikap remaja terhadap perilaku seksual yaitu pendidikan seks oleh orangtua, pola asuh orangtua dan pendidikan agama dari orangtua. Melalui kajian teoritis tentang sikap remaja terhadap perilaku seksual diajukan empat hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian ini dilakukan dengan responden sebanyak 295 orang yang diambil secara acak. Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Tiga hipotesis ditolak dan satu hipotesis diterima. Hipotesis yang ditolak adalah hipotesis satu, dua., dan empat, sedangkan hipotesis yang diterima adalah hipotesis ketiga. Dengan demikian terungkaplah hasil penelitian sebagai berikut: - Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara pendidikan agama dari orang tua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks, pola asuh, pendidikan agama dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual. Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini perlu memperhitungkan variabel lain yang diduga barpengaruh antara lain, pengaruh media cetak dan elektronik. Begitu Pula dalam menentukan sampel hendaknya dibedakan tempat tinggal, perbedaan jenis kelamin serta usia. Selain itu pendidikan seks perlu diberikan di sekolah. Bagi orangtua hendaknya menjaga hubungan dengan anak remajanya agar tetap hangat dan mengontrol secara bijaksana.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedicta Prihatin Dwi Riyanti
Abstrak :
Studi ini bertujuan mengkaji pekerjaan manajerial berdasarkan pada teori Mintzberg tentang peran manajerial. Dalam studinya tentang pekerjaan manajerial dari; 5 eksekutif kepala di Masachussets pada tahun 1973, Mintzberg menemukan IO peran yang harus dilaksanakan oleh manajer pada semua penekanan peran yang dipentingkan akibat perbedaan dalam diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok peran yaitu peran antarpribadi, peran informasional dan perna pembuat keputusan. Penemuan ini memberi suatu pemahaman baru tentang pekerjaan manajerial yang selama ini hanya dilihat sebagian kecil saja dari kerja manajer yang sebenarnya. Berdasarkan pada konstruk teori dari Mintzberg, Shapira dan Dunbar (1980) menyusun alat in basket simulation untuk menguji peran manajerial pada 54 mahasiswa MBA di Israel. Dengan teknik smallest space analysis ditemukan adanya 10 peran manajerial. Kesepuluh peran tadi dikelompokkan menjadi dua kelompok beran yaitu kelompok peran informasiona dan kelompok peran pembuat keputusan. Dari penelitian mereka juga ditemukan pengaruh hierarki terhadap pelaksanaan manajerial. Dengan menggunakan teknik in basket simulation yang sama, studi ini menguji peran manajerial di Indonesia. Penelitian ini melibatkan 220 manajer tingkat menengah dan tingkat bawah dari empat perusahaan yang berbeda-beda di Surabaya, kota terbesar kedua di Negara ini. Data dianalisis dengan dua teknik, yaitu teknik analisis factor dan teknik analisis varian. Dari analisis factor ditemukan 10 peran manaerial dari Mintzberg. Kesepuluh peran tadi dikelompokkan dalam tiga kelompok peran yang juga terkelompok ke dalam tiga kelompok peran. Pertama ialah kelompok peran antar pribadi terdiri dari peran tokoh, peran penghubung, dan peran juru bicara. Kedua ialah kelompok peran informasional terdiri dari peran pemantau dan peran penyebar informasi. Ketiga ialah kelompok peran pembuat keputusan terdiri dari peran pemimpin, peran wiraswasta, peran pereda gangguan, peran pengalokasi sumberdaya, dan peran perunding. Dari analisa varian ditemukan ada perbedaan yang signifikan dalam manjalankan peran pribadi antara manajer tingkat menengah dengan manajen tingkat bawah. Manajer menengah ditemuhan lebih banyak menjalankan penan antar pribadi. Bila melihat peran manajerial berdasarkan bidang tugasnya, ditemukan bahwa manajer administrasi paling banyak menjalankan peran pribadi daripada manajer produksi dan manajer mrketing. Untuk peran informasional manajer tingkat menangah bidang marketing paling banyak dalam menjalankan peran tersebut daripada manajer bidang tugas Lainnya. Sedangkan untuk manajer tingkat bawah, manajar administrasial yang paling banyak manjalankan peran informasional. Untuk peran pembuat keputusan, manajea produksi paling banyak menjalankan peran pembuat keputusan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjut Rifameutia Umar Ali
Abstrak :
Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi yang ?mempersiapkan? sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya. Interaksi pengajar dengan mahasiswa, khususnya dalam pembelajaran, perlu mendapat perhatian agar tercapai kualitas pada hasil belajar rnahasiswa. Dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, pemberian umpan balik oleh mahasiswa tanpa tindak lanjut nyata merupakan inefisiensi dalam pelaksanaan pendidikan, dan tidak efektif dalam usaha pencapaian akuntabilitas pelaksanaan pendidikan serta lulusan yang berkualitas. Bila institusi memiliki komitmen pembelajaran yang berorientasi kcpada pembelajar, maka seyogyanya evaluasi pengajaran berfokus pada usaha yang dilakukan pengajar untuk membangun atmosfir pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik, dalam hal ini mahasiswa. Bagaimana pengajaran dan pengajar yang berhasil menurut pendapat mahasiswa seharusnya ditelaah. Bila tidak, umpan balik dari mahasiswa yang diperoleh pengajar akan tidak akurat dan sia-sia sebagai pendukung pemelajaran aktif. Menurut Biggs (199l) belajar melibatkan tiga variabel yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu variabel masukan (presagc), variabel proses (process), dan variabel hasil (product). Setelah mengikuti pembelajaran dalam instilusi perguruan tinggi, mahasiswa memiliki pengalaman belajar dan pendapat tertentu mengenai pengajar yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan model teoritik pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) membuktikan bahwa konsep belajar dan orientasi belajar mahasiswa memiliki pengaruh Iangsung yang bermakna terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif (2) membuktikan bahwa motif mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan ulama pengajar yang efektif; (3) membuktikan bahwa focus of control mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif; (4) membuktikan bahwa konsep belajar mahasiswa memiliki pengaruh tidak langsung yang bermakna, yaitu melalui orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif; (5) membuktikan bahwa lamanya mahasiswa belajar di perguruan tinggi memiliki pengaruh tidak langsung yang bernakna, yaitu melalui konsep belajar dan orientasi belajar, terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengaiar yang efektif. