Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kustini
Abstrak :
Disertasi ini membahas strategi Buruh Migran Perempuan sebagai ibu ketika ia bekerja di Timur Tengah khususnya Arab Saudi. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif strategi studi kasus. Unit analisis penelitian adalah keluarga, yang kemudian dianalisis melalui perspektif gender. Konsep utama yang digunakan transnational motherhood serta teori konflik keluarga. Hasil penelitian menunjukkan ada empat strategi yang dilakukan oleh Buruh Migran Perempuan. Isu sosial budaya yang berlaku di tempat bekerja memberi pengaruh pada kondisi Buruh Migran Perempuan ketika bekerja serta berpengaruh pada pilihan strategi. Sementara itu, di daerah asal terlihat bahwa pengasuhan anak dilakukan oleh ?ibu pengganti? dengan melibatkan keluarga luas.;
This dissertation discusses about the strategy of Women Migrant Workers as a mother when she works in Middle East especially Saudi Arabia. This research is conducted with a strategy of qualitative approach of case studies. The unit of analysis is the family, which is then analyzed based on gender perspective. The main concept used is transnational motherhood and family conflict theory. The results showed there are four strategies undertaken by Women Migrant Workers. Socio-cultural issues prevailing in the workplace is affecting the condition of Women Migrant Workers while working and influential on the choice of strategy. Meanwhile, in the origin region shows that child care is done by 'substitute mother' by involve the extended family.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulmaida Amir
Abstrak :
ABSTRAK
Inisiatif pertumbuhan diri merupakan keterampilan individu dalam mencari kesempatan untuk tumbuh growth sebagai pribadi. Penelitian ini mengkaji peran keyakinan agama dalam menentukan inisiatif pertumbuhan diri. Keyakinan agama umumnya diteliti melalui religiusitas, sementara dalam Al-Qur rsquo;an cukup banyak ayat yang mendorong agar manusia bertindak progresif memperbaiki kehidupan, yang sejauh ini belum cukup dikaji dalam psikologi. Apakah orang yang meyakini nilai-nilai Islam yang mendorong kemajuan akan lebih baik dalam inisiatif pertumbuhan diri? Pertanyaan ini dijawab melalui religiusitas dan keyakinan pada nilai-nilai Islam progresif dengan meneliti pengaruhnya terhadap inisiatif pertumbuhan diri. Religiusitas merupakan keyakinan kepada Tuhan, praktek ibadah, dan pengalaman religius, sementara keyakinan pada nilai Islam progresif adalah keyakinan akan pentingnya berpikir logis, memperbaiki diri, bekerja keras, dan meyakini kemampuan diri. Penelitian dilakukan terhadap 769 mahasiswa di Jakarta dan Padang, dengan alat ukur berupa skala inisiatif pertumbuhan diri dari Robitschek et.al. 2009, 2012 , skala religiusitas dan skala nilai Islam progresif yang dibuat sendiri. Hasil penelitian menunjukkan, ldquo;religiusitas bersama-sama dengan keyakinan pada nilai Islam progresif berpengaruh terhadap inisiatif pertumbuhan diri rdquo;. Artinya, orang dengan keyakinan Islam yang memiliki kecenderungan aktif memperbaiki diri adalah orang yang cenderung religius dan mempedomani nilai-nilai Islam yang mendorong untuk berpikir logis, aktif memperbaiki diri, bekerja keras, dan meyakini kemampuan diri.
ABSTRACT
Personal growth initiative is an individual skill of seeking opportunities to grow as a person. This study examines the role of religious belief in determining personal growth initiatives. Religious beliefs is generally examined through religiosity, while in the Al Qur 39 an a quite number of verses encourage people to progressively improve their lives, which so far have not been adequately studied in psychology. Do people who believe in Islamic values that promote development will be better at personal growth initiative This question is answered through religiosity and belief in progressive Islamic values by examining its influence on personal growth initiative. Religiosity is a belief in God, a practice of worship, and religious experience, while belief in progressive Islamic values is a belief in the importance of logical thinking, self improvement, hard work, and self confidence. The study was conducted on 769 students in Jakarta and Padang. The personal growth initiative was measured by personal growth initiative scale PGIS II Robitschek et.al., 2009, 2012 . New measures were developed to assess religiosity and progressive Islamic values. The results is religiosity and belief in progressive Islamic values both have a positive influence on personal growth initiative . It means, the people with Islamic beliefs that have active tendency to improve themselves are people who tend to be religious and promote Islamic values that encourage to think logically, actively improve themselves, work hard, and confidence to their self ability.
