Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Zahreni
"PT. X merupakan organisasi profit yang bergerak di industri hilir perminyakan Indonesia. Dalam rangka meningkatkan keuntungan kompetitif dan meraih kesuksesan bisnisnya, PT. X berharap seluruh karyawannya, terutama yang berada di bawah Divisi Trading menghasilkan kinerja di atas rata-rata. Namun, harapan ini tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, karena pada kenyataannya hasil penilaian kinerja karyawan pada divisi ini menunjukkan hasil yang kurang optimal dan hanya memenuhi 60%-70% harapan perusahaan. Hal ini lebih lanjut berpengaruh terhadap pemenuhan target penjualan divisi karena kinerja yang kurang efektif dan optimal ini mengakibatkan kegagalan salah satu aktivitas perdagangan dalam divisi ini.
Sistem pengelolaan sumber daya manusia yang dijalankan selama ini disinyalir menjadi penyebab dari permasalahan ini. Oleh karena itu, pada tugas akhir ini diusulkan untuk menggunakan pendekatan kompetensi sebagai dasar dalam pengelolaan SDM di PT. X. Namun, dikarenakan keterbatasan-keterbatasan tertentu, maka tidak memungkinkan untuk menerapkan pendekatan kompetensi pada seluruh divisi di PT. X. Oleh karena itu, diberikan altemalif usulan untuk membuat model kompetensi Divisi Trading sebagai representasi kegiatan inti PT. X.
Metode yang dipergunakan dalam penyusunan model kompetensi ini adalah metode desain studi singkat dengan menggunakan expert panel atau yang lebih seing disebut sebagai job competency assessment (JCA). Tahapan penyusunan meliputi: tahap persiapan awal, mengumpulkan data bersama dengan expert panel, identifikasi kompetensi, analisa data, dan finalisasi.
Hasilnya diperoleh model kompetensi untuk Divisi Trading yang terdiri Bari 4 kompetensi inti, yaitu Customer Service Orientation, Achievement Orientation, Teamwork and Cooperation, Professional Integrity dan 7 kompetensi spesifik, yaitu Impact and Influence, Interpersonal Understanding, Relationship Building, Analytical Thinking, Information Seeking, Technical Expertise dan Developing Others. Model kompetensi ini nantinya akan dipergunakan sebagai dasar dalam aktivitas-aktivitas pengelolaan SDM di PT. X, terutama untuk seleksi, penilaian kinerja, serta pelatihan dan pengembangan karyawan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuniek Yuniati
"Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan dalam rangka menghadapi tuntutan perubahan dan terutama mencapai tujuan adalah dengan meningkatkan produktivitas dan efektivitas kinerja para karyawannya. Dalam kenyataannya, karyawan memiliki kinerja yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Cascio (2003) menyatakan bahwa hasil dari pengamatan terhadap sejumlah individu yang sama-sama melakukan suatu jenis pekerjaan menunjukkan bahwa beberapa diantaranya bekerja lebih efektif dibanding yang lain.
Menghadapi kenyataan tersebut, perusahaan membutuhkan suatu sistem yang dapat digunakan dalam mengawasi dan mengevaluasi kinerja karyawan sehingga pihak manajemen dapat memastikan sejauh mana kinerja karyawan mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Sistem ini dikenal dengan penilaian kinerja karyawan. Penilaian kinerja merupakan suatu upaya meninjau kekuatan dan kelemahan individu atau kelompok dalam melaksanakan pekerjaan sehingga dapat ditentukan efektivitas kinerjanya (Cascio, 2003 & Ivanchevich, 2001).
Perusahaan N sebagai sebagai salah satu perusahaan yang sedang berupaya mengembangkan diri dan meningkatkan daya saing ditengah bisnis perikianan, saat ini sedang menghadapi tantangan dan permasalahan yang menyangkut kinerja karyawan. Permasalahan utama yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan terbatasnya data dan informasi yang akurat dan aktual tentang kinerja karyawannya. Permasalahan ini kemudian memicu munculnya permasalahan-permasalahan Iain yang berdampak pada kesulitan pihak manajemen dalam menentukan kebijakan dan keputusan di bidang somber daya manusia.
