Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leli Hesti
"Prevalensi Anemia pada Pekcrja Pria serta faktor-faktor yang berhubungan, di Perusahaan X, 2009 Program Studi : Kedokteran Kerja-Pasca Sarjana Latar Belakang Pekerja pada perusahaan migas dalam lingkungan keijanya sehari-hari banyak berhubungan dengan bahan kimia hidrokarbon aromatik terutama BTX (benzena, toluene, xylene). Adanya pajanan benzcna secara kronis dapat menyebabkan gangguan kesehatan tennasuk anemia. Oleh karena itu pcrlu diketahui prevalensi anemia pada pckeija ini sena melihat pula faktor-faktor apa saja ikut yang mempengaruhinya.
Metodologi Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang. Responden diambil secara total sanqyling yaitu sebanyak 121 responden. Setiap responden dilakukan anamncsis, pemeriksaan darah tcpi dan pemeriksaan apusan darah untuk menentukan jenis anemia yang terjadi.
Diagnosis Anemia berdasarkan kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Semua pemeriksaan dilakukan di sekitar tempat kerja responden dan berlangsung selama kurang lehih 20 menit untuk setiap responden. Pengambilan data dilakukan selama 14 hari mulai tanggal 28 Februaxi 2009 sampai dengan tanggal 7 Maret 2009. Analisis data dilakukan dcngan metode uji statistik kai kuadrat untuk melihat adanya hubungan antara berbagai faktor risiko dengan variabel anemia.
Hasil dan kesimpulan Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa 5(4,1%) orang dengan anemia berdasarkan kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Pajanan benzena yang menjadi faktor risiko dari pckerjaan, diukur bcrdasarkan nilai exposure raling yang berasal dari beberapa indeks pajanan diantaranya perbandingan kadar hasil pengukuran dengan NAB, jenis° APD, perawatan, penggunaan dan durasi pajanan, diperhitungkan untuk menentukan peringkat pajanan benzena terhadap pekcrja. Hasil penelitian ini menunjukkan, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pajanan benzena dengan anemia.
Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar rcsponden terpajan benzcna. Dari hasil monitoring lingkungan kerja ditemukan pajanan benzena dalam dosis rendah (0 ppm-19,47 ppm), dan pada perhitungan exposure rating benzena ditemukan nilai rendah (0~24,2). Berdasarkan analisa bivariat kebiasaan minum teh yang menunjukkan hubungan bermakna dcngan anemia (p = 0,04; OR = 015; 95% CI = 0,02-0,9), ia menjadi faktor protektif (Odds ratio = 0,15). Hasil dari analisis multivariat menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan terjadinya anemia.

Oil company workers exposed to aromatic hydrocarbon chemical agents especially BTX (benzena, toluene, xylene) in their work environment. Chronic Benzene exposure can cause several health disorders, as well as anemia. Therefore, it is necessary to know the prevalence of anemia in these workers as well as its related factors.
Method This study used cross sectional design. Sample selection used total population technique which used 121 respondents. Every respondent was conducted interview, laboratory examination such as haematological count and blood smear examination to confirm the type of anemia.
Anemia was diagnosed from its hemoglobin concentration and erythrocyte count. The study was conducted near the workers workplace and it took time approximately 20 minutes each. It took place for 14 days nom Fenway 28"?, 2009 ami March 1"', 2009. Chi square analysis was used to evaluate the association between anemia and its related factors.
Results, conclusion and suggestion From this study, there were 5 (4,1%) workers suffered from anemia according to hemoglobin concentration and erythrocyte count Benzene exposure that was a risk factor in their jobs, was measured according to exposure rating value that came from some exposure indexes such as ratio between measuring of benzena in workplace and treshold limit value of benzena , type of PPE, maintenance, usage and exposure duration, was count to determine exposure rating index.
