Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isna Naziladinka
"ABSTRAK
Kenyamanan termal bagi atlet memiliki kondisi yang khusus karena berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan sangat berat sehingga membutuhkan udara yang lebih sejuk di dalam bangunan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui standar dan faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal atlet serta melihat hubungan antara desain bangunan terhadap kualitas kenyamanan termal bagi atlet. Skripsi ini membahas dua bangunan olahraga yang terletak di Kota DKI Jakarta dan keduanya digunakan untuk kegiatan olahraga bola basket secara rutin, namun berada pada kondisi lingkungan mikro yang berbeda. Dengan kondisi tersebut dapat dilihat adanya perbedaan desain bangunan yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal bagi atlet saat beraktivitas olahraga di dalamnya. Perbedaan desain tersebut terlihat pada persentase bukaan dan letak bukaan yang tidak memenuhi kriteria yang ada.

ABSTRACT
Thermal comfort for athletes has a special condition because it is related with very heavy activities that require cooler air inside the building. This thesis aims to determine the standards and factors that affect on the thermal comfort of athletes as well as see the relationship between the design of the building and the quality of thermal comfort for athletes. This thesis discusses about two sports buildings which both are usually used by athletes to basketball and both are located in Jakarta City, but the two sports buildings have different micro environment conditions. Due to the conditions can be seen the differences in building design that affects on the thermal comfort for athletes when during sports activities in it. Design differences are seen in the percentage of openings and the location of openings that do not meet the existing criteria."
Lengkap +
2017
S67772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Nadindra Sindhuasti
"Coworking space menjadi pilihan baru bagi freelancer atau pun startup untuk bekerja. Berawal dari keinginan orang-orang yang bekerja sesuai dengan apapun keinginannya, baik waktu, tempat, dan bagaimana cara mereka bekerja. Nilai utama yang menjadi acuan dalam menjalankan konsep coworking ialah community, openness, collaboration, accessibility, dan sustainability. Hal ini menunjukan bahwa coworking space lebih dari tempat orang bekerja bersamasama. Selain itu, coworking space menawarkan suasana kerja baru yang lebih relaks dan nyaman dibandingkan dengan kantor pada umumnya. Untuk menciptakan suasana relaks namun tetap nyaman untuk bekerja, coworking space memerlukan pencahayaan buatan yang tepat.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui standar pencahayaan di ruang kerja coworking space dan untuk memaparkan pendapat mayoritas coworker mengenai coworking space. Metode yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini adalah studi literatur dan studi kasus di lapangan. Studi literatur dilakukan dengan mempelajari teori cahaya, persepsi visual, pencahayaan interior, dan pencahayaan ruang kantor. Studi kasus dilapangan dengan mengamati pencahayaan buatan di coworking space serta mengamati pengaruhnya pada coworker.

Nowadays, coworking space becomes a new option to work for freelancer or startup. It begun with the need for flexibility in working. The core values of coworking space are community, openness, collaboration, accessibility, and sustainability. With these values, coworking space shows something more than simply that of people working in the same place. Moreover, coworking space offers a new work's ambience which are more relaxed and comfortable than an office in general. To create the relaxed ambience but still comfort to work, coworking space needs proper artificial light.
This thesis aims to determine the lighting system in coworking space and to explain coworker's opinions about coworking space. I use literature studies and case studies as research methods in this thesis. Literature studies were done by studying lighting theory, visual perception, interior lighting, and office lighting. Case studies were done by observing artificial light and its effects to coworker behavior.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronika Vania
"Saat ini masyarakat urban memiliki dinamika dan mobilitas yang sangat tinggi, dengan segala rutinitas yang melelahkan tubuh dan membebani pikiran. Di sela-sela segala kesibukan itu dibutuhkan sarana untuk rekreasi dan menenangkan pikiran. Daily spa merupakan salah satu solusi praktis bagi permasalahan tersebut. Apa yang menyebabkan spa tersebut menjadi pilihan? Tidak lain tidak bukan adalah ruang yang meditatif yang ditawarkan spa tersebut. Jika berbicara tentang meditasi dan relaksasi secara tidak langsung kita akan berbicara tentang filosofi Zen. Zen mengajarkan untuk melihat pada alam, sesuatu yang murni dalam kesederhanaannya. Zen mengajak untuk merasakan ruang apa adanya, membersihkan indera dari pencemaran dengan mengalami dengan seluruh indera.
Dari hasil studi kasus ditemukan suasana ruang yang dibangun berdasarkan filosofi Zen dapat mewujudkan suasana relaks. Menjalani seluruh proses perjalanan ruang yang dihadirkan, dengan cahaya lembut yang remang¬remang, wewangian yang lembut, suara-suara alami berupa air mengalir dan musik yang lembut, material alam yang menonjolkan warna-warna yang alami, serta penggunaan dekorasi yang minim, semua rangkaian proses perjalanan membantu memusatkan pikiran untuk mencapai relaks saat melakukan perawatan di spa.

