Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nastiti Soertiningsih Wijarso Karliansyah
Abstrak :
ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi kota Jakarta sebagai ibukota negara adalah pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Pencemaran udara ini disebabkan tidakseimbangnya pertambahan jumlah kendaraan dengan pertambahan panjang jalan, yang menyebabkan terjadinya kemacetan. Data menunjukkan bahwa pertambahan jalan hanya sekitar 3,5% per tahun, sedang pertambahan kendaraan rata-rata 8,25% per tahun (KPPL DKI Jakarta, 1996: 1-2). Bergantung kadar dan lama pemaparannya, pencemaran udara dapat mengganggu dan membahayakan lingkungan hidup. Gangguan kesehatan pada manusia, kerusakan tumbuhan dan hewan, gangguan kenyamanan dan estetika, serta kerusakan benda-benda, adalah contoh gangguan yang terjadi akibat pencemaran udara (Kusnoputranto, 1996a: 214). Salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Tumbuhan adalah bioindikator yang baik, dan daun adalah bagian tumbuhan yang paling peka pencemar (Kovacs, 1992: 7-9). Klorofil sebagai pigmen hijau daun yang berfungsi dalam kegiatan fotosintesis dan berlangsung dalam jaringan mesofil, akan mengalami penurunan kadarnya sejalan dengan peningkatan pencemaran udara (Mowli et aL, 1989: 54). Jaringan mesofil adalah jaringan pertama yang akan terpengaruh oleh pencemaran udara, di samping perubahan kadar klorofil (Heath dalam Mowli et al., 1989: 53). Pengaruh pencemaran udara pada daun. dapat dilihat dari kerusakan secara makroskopik seperti klorosis, nekrosis; atau secara mikroskopik (anatomi) seperti struktur sel; atau dari perubahan fisiologi dan biokimia, seperti perubahan klorofil, metabolisme (Mudd & Kozlowski, 1975: 4-5; Darral & Jager, 1984: 334; Steubing dalam Kovacs, 1992: 9-10).. Atas dasar hal-hal tersebut di atas, telah dilakukan penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap daun tanaman peneduh jalan di wilayah Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan di Jalan K.H. Akhmad Dahlan, Jl. Prof Dr. Supomo, SH, Jl. Jenderal Sudirman-Bunderan Senayan; dan Kebun Pembibitan Dinas Pertamanan DKI Jakarta di Cipedak sebagai kontrol. Penentuan lokasi ini didasarkan daerah yang mempunyai data kualitas udara hasil pemantauan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI Jakarta, dan data tersebut digunakan sebagai data sekunder kualitas udara. Selain itu, kepadatan jalan juga menjadi kriteria pemilihannya dengan menggunakan data hasil pengamatan di lapangan dan data penghitungan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) DKI Jakarta. Daun yang digunakan sebagai sampel adalah daun angsana dan mahoni yang ditanam sebagai tanaman peneduh di tepi jalan raya. Dengan menggunakan alat spektrofotometer, kadar klorofil daun dianalisis. Kemudian dilakukan uji Kruskal-Wallis atas hasil kadar klorofil ini untuk melihat perubahan yang terjadi pada masing-masing lokasi. Selain itu, dibuat pula preparat anatomi daun dengan potongan melintang dan permukaan daun, untuk melihat perubahan yang terjadi pada sel-sel akibat pencemaran udara. Atas dasar hasil uji dan analisis tadi dievaluasi hubungan antara kadar klorofil dengan kualitas udara. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diperoleh informasi bahwa: (1) pada daun tanaman angsana terjadi perubahan sebagai berikut: a. kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif (kenaikan NO, menyebabkan penurunan kadar klorofil), b. kadar klorofil a dengan SO2 berkorelasi negatif (kenaikan SO2 menyebabkan penurunan kadar klorofil), dan kadar klorofil b dengan SO2 berkorelasi positif (peningkatan SO2 menyebabkan peningkatan kadar klorofil); (2) pada daun tanaman mahoni terjadi perubahan sebagai berikut: a. kadar kiorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif (kenaikan NOx menyebabkan penurunan kadar klorofil), b. kadar klorofil a dan b dengan SO2 berkorelasi positif (peningkatan SO2 menyebabkan peningkatan kadar klorofil); (3) terjadi kerusakan secara mikroskopik dan makroskopik pada jaringan daun angsana dan jaringan daun mahoni, akibat NO, dan SO2; (4) uji Kruskal-Wallis membuktikan kadar klorofil a dan b daun angsana dan mahoni pada keempat lokasi penelitian berbeda nyata; (5) uji Kruskal-Wallis untuk kualitas udara DKI Jakarta bulan Oktober, November, dan Desember 1996 menunjukkan adanya perbedaan nyata dalam NO, dan SO2. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. pencemaran udara pada umumnya mengakibatkan terjadinya perubahan pada daun tanaman, baik secara makroskopik, mikroskopik, maupun kadar klorofil; 2. pada daun angsana, hubungan antara kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif; hubungan antara kadar klorofil a dengan SO2 berkorelasi negatif, dan klorofil b dengan SO2 berkorelasi positif; pada daun mahoni, hubungan antara kadar klorofil a dan b dengan NO, berkorelasi negatif; hubungan antara kadar klorofil a dan b mahoni dengan SO2 berkorelasi positif; 3. tanaman mahoni mempunyai kemampuan bertahan lebih baik terhadap pencemaran khususnya NOx dan SO2 daripada tanaman angsana; 4. daun tanaman angsana dan mahoni dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran udara, khususnya NO, dan SO2; 5. tanaman angsana dan mahoni yang selama ini telah ditanam di lingkungan perkotaan, memang berfungsi baik sebagai tanaman peneduh jalan dan dapat mengurangi pencemaran udara khususnya NO, dan SO2 ; 6. daun tanaman peneduh jalan dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator tahap pertama dalam pemantauan kualitas udara; 7. penelitian bioindikator lainnya masih diperlukan dalam mengidentifikasi pencemaran khususnya pencemaran udara di Indonesia; . 8. tanaman peneduh jalan sangat diperlukan sebagai peneduh jalan, penyejuk dan penyaman, mengurangi pencemaran udara, laboratorium alam, dan estetika.
ABSTRACT Leaf Damage As Bioindicator Of Air Pollution (A Case Study of Shelter Trees Angsana and Mahoni with Air Pollutants NOx and SO2)One of the problems of Jakarta as the capital of the Republic of Indonesia is air pollution caused by motor vehicles emission. Air pollution is caused by imbalance between vehicles and road growth which cause traffic jams. Data of road growth is about 3.5% per year, and vehicles growth 8.25% per year (KPPL DKI Jakarta, 1996: 1-2). Air pollution may disturb and create a danger to the environment in accordance with its concentration and time exposure. Human health effect, damage of plants and animals, pleasure and aesthetic effect and damage of property, all of them are examples of the air pollution impacts (Kusnoputranto, 1996a: 214). Plant as bioindicator is one of the air pollution monitoring methods. Plant is a good bioindicator, and leaf is the most sensitive part of the plant to air pollution (Heck & Brandt, 1977: 161-162; Kovacs, 1992: 7-9). Chlorophyll as green pigment of leaves has a photosynthetic function which takes place primarily within mesophyll cells. The chlorophyll content decreases, in line with the increase of air pollution concentration (Mowli et al., 1989: 54). Mesophyll cells are the first cells which are influenced by air pollutants, in addition to changing chlorophyll contents (Heath in Mowli et al., 1989: 53). Air pollution effect on leaf can be evaluated through macroscopic symptoms such as chlorosis and necrosis, or through microscopic symptoms such as cell structure changes; or physiological and biochemical changes such as chlorophyll content and metabolism changes (Mudd & Kozlowski, 1975: 4-5; Dural & Jager, 1984: 334; Steubing in Kovacs, 1992: 9-10). Based on above mentioned phenomenon, a research of air pollution impact on shelter trees leaves was done in Jakarta Selatan District. Sampling locations of this research were in Jl. K.H. Achmad Dahlan, Jl. Prof.Dr. Supomo, SH., Jl. Jenderal Sudirman - Bunderan Senayan; and at the nursery of Dinas Pertamanan DKI Jakarta as control area. These locations were selected based on air quality monitoring data done by Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (KPPL) DKI Jakarta, which was used as secondary data. Traffic counts on these locations were monitored by Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) DKI Jakarta. Angsana and mahoni leaves were used as samples of which the trees were planted as shelter trees along above mentioned roads. Chlorophyll contents were