This study showed that there were no significant association between benzene exposure and anemia. This study found that there were most of respondents exposed to benzene. Environmental monitoring found benzene exposure in low concentration (O ppm - l9,47 ppm), and benzene exposure rating calculation found it in low value (0 - 24,2),. According to bivariate analysis the worker who have tea consumption showed a signilicant association with anemia (p = 0.04; OR = 0.l5; 95% CI = 0.02-0.9), in other hand this variable became a protectif factor (Odds ratio = 0,l5). Multivariate analysis showed that all variable studied did not show a significant association with anemia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T29147
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Martina
"ABSTRAK
LatarBelakang: Di Indonesia insidens keganasan meningkat dan mayoritas datang pada stadium lanjut sehingga peran layanan paliatif sangat penting. Profil unmet needs pada pasien keganasan meliputi seluruh stadium belum tersedia di Indonesia dan di RSCM.Unmet needs diduga berperan pada kualitas hidup pasien keganasan. Tujuan: Mengetahui profil unmet palliative needs dan kualitas hidup pasien keganasan di RSCM. Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang dengan metode pengambilan sampel secara konsekutif di poliklinik dan gedung rawat inap RSCM sejak bulan September hingga Desember 2015. Profil unmet needs diperoleh menggunakan kuesioner PNPC-sv sedangkan kualitas hidup dinilai dengan kuesioner EORTC QLQ-C30. Kriteria inklusi adalah pasien keganasan berusia 18 tahun atau lebih yang bersedia mengikuti studi. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan gangguan kognitif, afektif, atau kondisi umum lemah sehingga tidak memungkinkan pengisian kuesioner. Hasil: Sejumlah 329 pasien didapatkan melalui consecutive sampling di poliklinik dan gedung A RSCM.Unmet needssecara umum masih tinggi dengan dominasi pada ranah fisik pada kisaran 59,5-73,2%; spiritual 58,1-78,1%; sosial (masalah dengan pasangan 58,8%; kesulitan menemukan orang untuk diajak bicara 66,1%), psikologis (takut dengan penderitaan akibat penyakitnya 56,7%; tidak siap dengan kondisi masa depan 62,9%) dan finansial (kehilangan penghasilan, 51,3%). Kualitas hidup global 66,7 dengan kecenderungan skor yang lebih baik pada item unmet needs yang lebih sedikit. Kesimpulan: Unmet palliative needs ranah spiritual, fisik, psikologis, sosial, dan finansial masih tinggi, dengan dominasi aspek spiritual dan fisik. Skor kualitas hidup global pasien keganasan di RSCM adalah 66,7, dengan skala fungsional terendah pada fungsi peran dan skala simtomatik tertinggi pada nyeri, fatik, dan masalah finansial

ABSTRACT
Background: The incidence of cancer is increasing globally. In Indonesia the majority of them admitted at advanced stage where the target of treatment is to support the best possible quality of life.Unmet palliative needs are thought to be associated with quality of life and influenced by cultural background.The data regarding unmet palliative needs among all stages of cancer patients in Indonesia is limited. Objectives: To know unmet palliative needs profile and quality of life of cancer patients in RSCM. Method: This is a cross sectional study using consecutive sampling method in outpatient and inpatient clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital since September to December 2015. Unmet palliative needs was evaluated using PNPC-sv while quality of life was evaluated with EORTC QLQ-C30. Inclusion criterias werecancer patients aged 18 years or more and approved to join the study. Exclusion criterias were cognitive or affective disorders, and medically unstable patient. Result: Three hundred twenty nine cancer patients joined the study. In general, unmet needs prevalence were high, with predominance of physical(59.5-73.2%); spiritual (58.1-78.1%); social (problems in the relationship with life companion 58.8%; difficulties in finding someone to talk to 66.1%), psychological (fear of physical suffering 56,7%; difficulty coping with the unpredictability of the future 62.9%) and financial (loss of income because of the disease, 51.3%). Global quality of life was 66.7 with a trend of better score in less items of unmet needs. Conclusion: The proportion of unmetspiritual, physical, phsycological, social, and financial needs are still high, with predominance of spiritual and physical domain. Global quality of life score of cancer patients in RSCM is 66.7, the lowest functional scale was role and highest symptomatic scale were pain, fatigue, and financial problems"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andalia Fitri
"Latar Belakang: Penyakit refluks gastroesofageal GERD adalah suatu kondisi patologis akibat refluks isi lambung ke dalam esofagus. GERD merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai faktor dengan prevalensi yang semakin meningkat di seluruh dunia. Interleukin 6 IL-6 adalah sitokin pro inflamasi ditemukan pada mukosa esofagus pasien GERD dan berkaitan dengan gangguan motorik otot esofagus. Akupunktur tanam benang telah lama dikenal sebagai salah satu terapi tambahan dalam menangani GERD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa terhadap kadar IL-6 serum pasien penyakit refluks gastroesofageal.
Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal dilakukan pada 40 pasien GERD yang dialokasikan ke dalam kelompok akupunktur tanam benang dan medikamentosa atau kelompok akupunktur sham dan medikamentosa. Akupunktur tanam benang dilakukan pada titik CV12 Zhongwan, ST36 Zusanli, BL21 Weishu sebanyak 2 kali dengan interval 15 hari. Kadar IL-6 dalam plasma darah secara ELISA digunakan untuk mengukur keluaran penelitian.
