Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Barus, Sri Ulina
"Benzena merupakan salah satu komponen dalam bahan bakar minyak (BBM), dan diemisikan dalam gas buang kendaraan bermotor. Benzena diklasifikasikan sebagai senyawa Kelompok I penyebab kanker oleh IARC (International Agency for Research on Cancer), karena bersifat karsinogen. Salah satu pihak yang berisiko terpapar benzena dari emisi gas buang kendaraan bermotor adalah supir angkutan umum, terutama di wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengukur kadar paparan benzena, serta memperkirakan efek yang ditimbulkannya di dalam tubuh, dengan analisis biomonitoring terhadap senyawa hasil metabolisme benzena (metabolit), yang terdapat pada urin yaitu fenol dan asam trans, trans-mukonat (tt-MA), selain itu diukur juga kadar kreatinin sebagai pembanding, sehingga diperoleh hasil dalam mg fenol/g kreatinin atau mg tt-MA/g kreatinin. Dari data yang ada, diperoleh konsentrasi rerata fenol sampel sebesar 27,7439 ? 14,9239 mg/g kreatinin dan kontrol sebesar 10,5064 ? 4,8431 mg/g kreatinin. Sementara untuk tt-MA sampel sebesar 0,3780 ? 0,2142 mg/g kreatinin dan kontrol sebesar 0,3264 ? 0,1556 mg/g kreatinin. Kata kunci: benzena, biomonitoring, fenol, tt-MA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmesa
"Pengaruh ion Cu2+ diuji untuk sensor BOD yang sedang dikembangkan. Sensor BOD dibuat dengan menggunakan sistem sel khamir bebas untuk khamir Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 dan khamir Candida fukuyamaensis UICC Y-247 pada elektroda emas. Penentuan nilai reduksi oksigen pada -600 mV (vs Ag/AgCl) ditentukan dengan cyclic voltametri. Sedangkan deteksi oksigen sisa yang tidak digunakan oleh mikroorganisme dilakukan dengan teknik multi pulse amperometry (MPA). Hasil pengukuran kalibrasi linier pada keadaan free cell untuk kedua jenis khamir menunjukkan nilai daerah kelinieran yang baik dengan nilai regresi 0,994 dan 0,987 berturut-turut untuk keadaan free cell Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 dengan waktu optimum pengukuran 20 menit dan untuk keadaan free cell Candida fukuyamaensis UICC Y-247 dengan waktu optimum pengukuran 25 menit. Presisi yang lebih baik ditunjukkan dengan 15 kali pengukuran untuk khamir Rhodotorula mucilaginosa dengan nilai RSD 0,9 %, sedangkan untuk khamir Candida fukuyamaensis dengan nilai RSD 5,01%. Pengaruh keberadaan logam berat pada sistem pengukuran dilakukan dengan menvariasikan konsentrasi ion Cu2+. Sensor BOD dengan Rhodotorula mucilaginosa menunjukkan ketahanan yang lebih baik terhadap kehadiran ion Cu2+ seperti ditunjukkan oleh sedikitnya kenaikan arus oksigen dibandingkan dengan kenaikan arus oksigen pada sensor BOD dengan Candida fukuyamaensis.

Influence of copper ions was examined on developed microbial BOD sensors.The BOD sensors carried out in a system consisted of free cell yeast and gold electrode. Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 and Candida fukuyamaensis UICC Y-247 were used as the microbial yeasts. Oxygen reduction potensial of -600 mV (vs Ag/AgCl) was determined by using cyclic voltametry, whereas the excess oxygen concentration, which not used by microorganism, was determined by multy pulse amperometry (MPA). Optimum waiting times of 20 and 25 min were obtained for BOD sensors of Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 and Candida fukuyamaensis UICC Y-247, respectively. Linear calibration curves showed good linearity with linear regressions of 0.994 and 0.987 for those of Rhodotorula mucilaginosa UICC Y-181 and Candida fukuyamaensis UICC Y-247, respectively. However, better precision of measurement (n=15) was shown by an RSD of 0.90% for Rhodotorula mucilaginosa, whereas it was 5.01% for Candida fukuyamaensis. Influence of copper ions was examined in various concentrations of Cu ions. BOD sensor of Rhodotorula mucilaginosa shows better resistance against Cu ions than that of Candida fukuyamaensis, as it is shown by less increasing of oxygen current at Rhodotorula mucilaginosa than that at Candida fukuyamaensis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1229
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiana Chairunnisa
"Penggunaan glukosa sebagai bahan pemanis dalam minuman mendorong berkembangnya sensor untuk mengetahui konsentrasi glukosa dalam pengendalian kualitasnya. Kebutuhan agar sensor glukosa yang lebih praktis dan sederhana menuntut munculnya sensor glukosa non enzimatik dengan menggunakan Screen Printed Electrode (SPE) sebagai solusinya.
Pada penelitian ini digunakan oksida tembaga yang terdeposit pada permukaan SPE dengan cara elektrodeposisi menggunakan larutan CuSO4 0,1 M dalam H2SO4 0,1 M dengan variasi potensial dan waktu deposisi untuk mendapatkan deposit CuSPE yang optimum.
Uji pendeteksian glukosa dilakukan pada potensial +0,7V vs Ag/AgCl pada deposit CuSPE -0,6V vs Ag/AgCl selama 300 detik merupakan kondisi optimum karena memiliki sensitivitas yang tertinggi sebesar 1152.925 μA mM−1cm−2, batas deteksi terendah sebesar 0,7863 mM dan linearitas paling baik yaitu 0,9964. CuSPE optimum digunakan pada uji pendeteksian glukosa dengan sistem FIA, didapatkan laju alir optimum 0,75mL/menit dengan %RSD sebesar 3,78% dan konsentrasi NaOH optimum pada NaOH 1 M dengan %RSD 3,78%.
Dilakukan variasi konsentrasi glukosa pada sistem FIA dihasilkan linearitas r2=0,9948 dengan LOD sebesar 0,00667 M dan sensitivitasnya sebesar 1566,265 μA mM−1cm−2. Sensor ini mempunyai repeatabilitas yang baik dengan %RSD 6,60% (n=14), stabil dalam pengujian selama lima hari berturut-turut dengan %RSD=3,51%, mempunyai reprodusibilitas yang baik dalam pengujian setelah jeda satu minggu digunakan sebagai sensor glukosa dengan %RSD=1,13% dan sangat selektif terhadap glukosa dari zat pengganggu seperti asam askorbat, asam sitrat, natrium karbonat, sukrosa dan fruktosa. Sensor CuSPE ini dibandingkan dengan pengujian kadar glukosa dalam sampel minuman dan menunjukan perbedaan hasil 19,67% dengan %recovery 114.8%.