Berdasarkan hasil analisa terhadap permasalahan perusahaan N, diketahui bahwa perrnasalahan yang dialami perusahaan N umumnya disebabkan oleh dua hal yaitu: Pertama, tidak adanya suatu sistem evaluasi yang dapat memberikan informasi dan umpan balik tentang kinerja karyawan, dan kedua, tidak adanya standar atau kriteria yang jelas tentang kinerja seperti apa yang diharapkan perusahaan. Oleh karena itu, usulan yang dijadikan solusi pemecahan masalah perusahaan N adalah sebuah rancangan penilaian kinerja yang nantinya diharapkan dapat digunakan perusahaan sebagai alat evaluasi kinerja karyawan.
Rancangan formulir penilaian kinerja yang diusulkan menggunakan metode graphic rating scale_ Pihak yang menjadi penilai merupakan atasan langsung dari karyawan yang bersangkutan dan pelaksanaannya dilakukan dalam periode satu tahun dengan penilaian sementara di awal semester . Format penilaian menggunakan kombinasi dari penilaian kuantitatif dan kualitatif sehingga dalam format penilaian terdapat kolom penulisan angka dan penulisan esai. Format penilaian diakhiri dengan kolom tanda tangan dari pihak karyawan maupun atasan sebagai tanda persetujuan kedua belah pihak atas penilaian yang diberikan.
Selain usulan rancangan, selanjutnya juga diajukan rencana langkahlangkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja mulai dari penyusunan hingga evaluasi. Langkah-langkah tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu; tahap persiapan, tahap penyusunan, tahap ujicoba dan terakhir tahap evaluasi. Keseluruhan rangkaian tahapan kegiatan tersebut direncanakan akan memakan waktu selama kurang lebih dua bulan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hijriyati Cucuani
"Setiap perusahaan memiliki tujuan. Samna bagian di perusahaan, memiliki peranan dalam mencapai tujuan tersebut. Setiap bagian berusaha untuk memberikan output yang menjadi tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin karena output dari setiap bagian akan menjadi input bagi bagian lainnya. Apabila suatu bagian tidak mampu menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan, maka bagian Iainnya juga akan terkena dampaknya. Sehingga, apabila terjadi masalah di suatu bagian pada perusahaan, hendaknya segera diselesaikan dengan cepat dan tepat agar tidak sampai merugikan perusahaan.
Masalah di dalam Divisi Administrasi Keuangan PT. X mengakibatkan Divisi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan Divisi lain dalam mencapai tujuan perusahaan. Masalah yang terjadi pada Divisi ini antara lain; cara kerja karyawan yang kurang teliti dan tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, tidak memiliki pengetahuan yang dibutuhkan pada pekerjaannya dan kurang dapat bekerja sama dengan baik. Sebagian besar karyawan Divisi tersebut memang merupakan lulusan SMU yang belum memiliki pengalaman bekerja. Sehingga pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya menyelesaikan togas dengan baik masih kurang. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan adalah dengan memberikan pelatihan.
Pelaksanaan pelatihan membutuhkan uang, biaya dan tenaga. Agar tidak sia-sia, sebelum memberikan pelatihan pada karyawan, hendaknya dilakukan analisis kebutuhan pelatihan. Dengan demikian, akan akan diketahui apakah pelatihan memang dibutuhkan. Jika benar, maka dapat diketahui pelatihan apa yang dibutuhkan dan siapa yang membutuhkan pelatihan tersebut. Analisis kebutuhan pelatihan terdiri dari tiga tahapan, yaitu analisis organisasi, analisis tugas dan analisis personalia. Dengan dilakukannya analisis kebutuhan pelatihan, pelatihan yang diberikan akan lebih terarah dan berguna."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17420
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Permata
"Rumah Sakit "X" yang merupakan rumah sakit umum pusat terbesar dan sudah cukup tua di Indonesia, saat ini sedang melakukan usaha perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Salah satu usaha perbaikannya adalah dengan mengadakan perbaikan pada perawatan Intensive Care Unit (ICU). ICU yang saat ini berada dibawah naungan Departemen Anestesi merupakan unit perawatan khusus yang berbeda dari unit perawatan lain. ICU khusus menangani pasien dalam keadaan kritis dan menerima pasien dari unit perawatan lain ataupun kiriman dari rumah sakit lain. Perawat merupakan faktor penting dalam pelayanan keperawatan bagi pasien kritis tersebut. Pemberian perawatan yang intensif pada pasien dan juga kerja sama antar perawat dan dokter sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan pasien. Akan tetapi saat ini perawat belum menunjukan sikap pelayanan yang memuaskan, baik pada pasien dan keluarga maupun kepada atasan, dokter dan juga rekan kerja. Berdasarkan dari hasil wawancara dan hasil pengamatan, penulis mendapatkan informasi bahwa hal tersebut disebabkan karena beberapa permasalahan, salah satu diantaranya adalah luasnya cakupan pengawasan pada periode kepemimpinan sebelumnya yang menyebabkan tidak memungkinkannya atasan untuk memberikan pengawasan serta feedback kepada perawat dalam rangka meningkatkan keterampilannya. Alasan lainnya adalah seleksi perawat yang tidak mempertimbangkan kompetensi Customer Service Orientation yang seharusnya dimiliki oleh perawat dan juga belum adanya program pelatihan khusus untuk meningkatkan keterampilan tersebut.