Hasil penelitian: Tidak ada perbedaan signifikan pada kadar IL-6 sebelum terapi di kedua grup. Pada akhir terapi didapatkan penurunan kadar IL-6 pada kelompok akupunktur tanam benang dan penurunan kadar IL-6 pada kelompok sham, namun secara statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok p = 0.14.
Kesimpulan: Akupunktur tanam benang belum terbukti secara statistik mempengaruhi kadar IL-6 pada pasien GERD. Kata kunci : GERD, akupunktur tanam benang, IL-6.

Backgrounds: Gastroesophageal reflux disease GERD is a pathological condition due to reflux of stomach contents into the esophagus. GERD is multifactorial disorder with increase in prevalence worldwide. Interleukin 6 IL 6 is a pro inflammatory cytokine that is commonly found in esophageal mucosa of GERD patients and associated with esophageal motor disorders. Acupoint catgut embedment has long been known as an adjunctive therapy for GERD. This study aimed to establish the effect of acupoint catgut embedment combined with medication on IL 6 serum levels of patients with GERD.
Methods: A single blind, randomized controlled trial involved 40 GERD patients randomly allocated to catgut embedding therapy plus medication or sham acupuncture with medication. Catgut embedding therapy was given two times at CV12 Zhongwan, ST36 Zusanli, BL21 Weishu every 15 days. Serum levels of IL 6 were measured by ELISA as research output.
Results: There were no significant differences in the baseline levels of pro inflammatory IL 6 mediators between groups. After one month treatment, the median levels of IL 6 were statistically insignificant decreased in catgut embedding therapy plus medication vs sham acupuncture and medication p 0.14.
Conclusion: The results suggest that catgut embedding therapy has not been proven statistically influencing the levels of IL 6 in patients with GERD. Keywords GERD, catgut embedding therapy, IL 6.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Intan Russianna
"ABSTRAK
Latar Belakang: Muatan besi berlebih yang diduga dapat menyebabkan peningkatan stres oksidatif malondialdehyde merupakan masalah utama pada pasien thalasemia beta mayor dan intermedia, baik TDT maupun NTDT. Transfusi darah dan kelasi besi merupakan terapi utama thalasemia. Kadar malondialdehyde MDA plasma belum diteliti mendalam di Indonesia, terutamapada pemberian transfusi serta korelasinya dengan muatan besi berlebih.Tujuan: mendapatkan profil kadar MDA pada pasien thalasemia dewasa; membandingkan kadarnya antara sebelum dan setelah transfusi antara pasien TDT dan NTDT serta mendapatkan korelasinya dengan feritin serum FS dan saturasi transferin ST .Metode: Penelitian potong lintang serta pre dan post study pada penderita dewasa thalasemia beta yang mendapatkan transfusi darah serta dengan/atau tanpa kelasi besi. Sampel darah diambil sesaat sebelum transfusi dan satu hari setelah transfusi. Kadar MDA plasma diperiksa berdasarkan metode Wills.Hasil: Sebanyak 63 orang pasien dilibatkan dalam studi, terdiri dari 51 TDT dan 12 NTDT. Median kadar MDA adalah 0,49 0,21-1,33 ?mol/L. Kadar tersebut tidak berbeda bermakna antara sebelum dan setelah transfusi, antara pasien TDT dan NTDT. Didapatkan korelasi lemah antara FS dengankadar MDA sebelum transfusi sedangkan tidak ada korelasi antara FS dengan kadar MDA setelah transfusi dan antara ST dengan kadar MDA.Simpulan: Median kadar MDA plasma pada pasien dewasa dengan thalasemia beta mayor dan intermedia sebelum transfusi 0,49?mol/L.Tidak ada perbedaan bermakna antara kadar MDA sebelum dan setelah transfusi dan antara pasien TDT dan NTDT. Terdapat korelasi lemah antara FS dengan MDA sebelum transfusi dan tidak terdapat korelasi FS dengan MDA setelah transfusidan ST dengan kadar MDA.