analysed by spectrophotometer. The results were analysed statistically by the Kruskal-Wallis test for chlorophyll content changes. Microscopic symptoms were also analysed through microscopic anatomic preparations of cross sectional and surface view of leaves for identifying the impacts of air pollution. Regression-correlation analysis was carried out to analyze the correlation between chlorophyll content and air quality. Based on this research, the following informations were obtained: (1) chlorophyll of angsana leaves changed as followed: a. chlorophyll a and b with NOx showed a negative correlation (increased NO, caused decrease of chlorophyll concentration); b. chlorophyll a with S02 showed a negative correlation (increased SO2 caused decrease of chlorophyll concentration), and chlorophyll b with SO2 showed a positive correlation (increased SO2 caused increase of chlorophyll concentration); (2) chlorophyll of mahoni leaves changed as followed: a. chlorophyll a and b with NO, showed a negative correlation (increased NOx caused decrease of chlorophyll concentration), b. chlorophyll a and b with SO2 showed a positive correlation (increased SO2 caused increase of chlorophyll concentration); (3) NOx and SO2 air pollutants did cause angsana and mahoni leaf tissue damage which were demonstrated microscopically and macroscopically; (4) the result of Kruskal-Wallis test for different chlorophyll contents of angsana and mahoni leaves of those locations was significant; (5) the result of Kruskal-Wallis test for air quality of DKI Jakarta in October, November, and December 1996 showed significant difference in NO, and SO2. Based on this research, the following conclusions were made: (1) air pollutants generally cause changes of tree leaves, as showed macroscopically, microscopically, and in chlorophyll contents; (2) chlorophyll a and b of angsana leaves and NO, show negative correlation; chlorophyll a of angsana leaves and SO2 show negative correlation, but chlorophyll b of angsana leaves and SO2 show positive correlation; chlorophyll a and b of mahoni leaves and NO, show negative correlation; chlorophyll a and b of mahoni leaves and SO2 show positive correlation; (3) mahoni has a better adaptive ability to environmental air pollution, especially NOx and SO2 than angsana; (4) angsana and mahoni tree leaves can be used as bioindicator of air pollution, especially NO,, and SO2; (5) angsana and mahoni trees which are grown in urban environment have demonstrated perfect functions as shelter trees and also as reducer of air pollution, especially NOx and SO2; (6) advantages of using shelter tree leaves as bioindicator may help preliminary air quality monitoring; (7) further research is needed to link the use of other bioindicators to identify pollution, especially air pollution in Indonesia; (8) shelter trees are needed as shelter, air cooler, reducer of air pollution, nature laboratories, and aesthetics.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Atmanto
Abstrak :
ABSTRAK Berbagai macam aktivitas yang telah dilakukan aleh manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, tanpa disadari telah mengubah lingkungan hidupnya menjadi lingkungan yang berbeda dari lingkungan alas semula. Perubahan ini antara lain telah mencemarkan atau merusak ekosistem biotik maupun abiotik sekitar, yang akibatnya dapat mengurangi daya dukung keberlangsungan alas itu sendiri. Pemeliharaan dan pelestarian kembali alas lingkungan akan menjadi lebih sulit apabila kendala dan keadaan mental masyarakat seperti : tidak ada kepedulian, kurangnya kesadaran, dan kurangnya rasa kebutuhan akan lingkungan hidup bersih tidak dapat diatasi. Perilaku manusia dipengaruhi oleh tingkat penguasaan konsep lingkungan, dan persepsinya terhadap lingkungan sekitar. Pengetahuan dan pengalaman mahasiswa tentang konsep lingkungan akan mempengaruhi persepsi dan menentukan sikap berfikir terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi. Pada mahasiswa, persepsi tentang masalah lingkungan hidup menjadi penting karena merupakan langkah awal bagi generasi penerus dalam mencari strategi dan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, mahasiswa