Salah satu cara untuk merubah sikap perawat adalah dengan memberikan pelatihan kepada perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan juga keterampilannya dalam hal pelayanan berfokus pelanggan. Setelah dilakukan analisis kebutuhan, maka diketahui bahwa perawat perlu ditingkatkan keterampilan interpersonalnya agar dapat lebih ramah, sigap, dan juga memahami kebutuhan pelanggan pada saat bekerja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17869
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Nilam Kencana Aditama
"Kompensasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi motivasi bekerja seorang karyawan. Walaupun tidak termasuk ke dalam faktor yang akan membuat seorang karyawan puas, namun kompensasi yang dirasa tidak adil akan menimbulkan turunnya motivasi bekerja seorang karyawan yang tentu saja akan berpengaruh pada kinerjanya. PT. C merupakan sebuah institusi pendidikan yang sedang berkembang. Untuk meningkatkan kualitasnya, PT C berusaha untuk merekrut karyawan yang terbaik. Namun, terjadi kecemburuan dari karyawan yang telah lama bekerja dengan karyawan baru. Karyawan yang telah lama bekerja merasa bahwa gaji yang diterima karyawan baru jauh lebih tinggi. Hal ini terjadi karena karyawan yang baru memiliki kompetensi yang lebih baik dari karyawan lama. Permasalahan yang terjadi pada PT C merupakan akibat dari tidak adanya kesetaraan internal pada pemberian kompensasi. Karyawan merasa terdapat ketidakadilan dalam pemberian kompensasi, yang setelah ditelusuri lebih lanjut disebabkan oleh tidak adanya pedoman yang jelas pada PT. C dalam mengatur pemberian kompensasi.
Metode pemberian kompensasi yang dirasa tepat untuk menyelesaikan masalah pada PT. C adalah metode competency based pay. Metode ini merupakan metode pemberian kompensasi yang menggunakan kompetensi sebagai landasan pemberian kompensasi. Pembuatan metode ini dimulai dari mengidentifikasi faktor kunci yang kemudian dikonversikan menjadi kompetensi, kemudian menentukan persentase dari tiap - tiap kompetensi berdasarkan visi, misi dan deskripsi jabatan. Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah menggolongkan kompetensi - kompetensi tersebut, yang akan berguna untuk melakukan perhitungan gaji. Setelah langkah - langkah tersebut dilakukan, maka perlu dilakukan uji coba program competency based pay kepada guru TK PT C."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini berfokus pada kepuasan kerja pada polisi wanita yang berdinas di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Aspek yang ingin dilihat dari penelitian ini adalah hubungan stres dan kepuasan kerja. Stres dalam penelitian ini ada dua, yaitu stres kerja dan work-family conflict. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner dengan menitipkannya kepada rekan yang memiliki kenalan polisi wanita dan memberikan kuisioner di empat Polres, yaitu Polres Jakarta Timur, Polres Jakarta Pusat, Polres Jakarta Barat, dan Polres Depok. Dari 126 kuisioner yang disebar, hanya 88 partisipan yang datanya dapat diolah karena memenuhi kriteria partisipan dalam penelitian ini. Teknik statistik yang digunakan adalah korelasi Pearson, yang betujuan untuk melihat adanya hubungan yang berarti dari dua variabel (Guilford & Frutcher, 1978).
Dari analisis terhadap hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: 1) Terdapat hubungan yang negatif signifikan antara stres kerja dan kepuasan kerja. Hal ini berarti, semakin tinggi stres kerja yang dialami oleh polisi wanita maka semakin rendah kepuasan kerjanya dan sebaliknya; 2) Terdapat hubungan yang negatif signifikan antara work-family conflict dan kepuasan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi work-family conflict maka semakin rendah kepuasan kerjanya dan sebaliknya.