Currently the urban peoples are very dynamics and live with high mobility, all that exhausting routine ended with mind and body burden. Among all those activities they need relaxation media that can reenergize theirs mind. And daily spa is one of practical solution for these problems. What causes that spa becoming an option? It is caused by the meditative space that offered by that spa. If you talk about meditation and relaxation, indirectly we will talk about the philosophy of Zen. Zen teaches us to look at nature, a thing that is pure in its simplicity. Zen invited to experience the space as it is, clean up of contamination with sensory experience with all senses.
The results of case studies found that, the atmosphere of the space built based on the philosophy of Zen can create an atmosphere of relaxation. Through the whole process of space travel that were presented, a soft light of a dim, soft fragrance, natural sounds of flowing water and soft music, natural material that accentuates the natural colors, and minimal use of decoration, all those process helps focusing the mind to achieve relaxation while doing treatments at the spa.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S827
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
T. Aditya Nugraha
"Setiap manusia membutuhkan privasi dalam berkegiatan. Hal tersebut menyebabkan manusia membentuk teritori baik secara fisik maupun non-fisik. Apabila teritori ini dilanggar orang lain, maka orang itu diangap mengganggu privasi. Teritori yang dibuat manusia tidak hanya bisa dilanggar secara visual, namun juga secara aural (bunyi). Privasi dari segi bunyi ini disebut dengan 'privasi akustik'. Dalam buku-buku tentang perancangan akustik ruang dalam bangunan, salah satu bahasannya adalah mengenai perlunya privasi akustik, terutama dalam bangunan kantor atau multi-residences. Privasi akustik harus dijaga dengan meredam aliran bunyi antar-bilik (dalam gedung kantor) atau antar-hunian (dalam bangunan multi-residences).
Dalam skripsi ini saya akan membahas mengenai privasi akustik dalam bangunan multi-residences, yaitu rumah kos mahasiswa. Saya ingin meninjau bentuk privasi akustik yang ada di rumah kos mahasiswa sekarang. Apakah sesuai dengan teori privasi akustik yang ada dalam buku- buku perancangan akustik? Kemudian saya ingin melihat juga bagaimana pendapat dari para penghuninya sendiri. Saya melihat adanya kemungkinan bahwa penghuni tidak merasa terganggu sama sekali dengan kondisi privasi akustik yang kurang baik. Dengan skripsi ini saya ingin melihat, bagaimana bentuk privasi akustik yang sebenarnya dibutuhakan oleh penghuni bangunan kos mahasiswa?