sebagai bagian dari komponen ekosistem lingkungan hidup, juga mempunyai kemampuan dan kesempatan menjadi pemimpin bangsa di kemudian hari yang mampu membangun bangsa dan negara berwawasan lingkungan hidup. Untuk maksud ini, FMIPA Universitas Indonesia memasukkan Pengantar Ilmu Lingkungan sebagai kurikulum perkuliahan mahasiswa. Upaya ini diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep lingkungan, yang akhirnya dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku mahasiswa terhadap kesadaran mengelola lingkungan hidup. Dari uraian di atas make masalah penelitian ini adalah seberapa besar sumbangan pengetahuan konsep lingkungan hidup, persepsi dan sikap mahasiswa tentang kegiatan lingkungan terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya kontribusi dan hubungan pengetahuan, persepsi, dan sikap dengan partisipasi dalam kegiatan lingkungan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : a. Tingkat pengetahuan lingkungan hidup memberikan sumbangan yang positif terhadap persepsi mahasiswa tentang pelaksanaan kegiatan lingkungan. b. Persepsi tentang pelaksanaan kegiatan lingkungan memberikan sumbangan yang positif terhadap sikap mahasiswa dalam kegiatan lingkungan. sikap mahasiswa pada pelaksanaan kegiatan lingkungan hidup memberikan sumbangan yang positif terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan. c. Tingkat pengetahuan lingkungan hidup dan persepsi tentang pelaksanaan kegiatan lingkungan memberikan sumbangan yang positif terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan. Penelitian dilakukan pada mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia pada tahun akademik 1991/1992. Jenis penelitian adalah survai, deskripsi korelasional dengan menggunakan sampel secara acak. Sesar sampel ditentukan berdasarkan taksiran proporsi jumlah subyek dan koefisien konfidensi ditetapkan sebesar 95%. Jumlah sampel di Jurusan Geografi 13 orang, Fisika 24 orang, Kimia 12 orang, Biologi 12 orang, dan Matematika 11 orang mahasiswa angkatan tahun 1987 sampai dengan 1992. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan pengujian hipotesis dengan uji statistik korelasi Pearson dan distribusi t. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner pada responden dan wawancara untuk melengkapi analisis deskripsi dan kesimpulan statistik ini. Hasil penelitian adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan lingkungan hidup tidak memberikan sumbangan berarti, terhadap persepsi tentang pelakeanaan kegiatan lingkungan hidup. (t hitung ~ t tabel = 0,042 < 1,67). Besarnya pengaruh X terhadap Y adalah 0,0025%. b. Persepsi tentang pelaksanaan kegiatan lingkungan memberi sumbangan berarti terhadap sikap mahasiswa dalam kegiatan lingkungan (t hitung > t tabel = 2,554 > 1,67). Besarnya pengaruh X terhadap Y adalah 8,53%. c. Sikap memberi sumbangan yang berarti terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan hidup (t hitung > t tabel = 3,890 > 1,67). Besarnya pengaruh X terhadap Y 15,207%. Pengetahuan lingkungan hidup tidak memberikan sumbangan yang berarti terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan (t hitung { t tabel =1,513 < 1,67). Besarnya sumbangan X terhadap Y adalah 3,17%. Sedangkan persepsi tentang masalah, dukungan, pengertian, manfaat, dan tindak-lanjut kegiatan lingkungan memberikan sumbangan yang berarti terhadap partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan (t hitung 7 t tabel = 4,093 > 1,67). Besarnya pengaruh X terhadap Y = 19,49%. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan Pengantar Ilmu Lingkungan tidak terbukti mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan hidup. Sedangkan persepsi dan sikap tentang kegiatan lingkungan terbukti mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam kegiatan lingkungan walaupun pengaruh X terhadap Y kecil. Hal ini mungkin disebabkan partisipasi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kesadaran dan minat profesi mahasiswa. Namun demikian pengetahuan ilmu lingkungan yang diperoleh mahasiswa dalam kuliah akan berpengaruh terhadap sikap, dan wawasan berfikir mahasiswa dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup.
