Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jimmy Liman
"Penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1981 dan langsung seninbul-kan kepanikan dalan kalangan kedokteran AIDS disebabkan olèn virus dari golongan Retrovirus yang disebut Hunan Jezuno-deficiency Virus (HIV), yang memerlukan dan menginfeksi sel T helper limfosit untuk replikasinya, Virus ini dapat melalui savar darah otak dengan cara melalui nel makrofag yang terinfeksi stau melalui sel endotel pembuluh darah otak. AIDS menyebabkan gangguan sister inunitas tubuh, sehingga terjadi penurunan imunitas yang berat, akibatnya timbul infeksi oportunistik dan neoplasma yang tidak biasa terjadi Selain itu AIDS Juga menye-babkan gangguan yang luas pads pisten saraf. Dengan meningkatnys jumlah pasien AIDS dari tahun ke tahun dan kemungkinan enkin meningkatnya kasus AIDS di Indonesia, maka perlu untuk mengetahui penanganan kasun AIDS. Saya selaporkan semua pelanggan saya ketika berada di Sydney, Australia mengenai penderita AIDS dengan gangguan ninten saraf, dan berharap agar dapat menjadi bahan bagi teman nejsuat sekiranya menemukan kasus seperti ini. Dilaporkan sebanyak 30 orang penderita AIDS dengan gangguan sisten saraf, terdiri dari panien prin sebanyak 26 orang (87%) dan pasien wanita sebanyak orang (131), berusia antara 17 sampai 53 tahun, dan diketahui telah terinfeksi oleh HIV selens 3 sampai 6 tahun. Diagnosin ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorius. Kelompok risiko tinggi adalah kaun honoseksual/biseksusl sebanyak 22 orang (73%), pengguna obat intra vens sebanyak 5 orang (17%), heteroseksual sebanyak 2 orang (71) dan penerins transfusi darah sebanyak 1 orang (32). Kelainan neurologis yang didapat berupa ennefalopati pada 20 pasien (27%), myelopati pada 4 pasien (132), neuropati sensorik distal pada 3 pasien (101), toksoplanma nerebral pada 3 pasien (10%), meningitis aseptik pada 3 pasien (10%), meningitis cryptococcus pada 4 pasien (13%), ensefalopati dengan myelopati pada 2 pasien dan meningitis dengan neuropati pada 2 pasien. Senus darah dan cairan otak pasien diperiksa di laboratorion dengan metode ELISA, Inmunafiuorencent dan western blot, dan semuanya memberikan hasil positif, Pemeriksaan serologis untuk toksoplasma dan cryptococcus positif pade 4 dan 3 pasien. Kultur virus lain dari osiran olak memberikan hasil positif berupa CRV pada 3 panien, HSV pada 5 pasien, VZV pada 2 pasien dan EBV pada 1 pasien. Semua AT 200 s timp penderita AIDS diberi terapi dengan AZT 2 jan dan pemeriksaan darah dilakukan dengan teratur, mengingat AZT sangat toksik terhadap sunsun tulang.

The Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) has had such dramatic impact on the practice of medicine, when it first appeared less fewer than ten years ago. AIDS and the virus, husan inmunodeficiency virus (HIV), that is responsible for AIDS is a Retrovirus and needs infeated T helper lymphocyte for its replication and could pass the blood brain barrier through infected nacrophag or via endothelial cells. These cause a wide spectrum of neurologic problems and immunologic decrease. cause infections and unusual neoplase opportunistic that As this epidemic continues it will become increasingly important to manage thone problems. I have tried to write down my experience in Sydney, Australia when I denled with patients suffering from AIDS and bas neurologic complications, and hope that will be useful to our colleagues who will be obliged to deal with patients suffering from neurologic complications of AIDS in the future. A total of 30 AIDS patient with neurologic involvement were examined. Among thes were 26 talos (871) and 4 fenales (133) aged between 17 to 53 years, and being infected with BIV for 3 to 6 years. The diagnosin based on previous history of risk factor, physical examination and laboratory investigations. The high risk group were homosexual/bisexual people in 22 patients (73%), followed by intravenous drug abusera with 5 patients (17%), heterosexual with 2 patients(7X) and recipient of blood transfusion with 1 patient (31). Neurological complications were encephalopathy in 20 patients(27%), myelopathy in 4 patients (13%), distal sennoric neuropathy in 3 patients (10%), cerebral toxoplasmosis in 3 patients (10%), aseptic meningitis in 3 patients (10%), cryptococcal meningitis in 4 patients (13%), encephalopathy with myelopathy in 2 patients and meningitin with neuropathy in 2 patients. Laboratory investigations for HIV confirmed with ELISA test, immunofluorescent assay and western blot from blood serum and CSF showed positive result in all patiente. Another serological exan-ination for toxoplasma and cryptococcus gave positive result in thone 4 and 3 patienta: Viral culture from OSP bas CKV in 3 patients, HSV in 5 patients, VZV in 2 patients and EBV in 1 patient. All of thene AIDS patient were treated with AZT 200 eg every 4 hours and haematologic pattern should be carefully examined because AZT is toxic to bone marrow."