Every human being needs privacy in doing his/her activities. That need drives humans into making their own territories both physically and non-physically. If these territories were to be crossed by another person, then that person is considered disturbing the other's privacy. The territories marked by humans not only can be crossed visually, but also aurally (by sound / noise). This kind of privacy, which can be disturbed aurally, is called 'acoustic privacy'. In some textbooks about acoustic design in architecture, one of the main topics often discussed is about acoustic privacy, especially in office or multi-residences buildings. The acoustic privacy in those buildings has to be maintained by absorbing the sound waves that are transferred between cubicles (in offices) or between residences (in multi-residences building).
In this thesis I will discuss about acoustic privacy in a type of multi-residences buildings, that is foster homes for college students. I am going to observe the current condition of acoustic privacy in those buildings. Are they in agreement with the theories about acoustic privacy in the textbooks about acoustic design? I also want to take note of the residents? opinions on the issue. I see that there is a possibility that the residents may not feel disturbed at all with a not-so-good acoustic privacy condition. Through this thesis I would like to observe, what is the most suitable form of acoustic privacy that these residents of foster homes for college students need?
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S846
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ayu Amalia
"ABSTRAK
Memori kolektif mengandalkan penceritaan dalam proses pelestariannya. Arsitektur sebagai tempat memori tersebut direkam lalu menjadi hal yang penting dalam proses pengingatannya. Lalu bagaimana arsitektur kemudian menjadi salah satu media yang penting dalam proses ini? Dalam skripsi ini, dibahas dua buah arsitektur yang mengandung memori kolektif dimana salah satu diantara mereka gagal melestarikan memori kolektif, sementara satunya lagi berhasil. Kesimpulan dari skripsi ini adalah pelestarian memori kolektif melalui media arsitektur harus melalui arsitektur yang juga dapat merekam memori kolektif baru. Proses pengingatannya lalu dapat berupa penggunaan kesan kesamaan yang kemudian ditangkap oleh society dan kemudian diceritakan dan melestarikan memori kolektif.

ABSTRACT
Collective Memory relies on storytelling as its preservation. Architecture as a place where the memory takes place then becomes important in remembering process. Then how architecture becomes one of many forms that important in this process? In this thesis, there are studies in two architectures which contain collective memory where one of them failed on preserving collective memory. On the other hand, the other one is successful. Conclusion from this thesis is collective memory preservation that uses architecture as its media, must through architecture that can facilitate new collective memory. The remembering process can through similarity which is society can caught and then will retell the story and preserve collective memory."
Lengkap +
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S873
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Trisiella
"Munculnya Taman Bacaan Masyarakat diharapkan mampu mengubah persepsi masyarakat terhadap ruang baca. Ruang baca pada pusat perbelanjaan (mal) bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung mal. Taman bacaan di mal harus bisa bersaing dengan ritel-ritel dalam mal. Penataan ruang TBM@Mal harus dirancang dengan baik, sehingga tidak kalah dengan penataan ruang pada ritel lain dalam mal. Penataan ruang selain untuk menambah daya tarik harus memperhatikan kualitas ruang baca agar tercipta kenyamanan pengunjung. Kehadiran TBM@Mal kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Namun TBM@Mal sudah cukup baik dalam menciptakan ruang baca yang baik. Dalam penulisan ini, penulis mencoba menganalisis kaitan antara konteks mal, elemen interior serta kualitas ruang pada taman bacaan di pusat perbelanjaan.

The emergence of Taman Bacaan Masyarakat are expected to change the public perception of the reading room. Reading room at the shopping center (mall) could be the main attraction for mall visitors. Taman Bacaan at the mall should be able to compete with retailers in the mall. Spatial planning of TBM@Mal should be well designed, so as not to lose the arrangement of space to other retailers in the mall. Spatial planning in addition to add to the appeal must pay attention to the quality of the reading room in order to create the comfort of visitors. The presence of TBM @ Mal less attention from the public. However TBM @ Mal has been good enough in creating a good reading room. In this paper, the authors tried to analyze the link between the context of the mall, the interior and the quality of the reading room at the shopping center."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42882
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Farwah
"Skripsi ini membahas pentingnya pencahayaan kota tua pada malam hari untuk meningkatkan orang-orang yang datang. Penulis mencoba membandingkan seberapa besar nilai historis yang terkandung pada malam hari dengan siang hari. Metode yang penulis gunakan untuk menjawab pertanyaan adalah dengan membandingkan efek-efek pencahayaan di beberapa potongan jalan, mengukur nilai luminansi di lapangan, dan menggunakan persepsi sendiri untuk menilai beberapa atmosfer berdasarkan tabel rasio brightness. Selain itu penulis juga mengacu pada seorang perencana pencahayaan, terutama prinsip pencahayaan ruang luarnya. Fokus penulis dalam skripsi ini dapat dinyatakan dengan kota tua sebagai kota yang perlu dilahirkan kembali dari segi pencahayaan. Penulis mengangkat Taman Fatahillah dan sekitar kali besar menjadi lokasi analisis penulis. Lokasi ini menjadi titik penting pada jaman Belanda yang masih mengandung nilai historis. Penulis menganggap elemen dasar yang menjadi unsur yang mempertahankan kandungan nilai sejarah pada siang hari dan pada malam hari adalah pencahayaan. unsur pencahayaan menjadi salah satu faktor yang menjadi parameter keberhasilan dalam merevitalisasi kota tua. Akibat sejarah, kota tua mempunyai nilai sejarah atau nilai yang tidak tergantikan. Nilai sejarah yang tidak bisa digantikan menjadi patokan dasar penulis dalam mengupas fenomena-fenomena yang terjadi di Kota tua khususnya pada malam hari. Kini, di Kota Tua khususnya daerah fatahillah dan sekitar kali besar, jika dibandingkan dengan siang hari, pada malam hari, kota tua tidak mempunyai objek atau daya tarik bagi masyarakat luar. Dari hasil analisis penulis, kota tua masih menjadikan bangunan lama bukan sebagai objek. Dengan tidak menjadikan objek, atmosfer atau pengaruh dari objek terhadap lingkungan menghasilkan afeksi buruk.