Various activities have been done by human being to meet his needs of life, but consciously or unconsciously has changed his environment into different from the original one. This change among others has contaminated or damage biotic ecosystem as well as a biotic ecosystem of the surroundings, which in turn may weaken the supporting power of perpetuity of the nature itself. Safeguarding and preservation of the environment will become more and more complicated if various constraints and the state of public mentality such as lack of care, lack of consciousness, and lack of respect to cleanliness of the environment could not be overcome. Human behavior has been influenced by the level of the surrounding environment. Knowledge and experience of students on environmental concept will influence their perception and determine their way of thinking to current environmental problems. The perception of students on environmental problems will be important because it constitutes a first step for the young generation to identify strategies on environmental management efforts. In addition, students as part of the component of the environmental ecosystem, have the ability and opportunity to become leaders of the nation in the future who can develop their nation and country towards a sustainable development. For those purposes, the Mathematics and Natural Science Faculty (FMIPA) of University of Indonesia has included Introduction of Environmental Science in the curriculum of the first semester, with the expectation that the students will gain some knowledge on environmental concepts. Finally it will influence the perception and attitude of the students toward consciousness in environmental management. The objective of this research is to find out the magnitude of contribution and correlation of knowledge on environmental concept, perception and the attitude to the participation of the students in environmental activities. Hypotheses put forward in this research are: a. The degree of knowledge on environmental concept provides a positive contribution to students' perception on the implementation of environmental activities. b. Perception on the implementation of environmental activities gives a positive contribution to students' attitude on environmental activities. c. The students' attitude on environmental activities gives a positive contribution to students participation in environmental activities. d. The degree of knowledge on environmental concept and perception on the implementation of environmental activities give a positive contribution to participation of students in environmental activities. This research was carried out on students of The Mathematics and Natural Science Faculty (FMIPA) of University of Indonesia in 1991/1992. The kind of research is a correlation description survey, by using random sampling. The number of samples was determined by the appraisal proportion of the number of subjects and confidence coefficient, which is 95%. The number of samples comprises the Department of Geography (13 students), Physics {24 students), Chemistry (12 students), Biology (12 students), and Mathematics (11 students) graduated in 1987 up to 1992. Data processing was carried out descriptively and hypotheses were tested through statistic test correlation of Pearson and t distribution. The data were collected by filling in questionnaires by respondents and interviews with students to complete analysis of description and conclusion of this statistic. The result of study were as follows : a. Knowledge on environment did not provide a significant contribution toward perception concerning implementation of environmental activities(t count < t table = 0.042 < 1.67). Total contribution of X to Y was 0.0025%. b. Perception on implementation of environmental activities gave a significant contribution to the attitude of students in environmental activities (t count > t table = 2.554 > 1.67). Total contribution of X to Y was 8.53%. c. Attitude gave a significant contribution to participation of students in environmental activities (t count > t table = 3.890 > 1.67). Total contribution of X to Y was 15.207%. d. Knowledge on environment did not provide a significant contribution to participation of students in environmental activities ( t count < t table = 1.51 < 1.67). Total contribution of X to Y was 3.17%. While perception concerning a problem, support, understanding, use, and follow-up of environmental activities provided significant contributions to participation of students in environmental activities (t count > t table = 4.093 > 1.67). Total contribution of X to Y = 19.49%. Based on the result of the tests on the hypotheses, it may be concluded that the knowledge on introduction to environmental issues, evidently does not affect significantly the participation of students in environmental activities. However, perception and attitude have been proved to be of influence on the participation of students in environmental activities, although the contribution of X to Y is rather small. Perhaps, participation is more influenced by consciousness, interest and willingness of the students. Nevertheless the knowledge on environment taught to the students will influence their attitude and the way of thinking in facing environmental problems.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library