Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Sylvia Veronica Nalurita Purnama
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance terhadap pengelolaan laba dan kekeliruan penilaian pasar. Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance diduga akan mempengaruhi besaran pengelolaan laba, penilaian pasar atas pengelolaan laba, dan jenis pengelolaan laba (efisien atau oportunis). Selain itu, karena terdapat perbedaan persistensi dari komponen-komponen laba (arus kas operasi, akrual non diskresioner, dan akrual diskresioner) maka pasar seharusnya juga mengantisipasi adanya perbedaan persistensi tersebut dan memperhitungkannya dalam pembentukan harga saham. Jika pasar tidak mampu mengantisipasi hal tersebut maka akan terjadi kekeliruan penilaian pasar. Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance diduga mempengaruhi kekeliruan penilaian pasar tersebut.
Akrual dapat dibedakan menjadi dua komponen yaitu akrual diskresioner dan akrual non diskresioner. Akrual diskresioner adalah akrual yang berasal dari diskresi manajemen sedangkan akrual non diskresioner adalah akrual yang besarnya tergantung kegiatan operasional perusahaan. Akrual diskresioner dalam penelitian ini digunakan sebagai proxy dari pengelolaan laba.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda, uji F, dan Mishkin Test, dan menggunakan data empiris di Bursa Efek Jakarta dengan sampel sebanyak 144 perusahaan untuk periode non krisis (1995-1996, 1999-2002).
Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa ukuran perusahaan dan kepemilikan keluarga adalah variabel yang mempengaruhi pengelolaan laba. Semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil pengelolaan labanya, serta pengelolaan laba pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga tinggi dan bukan perusahaan konglomerasi lebih tinggi dibandingkan pengelolaan laba pada perusahaan lain.
Kesimpulan mengenai jenis pengelolaan laba yang dilakukan oleh perusahaan masih mixed, walaupun lebih cenderung efisien. Hasil ini tidak konsisten dengan anggapan selama ini bahwa pengelolaan laba di Indonesia adalah oportunis. Faktor yang terbukti secara signifikan mempengaruhi jenis pengelolaan laba adalah kepemilikan keluarga. Pengelolaan laba pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga tinggi dan bukan perusahaan konglomerasi lebih efisien dibandingkan pengelolaan laba pada perusahaan lain. Sedangkan variabel kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance tidak terbukti secara konsisten berpengaruh signifikan terhadap jenis pengelolaan laba.
Pengelolaan laba terbukti dinilai signifikan positif oleh pasar, tetapi hasil ini tidak selalu didukung karena dalam pengujian sensitivitas terdapat hasil pengujian yang menunjukkan bahwa akrual diskresioner tidak berhubungan signifikan dengan imbal hasil saham. Variabel struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance tidak terbukti secara konsisten mempengaruhi penilaian pasar terhadap pengelolaan laba. Tidak signifikannya variabel-variabel tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan penilaian, pasar tidak mempertimbangkan motif dan kesempatan yang berbeda-beda dari perusahaan dalam melakukan pengelolaan laba.
Pengujian persistensi laba menunjukkan adanya perbedaan persistensi dari komponen laba, dimana arus kas operasi lebih persisten dibandingkan akrual diskresioner dan akrual non diskresioner lebih persisten dibandingkan akrual diskresioner. Hasil pengujian Mishkin Test menunjukkan terdapat kekeliruan penilaian pasar pada komponen arus kas dan akrual non diskresioner, tetapi tidak terdapat kekeliruan penilaian pasar untuk akrual diskresioner. Adanya bukti mengenai kekeliruan penilaian pasar atas komponen laba mengindikasikan bahwa pasar modal di Indonesia tergolong tidak efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong form).
Pengujian lebih lanjut untuk melihat apakah kekeliruan penilaian pasar tersebut dipengaruhi oleh kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, kuaiitas audit, komisaris independen, dan komite audit, menunjukkan bahwa variabelvariabel tersebut tidak mempengaruhi kekeliruan penilaian pasar atas akrual diskresioner.

ABSTRACT
The purpose of this study is to investigate the affect of ownership structure, firm size, and corporate governance practices on earnings management and market mispricing. We predict that ownership structure, firm size, and corporate governance practices have significant influence on the level of earnings management, the pricing of earnings management, and type of earnings management (efficient or opportunistic). In addition, the stock prices should reflect the differential persistence of earnings components (cash flow from operation, non-discretionary accruals, and discretionary accruals). Market mispricing occurs if market fails to reflect that differential persistence. We expect ownership structure, firm size, and corporate governance practices have significant influence on market mispricing.