This research focused on job satisfaction in policewomen works in Jakarta and surrounds. There are two aspects of stress this research seeks, the effect of work stress and work-family conflict on job satisfaction. The information acquired from questionnaire given to policewomen in two ways. First way is by giving them through some contact persons. Secondly, researcher came directly to four Police Resorts (Three Police Resorts in Jakarta and one Police Resort in Depok). From 126 questionnaires given, only 88 can be counted statistically because they met the requirements of this study. By using Pearson's Product Moment Correlation, researcher can find out the correlation between two variables (Guilford & Frutcher, 1978).
The following are two research results: 1) there are negative and significant correlations between stress work and job satisfaction. This means higher stress work correlated with lower job satisfaction and reverse; 2) there are negative and significant correlations between work-family conflict and job satisfaction. It refers that higher work-family conflict correlated with lower job satisfaction and reverse."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
158.7 MAG h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ketty Stefani
"Skripsi ini membahas mengenai peran besar perempuan dan alam dalam menunjang semua aspek kehidupan, keduanya merupakan sumber daya strategis yang dapat menunjang kelangsungan hidup semua elemen di bumi. Namun dominasi budaya patriarki telah merepresi eksistensi perempuan dan alam sebagai sumber kehidupan. Dominasi patriarki ini dikritik oleh ekofeminisme karena telah menghilangkan relasi spiritual perempuan dengan alam. Alam hanya dimaknai sebagai instrumen pemenuh kebutuhan hidup manusia, karena itu kegiatan konsumsi atas alam dianggap wajar dilakukan walaupun bersifat eksploitatif. Pelabelan citra perempuan sebagai konsumen terbesar mengakibatkan perempuan kehilangan nilai-nilai tradisionalnya. Perempuan juga mengalami domestikasi peran sosial yang identik dengan pemenuhan kebutuhan hidup dan kegiatan konsumsi, karena itulah perempuan dituduh sebagai konsumen perusak alam. Untuk mengakhiri permasalahan ini ekofeminisme menawarkan solusi etika kepedulian, relasi interdependency dalam tindakan nyata penyelamatan alam yang dapat dilakukan oleh semua manusia untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan bebas dari bias gender.

This thesis is a study about the large role of women and nature in supporting all aspect of life. Both are a strategic resource that holds the life of all elements on earth. But, the dominating patriarchal culture has repressed women and nature?s existence as the source of life. This domination is criticized by the ecofeminism because of it vanished away the spiritual relations between women and nature. The nature is regarded as no more than an instrument that fulfills the needs of human, and because of that consumption is viewed as natural even though it is sometime exploitative. Women?s image branding as the biggest consumer has resulted in them losing their traditional values. They are also experiencing a domesticated social role that is identical with fulfilling needs and consuming, and because of that they are accused as the one who destroyed the nature. To end this problem, ecofeminism offered social ethic cares, an interdependency relationship in the act of saving nature that can be done by all human to form a life in harmony and free from gender bias."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16174
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suparto