Scription discusses how an important a lighting in old city especially in nightime. This works aim to enhance people who come. The author tried to compare how much historical valur contained in the night with in mid day with daylight. The method I use to answer the question is to compare the effects lighting at the some of sections streets, to measure the luminance values in the field, and to use my own perceptions to assess some of the atmosphere based on the brightness ratio. Moreover, the author also refer to a planner lighting, especially the principles of outside lighting. The focus of the author in this scription can be stated by the old city as a city that need to be born again in terms of lighting. The author choose Fatahillah parka and around Kali Besar become site for doing analysis. This location is an important point at the time Dutch colonialism where still contained historical value. The author consider the basic element of content element that maintains the value of history at the daytime and at night is lighting. Lighting element is one factor that into the parameters of success in revitalizing old city. Due to the history location, the old city has the historical value or irreplaceable value phenomena in old city, especially at night. Now, in the old city, especially Fatahillah Park and around Kali Besar, when compared between at the day time and at night, the old city object. Due to this problem, atmosphere or the influence of old building and their environment produces bad affection."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42309
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Sekar Hapsari
"Penggunaan tema pada ruang komersil yang semakin marak belakangan ini sering diterjemahkan dalam elemen-elemen ruang yang simbolik dan memiliki kecenderungan untuk menjadi kitsch. Kitsch yang merupakan bentuk palsu dari karya seni pada masa lalu akan dibahas dalam taraf keruangan sebagai simbol dari pengalaman atau tema. Tulisan ini akan memfokuskan pembahasan kepada fungsi dari objek kitsch yang digunakan dalam ruang dan bagaimana kehadirannya dapat membangun pengalaman dalam ruang, khususnya ruang komersil. Sesuai dengan argumen yang dinyatakan pada awal penulisan skripsi, ternyata penggunaan objek kitsch dalam ruang dapat membentuk pengalaman jika menggunakan penyimbolan yang tepat dan memiliki interaksi dengan pengguna.