Accruals consist of two components: discretionary accruals and non-discretionary accruals. Discretionary accruals are accruals from management discretion, whereas non-discretionary accruals are those accruals, which amount, are depending on company's operational activity. This study use discretionary accruals as a proxy of earnings management.
Multiple regressions, F-test, and Mishkin Test are used to test hypothesis developed in this study. Sample consists of 144 firms listed in Jakarta Stock Exchange over non-crisis period (1995-1996, 1999-2002).
I find that firm size and family ownership have significant influence on level of earnings management. The bigger firm sizes the lesser the earnings management and earnings management on firms with high proportion of family ownership and non business-group is higher than that of other firms.
The evidence regarding type of earnings management is mixed, although it has a tendency to efficient earnings management. This evidence is inconsistent with usual view that an earnings management in Indonesia is opportunistic. Family ownership is found has significant influence on earnings management type. Earnings management on firms with high proportion of family ownership and non business-group is more efficient than that of other firms. There is no consistent evidence that institutional ownership, firm size, and corporate governance practices have that significant influence.
I also found that the market prices earnings management positively, but this evidence is not always supported in sensitivity analysis. Some of sensitivity analysis results show that earnings management does not have significant influence on market return. There is no consistent evidence that ownership structure, firm size, and corporate governance practices have significant influence on market pricing of discretionary accruals. This evidence indicates that market valuation is not considering that firms have different chance and motives of doing earnings management.
Test of differential earnings components persistence shows that cash flow from operation significantly has higher persistence than non-discretionary accruals and discretionary accruals and non-discretionary accruals significantly has higher persistence than discretionary accruals-Mishkin Test shows that market misprices cash flow from operation and non-discretionary accruals, but it correctly prices discretionary accruals. This evidence on market mispricing indicates that Jakarta Stock Exchange is not efficient in semi-strong form.
Further tests are performed to investigate whether market mispricing is influenced by ownership structure, firm size, and corporate governance practices. Those tests show that those variables do not significantly affect market mispricing on discretionary accruals.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
D553
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suroso
"Penelitian ini bertujuan mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja jangka panjang saham pasca-IPO. Faktor-faktor yang diduga berdampak pada kinerja saham tersebut adalah: optimisme dan divergensi opini investor pada awal perdagangan di pasar sekunder, tindakan oportunis emiten serta kondisi ekonomi dan lingkungan usaha pada waktu pelaksanaan IPO. Optimisme investor pada awal perdagangan di pasar sekunder terbukti berdampak negatif terhadap kinerja jangka panjang saham pasca-IPO. Faktor yang terbukti berpengaruh pada optimisme tersebut adalah rasio penjualan terhadap aktiva tetap perusahaan. Dampak divergensi opini investor dan tindakan oportunis emiten tidak terbukti dalam penelitian ini. Kondisi ekonomi dan lingkungan usaha pada waktu pelaksanaan IPO terbukti berpengaruh pada kinerja jangka panjang saham pasca-IPO. Dalam penelitian ini ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja saham yang IPO pada kondisi stabil, dengan yang IPO pada kondisi krisis dan atau recovery. Adanya perbedaan kinerja saham pasca-IPO antara perusahaan di sektor riil, perbankan dan keuangan nonbank tidak terbukti dalam penelitian ini."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
D555
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahroh Naimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi nilai laba akuntansi dan nilai buku ekuitas dalam menjelaskan harga saham. Penelitian juga bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba akuntansi dan koefisien respon nilai buku ekuitas yaitu ukuran perusahaan, risiko perusahaan, struktur modal, persistensi Laba, laba negatif, profitabilitas perusahaan, pertumbuhan perusahaan, bias dalam akuntansi, dan periode pengujian.
Sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1994. Pengujian dilakukan dengan regresi variabel informasi akuntansi yang terdiri dari laba akuntansi dan nilai buku ekuitas terhadap harga saham yang disesuaikan dengan kemungkinan adanya pasar yang tidak efisien dengan menggunakan data tahun 1997-2001. Penyesuaian terhadap kemungkinan adanya pasar yang tidak efisien dilakukan dengan mengadopsi model yang dikembangkan oleh Aboody et al (2002). Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon labs akuntansi dan koefisien respon nilai buku ekuitas dilakukan dengan meregresi laba akuntansi dan nilai buku ekuitas serta interaksi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap harga saham.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa laba akuntansi dan nilai buku ekuitas berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil ini memperkuat hasil penelitian-penelitian sebelumnya bahwa laba akuntansi dan nilai buku ekuitas mempunyai relevansi nilai (Ohlson, 1995; Burgthaler dan Dichev, 1997, dan lain-lain). Laba akuntansi dan nilai buku ekuitas dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan harga saham.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya bahwa koefisien respon Laba akuntansi lebih besar pada perusahaan besar (Chaney dan Jeter, 1992), perusahaan yang memiliki laba permanen (Ohlson, 1995; Collins dan Kothari, 1989; Barth et al, 1998; dan Ou dan Sepe, 2002), dan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dan mengalami pertumbuhan yang tinggi (Zhang, G, 2000). Koefisien respon laba dipengaruhi secara negatif oleh risiko perusahaan, konsisten dengan Collins dan Kothari (1989), Easton dan Zmijewski (1989) dan Barth et al (1998). Sesuai dengan studi terdahulu, koefisien respon laba lebih kecil pada perusahaan yang struktur modalnya terdiri dari sebagian besar hutang (Dhaliwal et al, 1991; Dhaliwal dan Reynold, 1994; dan Billings, 1999), perusahaan yang memiliki laba negatif (Jan dan Ou, 1995; dan Hayn, 1995), dan perusahaan yang menerapkan akuntansi yang konservatif maupun liberal (Beaver dan Ryan, 2000; dan Zhang X., 2000).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan basil yang konsisten dengan studi terdahulu bahwa koefisien respon nilai buku ekuitas lebih besar pada perusahaan yang memiliki laba negatif (Jan dan Ou, 1995; Collins et al, 1997) dan lebih kecil pada perusahaan yang memiliki labs perrnanen (Ohlson, 1995; Ou dan Sepe, 2002), dan pada perusahaan yang menerapkan akuntansi yang konservatif maupun liberal (Beaver dan Ryan, 2000; dan Zhang X., 2000). Namun demikian, penelitian ini tidak memberikan dukungan atas pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan terhadap koefisien respon nilai buku.
Pada periode krisis moneter, koefisien respon nilai buku ekuitas secara signifikan lebih besar dibandingkan pada periode masa pemulihan. Penjelasannya adalah karena pada periode krisis moneter, banyak perusahaan yang mengalami kerugian atau laba negatif, sehingga informasi laba tidak bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Akibatnya, informasi nilai buku ekuitas menjadi lebih relevan.
Hasil pengujian menunjukkan koefisien respon laba hasil regresi yang disesuaikan dengan kemungkinan adanya pasar yang tidak efisien secara signifikan lebih besar dari koefisien respon laba hasil regresi yang tidak disesuaikan. Kesimpulan dari pengujian ini menunjukkan bahwa pasar bereaksi terlalu rendah (under-react) terhadap informasi laba. Sebaliknya, hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan koefisien respon nilai buku ekuitas tidak signifikan antara kedua regresi tersebut.

ABSTRACT
The objective of this study is to examine the value relevance of accounting earnings and book value of equity in explaining stock price. The study is aimed to identify the factors affecting earnings response coefficient and equity book value coefficient. The factors are firm size, risk, capital structure, earnings persistence, negative earnings, profitability, growth, bias in accounting, and period.
The sample included manufacturing companies listed in Jakarta Stock Exchange since 1994. The hypothesis testing use regression of accounting information variables (accounting earnings and book value of equity) as independent variable and adjusted stock price to a possibly inefficient market as dependent variable based on data from five years: 1997-2001. Adjustment of a possibly inefficient market is adopted from the model developed by Aboody et al (2002). The factors affecting earnings response coefficient and equity book value coefficient are examined by regression of accounting earnings and equity book value and interaction of the factors as independent variables and adjusted stock price as dependent variable.
The results show that accounting earnings and book value of equity are positively associated with stock price. This results support the prior studies that accounting earnings and book value of equity have value relevance (Ohlson, 1995; Burgthaler and Dichev, 1997, etc). Accounting earnings and book value of equity are useful to explain stock price changes.