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan Solichien
"Latllr belakang : Stimulasi auditorik sebagai wahana perangsangan neurorestoratif terhadap penderita cedera kepala sudah banyak dilakukan di luar negri,dengan hasil yang cukup memuaskan, di Indonesia hal ini belum pemah dilakukan. . Metodologi : Penelitian bersifat deskriptif analitik, dengan metode before and after secara cross sectional, dari 54 penderita cedera kepala sedang yang lama kehilangan kesadaran lebih dari 6 jam dengan Skala Koma Glasgow 9- 12, diukur nadi sebelum dan selama diberikan berbagai stimulasi auditorik, yang meliputi suara burung, musik dangdut, suara famili, dan musik pop. Hasil penelitilln : Jumlah penderita pria 51 (94.4%), wanita 3 (5.6%) dengan tingkat pendidikan terbanyak SD (44.4%) , usia terbanyak 21-25 tahun (40.8%) dan terbanyak berasal dari suku Sunda (37o/o). Nilai rerata nadi dasar 94.56 denyut/menit, dengan stimulasi suara burung 96.73 denyut/menit, dengan stimulasi musik dangdut 98.00 denyut/menit, suara famili 98.82 denyut/menit dan suara musik pop 94.63 denyut/menit. Analisa statistik menggunakan student T test menghasilkan suara famili mempunyai pengaruh terkuat p=O.OOI KI 95% (-6.705,-1,827) disusul suara musik dangdut p=0.005 KI 95% ( -5.801/-1.093) dan suara burung p=0.043 KI 95%, (-4.275,-0.074). Sedang suara musik pop tidak mempunyai pengaruh yang bennakna p=0.629 Kl 95% ( -0.823.0.502). Kesimpulan : Stimulasi auditorik mempunyai pengaruh terhadap frekuensi nadi penderita. Pengaruh berbagai stimulasi bersifat individual dan tidak semua stimulasi auditorik mempunyai pengaruh yang bermakna secara statistik. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah pengaruh tersebut dapat meningkatkan/mempercepat kesadaran penderita.

Background : The effect of Auditory stimulation on pulse frequency in moderate closed head injury has never been done in Indonesia . 1-Jethods: The material consist of 54 patients (51 male and 3 female) who had lost conciousness more than six hours with GCS 9-12. Pulse frequency was measured before and during auditory stimulation with bird sound , dangdut music, family voices and popular music. ResulJ : Mean base pulse rate 94 .56/min . During auditory stimulation mean pulse with: bird sound 96.73/min, dangdut music 98/min , family voice 98.82/min, popular music 94.63/min. Statistic analysis with student t test revealed significant increased of pulse frequency in family voice (p=O.OOI), dangdut music (p=0.005) and bird sound (p=0.043). Popular music did not show significant changes of the pulse frequency (p=0.629). Conclussion: Family voice, bird song, dangdut music effected significant in pulse frequency increased.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1997
T58416
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wid Patria Wijaya
"Latar belakang. Cedera kranio-serebral (CK) masih menjadi masalah kesehatan dan sosial yang besar karena akibatnya menyangkut kerugian sumber daya manusia dan materi yang besar Oleh sebab itu penatalaksanaan penderita CK haruslah menjadi perhatian kita untuk mencegah terjadinya kematian dan kecacatan. Disamping pemeriksaan penunjang yang ada seperti CT-scan saat ini juga disebutkan pemeriksaan kadar enzim NSE yang diketahui merupakan enzim glikolitik yang predominan terdapat dalam sitoplasma neuron dan akan lepas kedalam cairan tubuh (darah dan LSS) apabila terjadi kerusakan sel neuron, sehingga oleh beberapa peneliti NSE ini dijadikan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan neuron. Metodologi. Diteliti 60 penderita CK tertutup derajat sedang dan berat (GCS 12-3) di RSUPN Ciptomangunkusumo jakarta sejak Agustus 1997-Januari 1998, umur 17-45 tahun, dengan gambaran kontusio pada CT-scan serta tidak mendapatkan tindakan operasi dan tanpa komplikasi sistemik. Penilaian GCS: 6 jam pasca tindakan resusitasi, pengambilan sampel darah vena: 10 jam pasca trauma Pemeriksaan NSE dilakuka dilaboratorium Prodia dengan metode NSE Enzyme Immuno Assay. Kadar normal NSE orang dewasa sehat ≤13,2 ng/ml. Keluaran adalah: hidup / mati selama 2 minggu pasca trauma. Hasil Dari 