The use of glucose as a sweetener in beverages to encourage the development of sensors to determine the concentration of glucose in the control of quality. Glucose sensor needs to be more practical and simpler demanding the appearance of non-enzymatic glucose sensor using a Screen Printed Electrode (SPE) as a solution.
In this experiment, the copper oxide is deposited on the surface of the SPE by electrodeposition using a solution of 0,1 M CuSO4 in 0,1 M H2SO4 with a variety of potential and deposition time to obtain optimum CuSPE deposit.
Glucose detection test conducted on the potential + 0,7V vs. Ag / AgCl on deposit CuSPE -0,6V vs. Ag / AgCl in 300 seconds is the optimum condition for having the highest sensitivity at 1152.925 μA mM−1cm−2 , the lowest LOD 0.7863 mM and most excellent linearity is 0.9964. CuSPE optimum use in glucose detection test with a flow injection analysis, the optimum flow rate obtained 0,75mL / min, % RSD 3.78% and the concentration of NaOH is at 1 M NaOH optimum with % RSD 3,78%.
Variations in glucose concentration in a flow injection analysis linearity r2 = 0.9948 with a LOD 0,00667 M and sensitivity 1566,265 μA mM−1cm−2. This sensor has a good repeatability with% RSD 6.60% (n = 14), stable in testing for five consecutive days % RSD = 3.51%, having good reproducibility in the test after gap one week is used as a glucose sensor with % RSD = 1,13% and very selective ini glucose from inteference substances such as ascorbic acid, citric acid, sodium carbonate, sucrose and fructose. CuSPE sensor is compared to testing glucose levels in samples of drinks and shows differences in the results 19.67% with %recovery 114.8%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64918
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabbath Marchend
"Statin telah diketahui dapat menurunkan kandungan kolesterol dalam
darah. Statin menurunkan kandungan kolesterol dengan cara menghambat
kefja enzim HMG Co-A reduktase yang dibutuhkan pada biosintesis
kolesterol, Enzim tersebut mengkatalis reaksi perubahan p^iidrokshpmetilglutaril
Co-A menjadi asam mevalonat. Statin biasanya dihasilkan
melalui fermentasi dengan menggunakan kapang jenis Aspergillus dan
Monascus. Akan tetapl, statin yang dihasilkan dari kapang Monascm tipe
liar, kadamya masih relatif kecil. Untuk Itu dilakukan upaya peningkatan
galur untuk mendapatkan galur yang leblh potensial dafem menghasilkan
statin. Jenis Monascus yang dipakal adalah Monascus purpumus. Upaya
peningkatan galur dilakukan dengan mutasi sinar gamma (y) pada
beberapa dosis irradiasi yaitu 0,1-0,5 kGy. Seleksl mutan dilakukan
secara aoak trerdasarican pola penampakan koloni pada cawan petii dan
setelah itu dipilih dosis optimum irradiasi (dosis yang memberikan persentasi
survival terkecil) berdasarkan jumlah koloni tunggal yang terbentuk. Dosisdosis
optimum yang didapatkan adalah 0,2 ; 0,3 dan 0,4 kGy. Fermentasi
yang dilakukan terhadap Monascus purpureus tipe liar dan isolat-isolatnya
tidak menunjukkan adanya statin. Beberapa senyawa yang diperkirakan
dihasilkan pada fermentasi dari isolat Monascus purpureus dan tipe liarnya
adalah pigmen warna monascin, monascorubrin, ankaflavin, serta
rubropunctatin

Statin has been known capable of reducing cholesterol content in
blood by inhibiting HMG Co-A reductase enzyme (an enzyme which is
needed in cholesterol biosynthesis). This enzyme catalysts the formation of
mevalonic acid from p-hydroxyl- p-methylglutaryl Co-A. Statin is usually
produced from the fermentation of AspergUlus and Monascus, but the statin
yield from the fermentation of Monascus wild type is still low. Therefore, it
needs strain improvement to increase the statin production which is done by
modifying the genetics. The strain used in this experiment Is Monascus
purpureus. The strain improvement is done by mutating Monascus purpureus
wild type using gamma (y) ray in several doses. The doses used in the
irradiation are 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 and 0,5 kGy. Mutant selection is done
randomly based on the single colony pattern on petri dish. Before random
selection, the optimum doses of irradiation are needed to be determined. The
optimum doses are those which give the smallest survival fractions. Those
optimum doses are 0,2 kGy, 0,3 kGy and 0,4 kGy. Monascus purpureus wild
type and its isolates did not produce any statin under fermentation in Miyake's
medium. Several compounds which were predicted produced from
Monascus purpureus wild type and its isolates are monascin, monascorubrin,
ankaflavin and rubropunctatin
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library