2017
D2410
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Murtadlo
Abstrak :
ABSTRAK
Globalisasi pendidikan adalah suatu tantangan besar yang harus dihadapi oleh semua institusi pendidikan. Dalam dunia yang berubah, institusi pendidikan harus menghadapi beberapa isu penting. Pertama, Pendidikan harus kompetitif, yang memaksa pelaku pendidikan harus bekerja lebih serius untuk mempertahankan eksistensi lembaga pendidikan mereka; Kedua, lembaga pendidikan perlu mempertimbangkan penerimaan terhadap nilai-nilai humanitas baru seperti pemahaman multikultural dan demokrasi sebagai ihtiar menyiapkan peserta didik memasuki dunia baru; Ketiga, sesuai dengan tuntutan sosial dan pasar, lembaga pendidikan perlu mengambil posisi sedemikian rupa sehingga alumni lulusannya dapat berkompetisi dan terserap pasar. Madrasah adalah salah satu jenis lembaga pendidikan di Indonesia yang mempunyai segmen masyarakat tertentu. Lembaga pendidikan ini mengambil porsi kurang lebih 18-20 % dari layanan pendidikan sesuai dengan jenjang tingkat pendidikannya. Jumlah madrasah di Inonesia kurang lebih 39.469 lembaga. Permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaku madrasah mengambil posisi dalam menghadapi globalisasi pendidikan. Untuk penelitian ini, saya mengambil kasus Madrasah Pembangunan di Ciputat Tangerang Banten. Madrasah ini berhasil membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan alternatif. Siswa-siswinya berasal dari masyarakat urban kelas menengah secara ekonomi, dan lembaga pendidikan itu berhasil memperbaik kinerja dan image secara mengagumkan. Fenomena ini adalah sebuah perkecualian dari kebanyakan madrasah yang cenderung terbatas, memprihatinkan. Penelitian ini menyimpulkan beberapa pernyataan berikut: Pertama, dalam konteks globalisasi di dunia pendidikan, identitas adalah sesuatu yang penting dan menjadi salah satu sumber inspirasi utama untuk pengembangan lembaga pendidikan yang berkarakter dan berkeunggulan. Nama ?madrasah? merujuk pada sebuah jenis pendidikan di Indonesia menjadi nama identitas yang berkontestasi baik secara lokal, nasional maupun internasional. Kedua, madrasah sebagai salah satu jenis lembaga pendidikan di Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi pendidikan harus mempunyai posisi yang sama dengan sekolah umum dalam legalitas dan akses terhadap negara. Kasus Madrasah Pembangunan, karena keberhasilan dalam memposisikan diri.
ABSTRACT
Globalization is one thing that must be faced by all educational institutions. In a changing world, educational institutions must face some crucial issues. First, educational competitiveness is a priority in the current education system which makes educational practitioners work harder in order to maintain the existence of their institutions. Second, educational institutions should take into consideration the new secular/humanity values such as democracy and multiculturalism in their theory and practice. Third, in line with societal demand to match education with the market, education institutions must review its position so that its alumni are able to compete in job market. One of institutional education in Indonesia is education that manage by religious community. There are madrasahs (Islamic schools) that services for about 18-20 % Indonesia schools follows its each levels. The number madrasahs in Indonesia is approximately 39.469 unit (2007). The main research question is how are practitioners of madrasahs facing globalizatian challenges? For this research, I carried out a case study of Madrasah Pembangunan, located in Ciputat, Tangerang. The Madrasah is very successful. It?s students come from urban middle class family and that school has a favorable image and efficient administration. This phenomenon is different from the more common madrasahs found in the country with poor condition and second class in quality. This research concluded to the following statement: first, in the context of globalization, identity issues become important and can even become a source of inspiration for the development of educational institutions that characterized and competitive. The word of ?madrasah? to mention some Islamic schools becomes one identity that contesting in the local, national and international context. Second, madrasah as one of education institution in Indonesia in facing globalization must have same opportunity with the general schools both in position legal claims and in the context of competition. Now, one of madrasahs like Madrasah Pembangunan Ciputat, Tangerang begin ready to follow competition with the others. Third, the position of the state to madrasah preferable concerned to keep benefit of the integration and modernization of the nation's need to drive quality through the helping in financing, management, and direction for developing of Islamic education.