60 penderita, terdapat 50 pria dan 10 wanita, tidak ada perbedaan bermakna terhadap proporsi kematian antara pria dan wanita (p>0,05) Terdapat perbedaan bermakna terhadap kejadian kematian pada kelompok penderita dengan NSE>13,2 ng/ml dan kejadian kematian 2,5 kali lebih besar (RR 2,5 ). Secara keseluruhan didapatkan risiko kematian semakin besar dengan semakin tinggi usia, semakin rendah GCS dan semakin tinggi kadar NSE. Kesimpulan. Pemeriksaan kadar NSE serum pada penderita CK fase akut dapat merupakan indikator kerusakan jaringan otak yang terjadi. Semakin tinggi kadar NSE serum, maka semakin besar kerusakan yang terjadi dan semakin buruk keluaran.

Bllckgrollnd. Head injury ( HI) constitutes major health and social problems since its consequences are loss in human resources and material. Therefore management of HI patients should be the focus of our attention to prevent mortality and disability. In addition to the supporting examination, such as CT -scan, currently there is also an examination ofNSE enzyme content, wich is known as glycolitic enzyme, predominantly found in neurone cytoplasm and will be released into body fluid ( blood and Cerebro spinal fluid/CSF ) when neuronal damage occurred. Consequently some researchers use NSE as a means for examining the extent of neuronal damage. Methodology. Research was conducted on 60 moderate and severe HI patients ( GCS : 12 - 3 ) at Cipto Mangunkusumo Hospital-Jakarta from August 1997 until January 1998, age: 17 - 45 years, with contusion image at CT -scan and not subject to surgery, without systemic complication. GCS evaluation: was done 6 hours after resuscitation, sample of venous blood was taken: 10 hours after trauma. NSE examination was conducted at Prodia laboratory with NSE enzyme immuno assay method. The NSE content for healthy adults is ::; 13,2 nglml. The outcome is : alive I dead during the first two weeks after trauma. Results. The material consisted of 60 patients (50 males and 10 females ); no significant difference was found in the proportion of mortality between male and female ( p>0,05 ). There was a significant difference in mortality among the patients in the group with NSE > 13,2 ng/ml and the mortality incidence in the group with NSE > 13,2 ngiml was 2,5 times higher than the group with normal NSE concentrtion ( RR = 2,5 ). This sample showed mortality rate was higher in the older patients, in the group with lower GCS score and those with higher serum NSE. Conclllsion. The examination of NSE serum ( S-NSE ) in the acute stage of HI patients can be used as an indicator of the severity of brain damage. The higher of NSE serum, the more extensive the damage and the worse outcome will encounted."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heryanti Satyadi Sutrisna
"Stroke dikenal sefama ini sebagai kelumpuhan separuh badan,
gangguan bicara, hingga berakibat pada kematian. Korban stroke kalau
tidak meninggal biasanya menjadi cacat sehingga menjadi beban bagi
keluarganya. Stroke lebih banyak dikaitkan dengan tekanan darah tinggi
atau hipertensi serta penyakit kardiovaskuler yang berkaitan dengan
jantung dan pembuluh darah yang diderita oteh orang~orang lanjut usia_
Pada kenyataannya, stroke menyerang siapa saja, terlepas dan kelompok
usia atau sosial ekonomi tertentu. Hasil survei ?Kesehatan Rumah Tangga'
tahun (995 memperlihatkan bahwa stroke dan penyakit kardiovaskuler
lainnya adalah penyebab paling banyak kasus kematian pada kelompok
usia 35 tahun. Stroke' dianggap menyerang orang secara tiba-tiba, tetapi sebenamya ada faktor-faktor yang dapat dijadikan tanda awal teriadinya serangan. Faktor itu disebut faktor risiko. Dengan adanya faktor ini, seseorang akan lebih rentan terserang. Cara yang terbaik untuk mencegah stroke adalah dengan mengendalikan faktor risiko yang masih dapat dikontrol, yaitu: hipertensi, kadar kolesterol tinggi, kegemukan, gangguan tidur, kebiasaan merokok, kurang berolah raga, stres, dan penggunaan pil KB pada wanita. llmu kedokteran berfokus pada faktor ristko yang Iangsung
berhubungan dengan tisik dan kurang memperhatikan keadaan psikoiogis
pasiennya.