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori motif mahasiswa ke perguruan tinggi dari Gibbs, Morgan dan Taylor (Morgan, 1993), teori locus of control dari Rotter (Robinson Shaver, 1973), teori orientasi belajar dari Ramsden (1992), teori konsep belajar clari Marten, dall? Alba, dan Beary (Chalmers & Fuller, 1996), dan teori keterampilan pengajar yang efektif dari Centra (1993). Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan teknik pengambilan sampel convenience sampling (Schwab, 1999). Responden penelitian ini berjumlah 360 yang mewakili 12 fakultas di Universitas Lndoncsiag terdiri dari laki-laki (49.2%) dan perempuan (50.8%) Alat ukur yang digunakan adalah Internal. Poweful others, and Chance Scales (or untuk internal scale=0.73, or untuk external scale=0.76), Skala Orientasi Belajar (cr meaning 0rientation= 0.79, 0. reproduction orientation=0.74, or. achievement orientation?-?0.72). Alat ukur konsep belajar dan lama belajar adalah pilihan jawaban. Pendapat mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif diperoleh dari peringkat pertama yang diberikan responden terhadap keterampilan pengajar efektif yang dikemukakannya. Analisis jalur (path analysis) dengan bantuan perangkat lunak Linear Structural Relations (LISREL) terhadap model utama menunjukkan bahwa model teoritik utama yang diajukan dapat diterima, artinya variabel karakteristik mahasiswa (motif locus of control, dan konsep belajar), Serta variabel orientasi belajar dan variabel lama belajar dapat digunakan untuk memprediksi dan menerangkan variabel pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep belajar mahasiswa paling besar pengaruhnya terhadap pendapat mereka mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif. Makin konstruktif konsep belajar mahasiswa, maka pendapat mereka mengenai keterampilan utama pengajar yang efektif adalah keterampilan motivasional. Dari analisis tambahan untuk masing-masing semester, hanya data dari mahasiswa semester empat dan enam yang dapat digunakan untuk memprediksi model yang dikemukakan pada penelitian ini. Mahasiswa semester dua sangat beragam dalam motif dan pengalaman belajar. Pengaruh pembelajaran di pendidikan menengah masing-masing diperkirakan masih sangat besar, sehingga data yang diperoleh pada semester dua menjadi sangat beragam. Mereka cenderung tidak tahu secara pasti tujuan mereka melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa semester delapan pada penelitian ini motifnya kembali kuat pada motif vokasional. Diperkirakan ada kecenderungan pada mereka untuk mencari Jalan menyelesaikan pendidikannya, sehingga usaha belajar mereka menjadi sangat bcrvariasi, tergantung yang menurut mereka akan mempermudah cara mereka untuk selesai dan bekerja. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan membuat alat ukur yang diujicobakan untuk mahasiswa dari berbagai program studi. memasukkan faktor konteks pengajaran agar dapat diteliti secara lebih komprehensif pengaruh variabel presage dan process terhadap pendapat mahasiswa mengenai keterampilan utama pengajar yang elektif dan melakukan penelitian tidak saat mahasiswa menghadapi ujian tengah semester, agar dapat diperoleh data yang lebih akurat. ...... This research was aimed to prove a theoretical model of students opinion about the primary skills of ejective teachers. Specyically, the objectives of this research are ( I ) to prove that student 's learning conception and learning orientation will have direct and significant eject to the student 's opinion about the primary skills of ejfective teachers, (2) to prove that student?s motivation has indirect yet signyicant effect, through the learning orientation, to the students opinion about the primary skills of ejjective teachers, (3) to prove that student 's locus of control has indirect yet signwcant effect. through the learning orientation, to student 's opinion about the primary skills of effective teachers, (4) to prove that students learning conception has indirect yet significant eject, through the learning orientation, to student 's opinion about the primary skills of effective teachers, (5) to prove that the duration of study at the university will have indirect yet significant effect, through learning conception and learning orientation, to students opinion about the primary skills of effective teachers. Path Analysis, with the help of software called Linear Structural Relations (LISREL), to the model .showed that the primary theoretical model can be accepted. It means that the student 's characteristic (motivation, locus of control, and learning conception), learning orientation and duration ofstudy are variables that can be used to predict and explain the student 's opinion about the primary skills of effective teachers. The result of this research showed that student?s learning conception has the strongest eject on their opinion about the primary skills of ejective teachers. Students with constructive learning conception consider motivational skills as the primary skills of effective teachers. In the additional analysis of data from students in dyferent semesters, only the data from the students who are in their 4 and 6 .semester that can be used to predict the model proposed in this research. ln the analysis of data from students of different branch of science, only the data from the students ofthe humanities science that can be used to predict the model proposed in this research.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
D681
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library