The results of this study are consistent with previous studies that earnings response coefficient is greater in large firms (Chaney and Jeter, 1992), the firms that have permanent earnings (Ohlson, 1995; Collins and Kothari, 1989; Barth et al, 1998; Ou and Sepe, 2002), and the firms that have higher profitability and growth (Zhang, G, 2000). Earnings response coefficient is negatively affected by risk, consistent with Collins dan Kothari (1989), Easton and Zmijewski (1989) and Barth et al (1998). According to prior studies, earnings response coefficient is smaller in the firms that have more debt in its capital structure (Dhaliwal et al, 1991; Dhaliwal and Reynold, 1994; Billings, 1999), the firms that have negative earnings (Jan and Ou, 1995; Hayn, 1995), and the firms that have both conservative accounting or liberal accounting (Beaver and Ryan, 2000; Zhang X., 2000).
The results are also consistent with prior studies that show equity book value response coefficient is greater in firms that have negative earnings (Jan dan Ou, 1995; Collins et al, 1997) and smaller in the firms that have permanent earnings (Ohlson, 1995; Ou and Sepe, 2002), and the firms that have both conservative accounting or liberal accounting (Beaver and Ryan, 2000; Zhang X., 2000). Nevertheless, this research is not support the effect of firm size, profitability and growth to equity book value response coefficient.
In crisis period, equity book value response coefficient is significantly greater than in recovery period. In crisis period, much of the firms have negative earnings, so the earnings information is not useful as the basis of decision-making. So, the information of equity book value is more relevant.
The examinations show that earnings response coefficient that adjusted to a possibly inefficient market is significantly greater than unadjusted earnings response coefficient. These results indicate that market under-react to earnings information. Nevertheless, the results are indicating that the different of unadjusted and adjusted equity book value coefficient is insignificant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
D552
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahyuddin Ramli
"Keberadaan lembaga perbankan yang eisien tidak hanya penting artinya bagi industri perbankan tetapi juga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan. Dari sudut pandang mikro, sebuah bank harus efisien agar bisa hidup dan berkembang dalam suasana persaingan yang sangat ketat. Sementara dari sudut pandang makro, industri perbankan yang efisien akan dapat membawa dampak positif yang kuat terhadap perkembangan sektor-sektor lain mengingat peran yang sangat strategis sebagai lntermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Sehubungan dengan pentingnya aspek efisiensi tersebut, maka sejak awal dekade 90an terlihat timbul perhatian yang semakin besar mengenai hal ini, khususnya dari para peneliti.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang dikenal dengan "two-step approach". Step pertama yaitu pengukuran tingkat efisiensi bank, sedangkan step kedua adalah pengkajian variabel-variabel penjelas (explanatory variables) yang mempengaruhi tingkat efisiensi bank tersebut. Step pertama menggunakan model Data Envelopment Analysis (DEA), sementara step kedua memakai dua model analisa regresi, yaitu model regresi Tobit dan model regresi Translog Bentuk-S.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi bank komersial di Indonesia berkisar antara 70-80 % dari kondisi optimal. Terdapat tiga variabel penjelas yang cukup kuat pengaruhnya terhadap tingkat efisiensi bank, yaitu size, CAR, dan NPL. Ketiga variabel ini memperlihatkan hubungan yang sangat signifikan dengan tingkat efisiensi meskipun bentuk hubungannya tidak sama. CAR memperlihatkan hubungan positif, sementara NPL memperlihatkan hubungan negatif. Berbeda dengan CAR dan NPL, size memperlihatkan hubungan yang agak unik, yaitu berbentuk kuadratik dengan nilai maksimum. Pada tahap awal peningkatan size cenderung berdampak positif terhadap peningkatan efisiensi, tetapi pengaruh positif tersebut tidak dapat berlansung selamanya. Melewati suatu tingkat tertentu (titik maksimum) peningkatan size tidak lagi berpengaruh positif tetapi sebaliknya cenderung mengakibatkan penurunan tingkat efisiensi.