Secara teori banyak hal yang dapat menjadi faktor risiko stroke.
Berdasarkan tinjauan kepustakaan, penelitian ini menentukan tujuan untuk melihat sejauh mana peran sires dan sumber sires yang berupa Stressful. Life Event, Stressful Life Styfe, dan Tipe Kepribadian individu Tipe A berperan menjadi faktor nsiko pada terjadinya stroke pada usia muda.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, telah dilibatkan 90 orang
subyek penelitian yang terbagi dalam 2 kalompok, kelompok pertama
adalah 40 pasien pasca stroke yang sedang menjalani rawatjalan di bagian polisaraf rumah sakit RSCM, RSPAD dan RS. POLRI. Kelompok kedua
adalah orang yang bukan pasien, tidak pernah stroke dan aktif bekerja.
Kepada mereka dibenkan alat ukur STR, yang mengukur sires individu
sebeium terjadinya serangan, alat ukur SLE yang mengukur peristiwa hidup penuh stres yang mereka alami sebelum serangan, alat ukur SLS yang mengukur gaya hidup stres yang mereka jalani sebelum serangan, dan alat ukur TA yang mengukur ciri-ciri Kepribadian individu Tipe A. Alat ukurnya semua berbentuk kuesioner. 'Data yang dipero|eh diolah dengan perhitungan nilai untuk mendapatkan gambaran perbedaan individu yang stroke dengan individu yang tidak stroke pada stres dan sumber stres.
Kemudian data diolah dengan multipel regresi untuk mendapat gambaran
seberapa besar peran stres dan sumber stres pada individu penderita
stroke dan individu bukan penderita stroke.
Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti stroke, mengatakan
faktor fisik yaitu hipertensi dan penyakit kardiovaskuler yang berperan sebagai faktor risiko penyebab serangan stroke. Namun sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin membuktikan berperannya faktor psikologis, maka penelitian ini membuktikan pengaruh stres dan sumber stres sebagai faktor risiko. Dengan perkataan lain, keberadaan stres dan sumber stres sebagai faktor risiko, dapat membedakan kerentanan SBSBOFBDQ terhadap serangan stroke Mereka yang mengalami stres dan mengalami keterpaparan terhadap sumber stres mempunyai kemungkinan yang Iebih besar mendapatkan serangan stroke.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan faktor psikologis
sebagai faktor risiko yang berperan secara bermakna dalam meningkatkan
kerentanan seseorang mengalami serangan stroke. Unluk selanjutnya.
Tentu dibutuhkan penelitian-penelitian lebih lanjut untuk menguatkan hasil peneiitian ini. Untuk itu ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai pertimbangan pada penelitian lebih Ianjut, yaitu: alat ukur diperbaiki, sampel diperbanyak memperluas variabel bebas dengan mengikut sertakan faktor psikologis iainnya. Selain itu variabei kontrol yang dapat disertakan sebagai variabel bebas adalah variabel jenis kelamin.
Pada banyak penelitian ditemukan bahwa individu dengan jenis kelamin"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizar Yamanie
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library