"Keberadaan epistemologi, sebagai bagian dari filsafat sistematis, adalah untuk mengkaji pengetahuan manusia secara mendasar, menyeluruh dan umum. Dalam sejarah perkembangan filsafat, sudah banyak aliran epistemologi yang muncul. Kemunculan suatu aliran epistemologi mencoba untuk memperbaiki keberadaan teori epistemologi yang telah ada. Hal ini adalah perkara yang alamiah. Karena pada hakikatnya pengetahuan manusia itu merupakan kumpulan/akumulasi dari pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Artinya pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para pendahulu akan memberi sumbangan yang berarti bagi pengetahuan manusia pada masa selanjutnya. Hal ini tidak harus selalu dipahami bahwa pengetahuan yang telah ada itu senantiasa diterima sebagai suatu kebenaraan yang sudah jadi, tetapi lebih kepada bentuk kebenaran yang masih sedang menjadi (becoming truth). Masih terdapat peluang untuk menjadikan pengetahuan yang telah ada tersebut menjadi pengetahuan yang memiliki nilai benar yang lebih baik. Usaha ini dilakukan oleh manusia sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang senantiasa ingin mengetahui sesuatu yang baru yang belum pernah mereka ketahui. Hal ini akan senantiasa terjadi dalam sejarah peradaban manusia, dalam bidang apapun. Immanuel Kant adalah seorang filosof zaman modem yang mencoba mengkritisi pemikiran yang sedang berkembang pada masanya. Rasionalisme adalah aliran filsafat (terutama epistemology) yang sedang berada di puncak kejayaan pada masa itu yang banyak diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Jarman. Sementara diseberang lautan (di Inggris), empirisme juga sedang mengalami hal yang sama. Mereka masing-masing mengklaim sebagai pihak yang paling benar dalam hal epistemologi. Namun demikian Immanuel Kant tidak mengikatkan diri kepada salah satu aliran tersebut. Kant mengambil jarak dengan keduanya. Ia memutuskan untuk mengkaji batas-batas kemampuan rasio manusia untuk mampu mengetahui. Ia menamakan hal ini dengan filsafat kritis (critical philosophy), Itulah salah satu yang menyebabkan ia berbeda dengan filosof yang lain. Immanuel Kant menyatakan bahwa rasio manusia hanya mampu menangkap hal-hal yang bersifat gejala (fenomena) saja. Rasio manusia hanya mampu memahami sesuatu yang berada dalam jangkauan ruang dan waktu. Sementara sesuatu yang berada di luar jangkauan ruang dan waktu, rasio manusia tidak mampu menangkapnya. Namun demikian, rasa pesimisme yang dimiliki oleh Immanuel Kant terhadap potensi rasio ini tidak berarti bahwa rasio itu tidak penting. Rasio memiliki tempat yang sangat panting dalam filsafat Kant. Rasio merupakan sarana yang dengannya manusia mampu menemukan dirinya sebagai manusia yang merdeka, manusia yang terbebaskan, dan manusia yang tercerahkan. Dengan rasiolah manusia mampu berpikir. Dengan rasiolah manusia mampu memberi atribut terhadap sesuatu yang datang kepadanya. Dengan rasiolah manusia mampu keluar dari belenggu_-belenggu yang ada di dalam dirinya. Penggunaan rasio di wilayah yang memungkinkan kita untuk tidak tersubordinasi oleh pihak lain,oleh Kant dinamakan penggunaan rasio secara publik (public use); sementara penggunaan rasio pada saat kita tersubordinasi oleh sebuah sistem, oleh Kant disebut penggunaan rasio secara prifat (private use). Pada tataran kita tersubordinasi oleh sebuah sistem, Kant tidak menyarankan kepada kita untuk menurut begitu saja terhadap pemikiran yang dimunculkan oleh sistem tersebut, tetapi kita wajib untuk menyesuaikannya dengan fungsi rasio secara publik. Dalam perkembangan selanjutnya, dalam tataran praksis, fungsi rasio mengalami penyimpangan. Rasio dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk merasionalkan sesuatu yang sebenamya tidak rasional. Rasio yang semula sebagai pemandu manusia untuk keluar dari keterkungkungan terhadap hal-hal yang tidak rasional, kini ia telah menjadi belenggu Baru bagi manusia. Manusia telah memitoskan rasio. Suatu keadaan yang paradoksal. Pada tataran praksis yang lain dimana kemajuan ilmu pengetahuan demikian pesat, berdampak terhadap sikap manusia dalam mengambil keputusan. Manusia, ada kalanya, dalam mengambil keputusan tidak lagi berdasarkan kepada putusan-putusan rasionalnya , tetapi lebih tergiur kepada citra yang disajikan dan dimunculkan oleh media. Hal ini bermakna bahwa manusia yang hidup pada masa pencerahan tidak dengan sendirinya memiliki pikiran yang tercerahkan, kalau rasio sebagai parameter tercerahkan atau tidak tercerahkannya manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S16035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Zelvita T.