Depok: 2012
D1325
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Fajarini
Abstrak :
ABSTRAK
Disertasi ini menelaah mengenai ketaatan dan Coping Mechanism terhadap pembatasan gerak perempuan di rumah tangga. Para perempuan tersebut tergabung dalam Majelis Taklim Jam?iyyat al Nisa (MTJN). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan para perempuan ke MTJN untuk menghindar dari kehidupan rumah tangga yang menekan, bertemu dengan banyak teman yang senasib, dapat sharing, serta melakukan aktivitas yang ?menyenangkan? seperti ikut kampanye-kampanye parpol atau pilkada, mendapat baju muslim, piknik gratis serta bergosip yang terkadang menjatuhkan nama baik suami. Pergi ke MTJN tidak menyelesaikan masalah rumah tangga mereka, dan merekapun tidak ingin menggugat cerai, karena kondisi menjadi ?janda? mendapat stigma buruk atau cemoohan sosial di masyarakat Tangerang yang berbudaya patriarki. Sebagian besar jemaah menggunakan majelis taklim secara absah sebagai coping mechanism, pelepas penat dan stres yang diakibatkan oleh kehidupan rumah tangga budaya patriarki ? khususnya dalam hal hubungan suami-istri yang menekan.
ABSTRACT
This dissertation analyzes the obedience and coping mechanism under the restriction of women?s role in domestic sphere. These women are members of Jam?iyyat al-Nisa Assembly of Muslim (Majelis Taklim Jam?iyyat al-Nisa ? MTJN). This research is conducted using qualitative method, namely direct observation and in-depth interview. The result of the research shows that these women join MTJN to get away from their repressing domestic life, to meet friends with the same experience, to share their stories, and to do ?fun? activities like joining the campaign of political parties or local elections, getting Islamic clothing and free picnic, as well as gossiping which some times could lead to the embarrassment of their husband. Going to MTJN does not solve their problems, but they are not going to file for a divorce for afraid of the negative ?stigma? of becoming a widow or the social mockery which is common in the Tangerang patriarchal society. Most of Jam?iyyat al-Nisa members use the assembly of Muslim as their legitimate coping mechanism and stress release particularly in the subordinate husband-wife relationship.
Depok: 2012
D1342
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Rini Lesmawati
Abstrak :
Belaskasih dibutuhkan pekerja sosial tetapi belum ada alat spesifik yang mengukur kemampuan tersebut, termasuk memprediksi kompetensi belaskasih calon pekerja sosial. Meski belaskasih dapat dipandang sebagai kompetensi, teori yang ada lebih banyak mendefinisikan belaskasih sebagai emosi Goetz, Keltner, Simon-Thomas, 2010; Lazarus, 1991. Penelitian ini bertujuan mengembangkan alat ukur belaskasih terutama untuk seleksi calon pekerja sosial. Terlebih dahulu penelitian ini merumuskan belaskasih sebagai kompetensi yang terdiri dari hasrat membantu, kearifan membantu dan rencana tindakan membantu. Penelitian ini juga mengembangkan alat ukur kompetensi belaskasih bagi pekerja sosial berpengalaman untuk validasi alat ukur seleksi 100 orang pekerja sosial mengisi alat ukur belaskasih, prediksi belaskasih, spiritualitas, pengalaman emosi positif, nilai, analisis kasus belaskasih dan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian membuktikan bahwa belaskasih dapat diukur sebagai kompetensi. Pengujian reliabilitas menggunakan Cronbach dan diperkuat dengan Confirmatory Factor Analysis. Validasi dilakukan melalui uji validitas terkait kriteria menggunakan Behavioral Event Questionnaire BEQ Belaskasih. Untuk pengujian validitas konstruk hasrat membantu, terdapat korelasi signifikan dengan spiritualitas, pengalaman emosi positif dan nilai universalisme serta nilai kebajikan, sementara korelasi tidak signifikan terbukti dengan nilai kekuasaan. Untuk pengujian validitas konstruk kearifan membantu, terdapat korelasi signifikan dengan analisis kasus belaskasih dan kemampuan berpikir kritis, sementara korelasi tidak signifikan terbukti dengan nilai konformitas.