Agak diluar dugaan, kelompok bank pemerintah temyata lebih efisien dibandingkan dengan kelompok bank swasta nasional, khususnya dalam tiga tahun terakhir (2000-2002). Kelompok bank pemerintah kelihatannya diuntungkan oleh adanya hubungan yang kuat dengan lembaga-lembaga pemerintahan dan sesama BUMN yang hingga saat ini masih merupakan sumber-sumber bisnis patensial industri perbankan. Dalam pada itu, sesuai dugaan, kelompok bank yang sudah go public terbukti lebih efisien dari pada kelompok bank yang belum go public. Namun, temuan yang menarik yaitu perbedaan tingkat efisiensi di antara kedua kelompok bank ini tampaknya tidak disebabkan oleh status go public tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor size karena kelompok bank go public pada umumnya terdlri dari bank-bank berskala besar.
Tingkat efisiensi kelompok bank pmerintah pada tiga tahun setelah krisis terlihat mengalami perbaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi dua tahun sebelum krisis. Namun, pada waktu yang sama tingkat efisiensi kelompok bank swasta nasional belum memperlihatkan kemajuan, bahkan terlihat sedikit lebih rendah dari keadaan sebelum krisis. Secara keseluruhan, tingkat efisiensi industri perbankan Indonesia setelah krisis belum mengalami perbaikan yang berarti dibandingkan dengan keadaan sebelum krisis."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
D655
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Sung Suk
"ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menguji hubungan simultan antara nilai
perusahaan, praktek corporate govenance, dan struktur kepemilikan dengan 114
perusahaan yang terbuka di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003. Variabel struktur
kepemilikan adalah Cash flow rights, wedge (control rights - cash flow rights),
persentase kepemilikan blockholders oleh pihak asing namun diduga sebenarnya
orang Indonesia (atau disingkat Asing Tapi Indonesia, (ASTINDO)). Nilai perusahaan
akan diukur dengan proksi Tobin?s Q dan praktek corporate governance diukur
dengan corporate governance index (CGI) yang dikembangkan oleh Arsjah (2005).
Karena hubungan endogen antar variabel, metode two stage least squares dipakai.
Hasil menunjukkan bahwa praktek corporate governance tidak berpengaruh
signifikan kepada nilai perusahaan, tetapi nilai perusahaan menjadi prediktor positif
untuk praktek corporate governance. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang
mempunyai nilai perusahaan yang tinggi memilih praktek corporate governance yang
baik untuk meningkatkan nilai perusahaan. Namun, perusahaan belum tentu dapat
memberi signal tentang kualitas perusahaan dengan menerapkan praktek corporate
governance yang baik. Hasil ini mungkin terjadi karena implementasi praktek
corporate governance merupakan hal yang baru di indonesia dan karena pasar masih
sulit mencerminkan pengaruh praktek corporate governance kepada nilai perusahaan
sebab kekurangan informasi yang memadai tentang praktek corporate governance.
Ketika wedge perusahaan tinggi, pengaruh praktek corporate governance kepada
nilai perusahaan melemah. 'Wedge adalah variabel yang mengukur insentif pemegang
saham mayoritas akhir untuk mengekspropriasi pemegang saham minoritas. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas praktek corporate governance
dipengaruhi oleh insentif untuk melakukan ekspropriasi dari pemegang saham
pengendali akhir.
Struktur kepemilikan dan nilai perusahaan tidak mempunyai hubungan sistematik.
Hasil ini mendukung bahwa struktur kepemilikan ditentukan secara endogen,
sehingga struktur kepemilikan tersebar maupun terkonsentrasi masing-masing
membawa masalah keagenan, tetapi sekaligus memberikan kuntungan yang dapat
menjadi kompensasi masalah keagenan masing-masing.
ASTINDO dalam struktur kepemilikan perusahaan ternyata tidak mengurangi
nilai perusahaan atau tidak mengekspropriasi kekayaan pemegang saham minoritas.
Tetapi persentase kepemilikan ASTINDO berpengaruh negatif kepada praktek
corporate governance. Tidak terdapat perbedaan pengaruh dari kepemilikan
ASTINDO dan kepemilikan blockholders benar-benar asing (BLOCKA) kepada nilai
perusahaan dan praktek corporate goverance. Dengan asumsi ASTINDO diukur dengan benar, hasil tersebut meragukan argumen bahwa kepemilikan BLOCKA berpengaruh positif kepada kinerja perusahaan dan praktek corporate governance.