"Kecemasan beberapa kalangan atas krisis ekologi pada dasawarsa terakhir ternyata membawa dampak yang signifikan secara teoritis. Karena ternyata terdapat permasalahan yang lebih fundamental di balik fakta krisis ekologi yaitu, krisis persepsi. Paradigma antroposentris-instrumental yang digunakan ternyata merupakan biang masalah, karena di dalam model berpikir ini terdapat kerangka konseptual opresif yang mengabaikan relasi manusia dengan alam. Paradigma ini hanya memandang alam sebagai sumberdaya dan bernilai sebatas kemanfaatannya bagi manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan paradigma. Permasalahan seputar Mengapa terjadi pergeseran paradigma ? Apa alternatifnya? Apa kelebihan konsep tersebut dan apa relevansinya secara teoritis ? adalah pertanyaan yang coba dijawab dalam skripsi ini. Penulisan skripsi ini difokuskan pada konsep dan gerakan deep ecology yang muncul sebagai kepedulian etis dengan mempertanyakan asumsi di balik permasalahan. Deep ecology merupakan usaha untuk merubah cara pandang antroposentris. Ide deep ecology, menurut penggagasnya, Arne Naess, lahir dari kepedulian atas relasi dominan yang eksploitatif. Perubahan paradigma ini dimulai dari kesadaran psikologis manusia akan posisi ontologis alam. Relasi yang terjalin memberikan konsekuensi etis yang berdampak besar dalam objektivitas ilmu pengetahuan. Sementara gerakan deep ecology sendiri merupakan aktualisasi komitmen dari konsekuensi etis dalam kehidupan sehari-hari. Metode dari penulisan skripsi ini adalah deskripsi interpretatif dari analisis atas literatur karya Naess tentang deep ecology. Dalam pembahasan ini ditemukan bahwa Deep ecology sendiri yang menolak paradigma antroposentris, tak terelakkan merupakan ekstensifikasi dari etika antroposentris. Deep ecology dianggap sebagai gerakan radikal karena memperluas cakupan moralnya tidak terbatas pada manusia tapi pada keseluruhan komunitas ekologis. Relevansi teoritis dari konsep deep ecology adalah tidak berkutat di tataran teoritis tapi diaktualisasikan pada komitrnen etis dalam gaya hidup seseorang. Agar fondasi etikanya otonom, deep ecology menganggap bahwa tiap anggota komunitas ekologis memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik yang dimaksud adalah nilai yang terdapat pada entitas, tidak tergantung pada fungsi entitas tersebut bagi manusia. Konsep mengenai nilai.intrinsik disuntikan oleh deep ecology karena nilai fungsional dari alam merupakan alasan sikap dominasi manusia terhadap alam. Perluasan nilai kemanusiaan yang tidak terpisahkan dari alam oleh Naess dituangkan dalam ecosophy Tnya. Dan kerangka filsafat personal ini, Naess menganjurkan perubahan paradigma dilandaskan pada ecosophy personal yang sesuai dengan logika derivasi. Tujuan dilakukan penulisan skripsi ini adalah mengangkat konsep deep ecology Arne Naess sebagai alternatif dari paradigma antroposentris yang sarat dengan dominasi.

Abstract
Public anxiety of environmental crisis in late decade, brings significant impact in realm of theoritics. Appearently it is because the underlying assumptions behind environmental problem, a crisis of perception. Instrumental-antropocentric view, which is used by science is the source of problems, because in this way of thingking exists opresif conceptual framework which neglect the man and nature relations. These paradigm viewing nature as resources and valued according its used for human purposes. The emergence of deep ecology idea and its movement as ethical concern which is questioning the underlying assumption behind the problem. Deep ecology is an effort to change the antropocentric way of thingking with non antopocentric approach. The deep ecology idea, according to the founder, Arne Naess, is born because the concerning of exploitative dominance relations. Formerly, this change of paradigm begin from human self-awareness for nature ontological position. The interconnectedness between man and nature produce ethical consequences which also give a big impact in science objectivity. While, the deep ecology movement itself commited for actualization in our daily life. Unavoidable, deep ecology is an ethical extension of antropocentric ethics. Deep ecology viewed as radical movement because extent the moral consideration not only in human but also to entire enviromental community. Deep ecology not ceased in theoritical realm but also derived its idea in ethical commitment in personal lifestyle. So, in order that the ethical foundation autonomous, deep ecology consider that natural world has intrinsic value. Intrinsic value mean valuing nature in and of itself. These value is independent and not depend on the function of the entity for human purposes. The intrinsic value concept incited by deep ecology because the instrumental value of nature was the reason of human domination. The extension of humanity is unseparable from nature. These idea is translating in Naess Ecosophy T . From this personal philosophical framework, Naess propose the change of paradigm based in personal ecosophy which suitable with derivational logic. Keywords : Ethical extension, interconnectedness, web of life, deep ecology, ecosophy T, gestalts, self-realisation, intrinsic value, community, contextual identity, biospheric egalitarianism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S16078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>