Compassion is a requirement for social workers. However, there has not been a specific instrument to measure the it, nor to predict the competency for social workers to be. Although it can be regarded as a competency, the majority of theories define compassion as an emotion Goetz, Keltner, Simon Thomas, 2010 Lazarus, 1991. This study was aimed to develop an instrument to measure compassion as a competency, especially for selection use. This research firstly formulated the definition of compassion competency as an ability consisted of a drive, wisdom and action plan to help. The next step was constructing a competency measurement for experienced social workers as a criterion to validate the selection measurement tool. 100 social workers participated in this research, completing the measurement of compassion competency, compassion competency prediction, spirituality, positive emotion experiences, values, compassion case analysis, and critical thinking ability. The result showed that compassion could be measured as a competency. Reliability testing applied in this study were Cronbach rsquo s and Confirmatory Factor Analysis CFA. Criterion related validity used Compassion Behavioral Event Questionnaire BEQ. To test construct validity of compassion drive predictor, significant correlations was found between the predictor and spirituality, positive emotion experiences, and self transcendence values universalism and benevolence, while an unsignificant correlation was found between the predictor and power value. To test construct validity of compassion wisdom predictor, significant correlations was found between the predictor and compassion case analysis and also critical thinking ability, while significant correlation between the predictor and conformity value was not found.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
D2302
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudiana Ratnasari
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu cara memasuki gerbang pernikahan dalam agama Islam dikenal dengan istilah ta rsquo;aruf. Ta rsquo;aruf merupakan proses perkenalan yang dilakukan oleh pria dan wanita muslim yang siap untuk menikah dan tidak melalui masa pacaran. Landasan agama menjadi dasar pernikahan. Fenomena taaruf menjadi kajian utama dalam disertasi ini khususnya bagaimana pasangan ta rsquo;aruf memasuki perkawinan dan mampu mempertahankan komitmen perkawinan mereka. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dipilih untuk bisa menjelaskan fenomena ta rsquo;aruf. Wawancara dan observasi menjadi cara untuk mengumpulkan data dari partisipan penelitian. Partisipan utama dalam penelitian ini adalah pasangan ta rsquo;aruf. Selain sumber data utama untuk triangulasi data peneliti juga mewawancarai empat pelaku ta rsquo;aruf yang bercerai, mediator ta rsquo;aruf sebanyak 2 orang, 1 orang psikolog yang memahami gerakan ta rsquo;aruf dan satu orang tokoh gerakan Tarbiyah yang memahami ta rsquo;aruf. Partisipan dalam peneltian ini berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi. Data yang diperoleh diolah menggunakan N-Vivo 11 dengan menemukan tema-tema utama dari hasil wawancara dan dikaitkan konsep Social Exchange Theory yang digunakan. Hasil studi menunjukkan dinamika komitmen pada pasangan ta rsquo;aruf didominasi oleh komitmen moral dan struktural, sementara komitmen personal bukan menjadi prioritas. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian-penelitian yang sudah ada bahwa bertahannya komitmen perkawinan harusnya didahului oleh komitmen personal, moral baru kemudian struktural. Agama sebagai landasan ternyata mampu mengubah dinamika komitmen ini. Komitmen pada Tuhan menjadi hal utama sehingga pasangan nampaknya tidak terlalu memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan personal seperti pekerjaan atau karir, kesetaraan gender, intimacy dan passion. Perkawinan merupakan bagian dari dakwah dan bertahannya komitmen karena mereka meyakini selama menjalankan syariah agama dalam perkawinan maka perkawinan dapat lebih stabil sakinah
ABSTRACT
One way to enter the marriage in Islam is known as ta 39;aruf. Ta 39;aruf is an introductory process conducted by muslims rsquo; men and women, who are ready to get married but do not through courtship. The foundation of marriage is religion. The phenomenon of taaruf became the main study in this dissertation, especially how ta 39;aruf couples maintain their marriage commitment. Qualitative research method with case study approach chosen to be able explain ta 39;aruf phenomenon. Interviews and observations are methods of collecting data from participants. The main participants in this study were ta 39;aruf couples, and for triangulation of data the researchers also interviewed four divorced ta rsquo;arufs, 2 ta 39;aruf mediators, 1 psychologist who understood ta 39;aruf movement and one person who is involved in Tarbiyah movement. Participants in this research are coming from Jakarta, Bogor, Depok and Bekasi areas. The data obtained is processed using N-Vivo 11 by finding the main themes of the interview and analyze with the concept of
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
D2532
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library