Abstract
The primary objective of this study is to test simultaneous relationships among the
value of the firm, the practice of corporate govemanee, and the ownership structure on
a sample of 114 companies quoted in the Jakarta Stock Exchange (JSX) for the year 2003. The ovmership structure variables include cash flow rights, wedge (control
rights - cash-flow rights), and percent of ownership by foreign bloclcholders that presumably are Indonesian blockholders (FBIB). The value of the firm is measured by
proxy of Tobin's Q and the practice of corporate governance is measured by corporate
govemance index (CGI) developed by Arsjah (2005). Because of the endogeneity among the variables, the two stage least squares are employed.
The study finds that practice of corporate govemance fails to affect value of the
firm, but value of the firm is a positive predictor of practice of corporate governance.
These results suggest that highly valued firms adopt the practice of the good corporate
govemance because they believe that the practice of the good corporate governance
will further raise fimr value. However, adopting the practice of good corporate governance may not translate to higher fimi value. This may due to the fact that
implementation of the practice of the corporate govemance is something new in Indonesia and that market may have difficulty in reflecting the effects of the practice of
thecorporategovemanceonthevalueofthefirmbecauseofthelackofproper information.
Further, the influence ofthe practice ofthe corporate governance on the value ofthe firm becomes less, when the wedge of the firm becomes higher. Wedge is the variable that estimates incentives of ultimate majority shareholders to expropriate minority shareholders. Therefore, I conclude that effectiveness of the practice of the corporate govemance is influenced by the expropriation incentives of the ultimate majority shareholders.
Ownership structure and the value of the firm have no systematic relation. This result supports that the ownership structure of a firm is the endogenous outcome of decisions. In other words, ownership structure is chosen so as to maximize the value of
the firm, and that greater diffuseness in ownership, although it makes the agency
problemmoresevere,conveyscompensatingadvantagesonfirmsthatchoosetorelyon a difiiise ownership structure.
FBIB does not extract private benefits for themselves or do not expropriate the
wealth of the minority shareholders. But, percent of ownership by FBIB has negative effectsonthepracticeofthecorporategovernance.Thereisno differencebetweenthe
influence of percent of ownership by foreign bloekholders and of percent of ownership by PBIB on the value of the firm and the practice of the corporate governance.
Assuming that percent of ownership by FBIB are accurately measured, this result casts some doubt on the argument that ownership by foreign bloclcholders has positive effects on the performance and the practice of the corporate governance."
2006
D656
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muchlis
"ABSTRAK
Penelitian ini mengungkapkan adanya indikasi manajemen Iaba dalam laporan
keuangan bank-bank di Indonesia. lndikasi itu terlihat pada bank-bank yang diduga
termotivasi untuk melakukan manamen Iaba, dan tidak terlihat pada bank-bank
yang diduga tidak termotivasi untuk melakukannya. Bank-bank yang terindikasi
melakukan manajemen laba temyata memiliki diskresi Iaba aktual yang positif
signifikan dan diskresi beban akrual yang negatif signifikan. Diskresi laba dan beban
akrual seperti itu tidak tampak pada bank yang diduga tidak termotivasi untuk
melakukan manajemen laba.
Penelitian ini juga menemukan bahwa pasar saham memberikan penilaian
positif kepada komponen-komponen Iaba, yaitu aliran kas operasi, nondiscretionary
accrual yang merupakan hasil penerapan prinsip akuntansi, maupun discretionary
accrual yang merupakan hasil diskresi manajemen. Keclua komponen laba accrual,
baik yang bersifat nondiscrerionary maupun discretionary, temyata memang
meningkatkan informativeness Iaba yang dilaporkan oleh industri perbankan.

Abstract
This study shows some indications of earnings managements in financial
reports of banks in Indonesia. Those indications appear in financial reports of banks
presumed to be motivated to manage their earnings, and do not appear in those who
do not presumed to do so. The presumably motivated banks also show significantly
positive discretionary accrual profit and negative discretionary accrual expense. The
discretionary accruals are not shown by banks presumably have no motivations to
manage their earnings.
This study also iinds positive values awarded by Indonesian stock market to
the three earnings components: cashflow from operations which is the cash profit
component, nondiscretionary accruals that come from accrual accounting and
discretionary accruals that come from management discretions. The two accrual
profit, both the discretionary and nondiscretionary, tum to be enhancing the
informativeness of profit reported by banking industry."
2006
D872
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library