The use of themes in commercial spaces that has increased these past few years is often translated into symbolic interior elements and has a tendency to become kitsch. Kitsch which is a low form of art will be analyzed in interior space as a symbol of an experience or a theme. This writing focuses on the analysis of the function of kitsch object that is used as an element of space and how kitsch can be a part of space experience. Corresponding to the previous statements, apparently bringing kitsch elements into interior spaces can create particular experience as long as it uses the right symbol and encourages interaction with the user."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42699
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Prasetya
"ABSTRAK
Peneduh pada selubung bangunan tinggi sangat berperan dalam
membentuk penampilan dan keberlanjutan bangunan. SC peneduh sebagai
komponen perhitungan OTTV cukup sulit diaplikasikan dalam proses desain.
Sudut bayangan dapat menggantikan SC peneduh dalam proses dan eksplorasi
desain peneduh sekaligus mengendalikan perolehan nilai OTTV. Setiap orientasi
memerlukan sudut bayangan peneduh yang mempertimbangkan posisi matahari.
Hubungan sudut bayangan peneduh, SHGC kaca dan orientasi terhadap nilai
OTTV diteliti menggunakan perangkat lunak EnergyPlus V7.2. Peneduh
horisontal memiliki kemampuan yang lebih baik daripada peneduh vertikal pada
semua orientasi. Semakin kecil sudut bayangan peneduh maka semakin besar
perbedaan nilai OTTV. Menurunkan sudut bayangan di orientasi dengan sumber
radiasi tinggi (Barat/Timur) efektif mengurangi nilai OTTV. Kombinasi sudut
bayangan dan SHGC memberikan variasi bentuk peneduh dan spesifikasi kaca.
Peneduh horisontal yang miring 30o dan 45o mempunyai nilai OTTV yang lebih
kecil 16,86% dan 24,64% daripada peneduh horisontal lurus. Memiringkan
peneduh vertikal ke arah kanan di orientasi Utara dan Timur dan ke arah kiri di
orientasi Selatan dan Barat efektif mengurangi nilai OTTV. Desain peneduh
mampu membawa bangunan menjadi lebih berkelanjutan.

ABSTRACT
Shading on a high building envelope is important instrumental in forming the
appearance and sustainability of the building. Shading Coefficient (SC) as a
component of calculate the OTTV is quite difficult to be applied in the design
process. Shadow angle can replace SC in design exploration process and
controlling OTTV. Each orientation requires shadow angles that consider to
position of the sun. Relationships between shadow angle, orientation and SHGC
to OTTV investigated using EnergyPlus V7.2. Horizontal shade has a better
capability than vertical shade at all orientations. The smaller the shadow angle, the
greater differences of OTTV. Lowering shadow angle on orientation with high
radiation source (West/East) effectively reduces OTTV. Combination of shadow
angle and SHGC provide shade variations and glass specifications. Sloping
horizontal shade 30o and 45o decrease OTTV up to 16.86% and 24.64% than
straight horizontal shade. Shade vertical tilt to the right on the Northern and
Eastern orientation and to the left on the Southern and Western orientation
effectively reduce OTTV. Shade design is able to bring the building more
sustainable."
Lengkap +
2013
T35801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anisa Auriani Pribadi
"Skripsi ini bertujuan untuk mencari penjelasan teoretis dari keadaan pencahayaan pada museum di Jakarta yang beroperasi pada siang hari. Penelitian ini berpusat pada kontras tingkat terang antara system pencahayaan Task dan Ambient yang mengurangi kualitas penglihatan di dalam museum tersebut. Pembahasan isu skripsi ini juga didukung dengan pedoman konservasi, tingkat terang umum, rasio illuminance, adaptasi, dan silau. Hubungannya dengan ketajaman visual juga dipertimbangkan untuk memahami kontribusi kontras tingkat terang dalam menciptakan lingkungan museum bercahaya yang relevan.
Analisis didasarkan pada perbandingan antara prinsip pencahayaan museum, data observasi dan wawancara di tiga museum studi kasus, dan data pengunjung yang diperoleh melalui kuesioner online. Penelitian ini menunjukkan bahwa kontras tingkat terang yang tinggi pada sistem pencahayaan task/ambient mengurangi kenyamanan dan ketajaman visual. Adaptasi dan silau juga mempengaruhi ketajaman visual. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semua museum studi kasus belum berhasil menciptakan lingkungan museum bercahaya yang relevan.

This research is based on a pursuit of theoretical explanation regarding inappropriate lighting condition in daytime museums located in Jakarta. The thesis focuses on brightness contrast between task and ambient lighting systems as the issue that has lessened the quality of vision inside such museums. The issue is further discussed by considering conservation guidelines, general perceived brightness, illuminance ratio, adaptation and glare. A relationship to visual acuity is also included to understand the contribution of brightness contrast in creating a relevant luminous museum environment.
Analysis is based on comparison between museum lighting principles and data collected through observation and interviews in three case study museums, and visitor data collected through online questionnaire. The research shows that high task/ambient brightness contrast results in less visual comfort and less visual acuity. Adaptation and glare also contribute in determining visual acuity. The research also shows that none of all case study museums have successfully achieved relevant luminous museum environment.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>