ABSTRACT
Abstract Background Iron overload is a major problem in thalassemic patients, either in TDT or NTDT. Iron overload may increase oxidative stress malondialdehyde MDA . Blood transfusion and chelating iron are the main therapy for beta thalassemia major TDT. However, plasma MDA levels have not been well studied in Indonesia, especially its correlation with iron overload.Objective This study aimed to profile MDA levels in adult thalassemic patients to compare its level between before and after transfusion and between TDT and NTDT patients and to obtains its correlation with serum ferritin SF and transferrin saturation TS .Method A cross sectional as well as pre and post study in adult patients with thalassemia major and intermedia who received blood transfusion with or without chelating iron.Blood samples were withdrawn immediately before transfusion and one day after transfusion. Plasma MDA levels were assayed according to Wills method. Results Total of 63 patients were enrolled, consisting 51 TDT and 12 NTDT patients. Median MDA level was 0.49 0,21 1,33 mol L. The level was not significantly different between before and after transfusion, between TDT and NTDT patients. Weak correlation was observed between SF and MDA levels before transfusion and there is no correlation was observed between SF and MDA levels before transfusion and also between TS and MDA levels.Conclusion Median plasma MDA levels in adult patients with beta thalassemia major and intermedia before transfusion 0,49 mol L. No significant different is found between MDA before and after transfusion and between TDT and NTDT patients as well. Plasma MDA levels have weak correlation with serum feritin levels before blood transfusion."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Ichsantyadi Awang
"Latar Belakang. Pencapaian berat kering merupakan target dari keberhasilan hemodialisis. Viskositas plasma sebagai parameter hemoreologi darah dipengaruhi oleh ultrafiltrasi pada hemodialisis. Dipikirkan viskositas plasma pasca dialisis memiliki nilai diagnostik sebagai petanda pencapaian berat kering.
Tujuan. Mengetahui korelasi antara viskositas plasma pasca dialisis dengan nilai ECW, beda reratanya antara kelompok mencapai berat kering dan tidak, serta nilai diagnostiknya sebagai penanda pencapaian berat badan kering pasien hemodialisis kronik.
Metode. Studi ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan selama bulan Maret- April 2018. Subyek penelitian adalah pasien hemodialisis dewasa yang menjalani hemodialisis rutin di unit hemodialisis RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Pencapaian berat kering dikategorikan dengan persentase cairan ekstraseluler ECW berdasarkan analisis bioimpedansi BIA. Viskositas plasma dinilai dengan instrumen Mikrokapiler Digital pada sesi hemodialisis yang bersamaan. Dilakukan uji korelasi Spearman antara parameter viskositas plasma pasca dialisis dan nilai ECW. Untuk menilai beda rerata dilakukan uji t tidak berpasangan, dilanjutkan analisis dengan Receiver Operator Curve ROC untuk memperoleh nilai AUC. Berdasarkan nilai cut off yang didapat, dilakukan analisis tabel 2x2 untuk menentukan nilai duga positif dan nilai duga negatif.
Hasil. Sejumlah 130 subjek hemodialisis dewasa berusia 19-80 tahun mengikuti studi ini, dengan median usia 52 tahun. Didapatkan korelasi sedang antara ECW dengan viskositas plasma pasca dialisis r=-0,445, p=0,000 . Diperoleh beda nilai bermakna antara kelompok pencapaian berat kering pada parameter viskositas plasma pasca dialisis p=0,000 . Area Under Curve AUC untuk viskositas plasma dan pencapaian berat kering adalah 77,2 , dengan cut off 1,62 mP diperoleh sensitivitas 71,4 , spesifisitas 75,5 , nilai duga positif 80,88, nilai duga negatif 65,41.
Simpulan. Viskositas plasma pasca dialisis memiliki hubungan sedang dan berhubungan terbalik dengan ECW sebagai tolok ukur pencapaian berat kering. Terdapat beda rerata bermakna nilai viskositas plasma pasca dialisis pada kelompok yang mencapai berat kering dan yang tidak mencapai. Viskositas plasma pasca dialisis memiliki nilai diagnostik yang cukup baik sebagai penanda pencapaian berat kering pasien hemodialisis kronik. Parameter tersebut dapat diaplikasikan dengan tetap memperhatikan gejala dan tanda klinis pasien hemodialisis kronik Kata kunci. Viskositas, plasma, hemodialisis, berat badan kering, hemorheologi.

Achievement of dry weight is a target of an effective haemodialysis. Plasma viscosity is a haemorhogical parameter of blood altered by ultrafiltration during haemodialysis. Post dialysis plasma viscosity may have diagnostic value in determining the achievement of dry weight post haemodialysis.
Objective. To evaluate post dialysis plasma viscosity correlation with ECW, its mean difference between dry weight achiever and non-achiever, and its diagnostic value in determining dry weight achievement of haemodialysis patients.
Methods. A cross sectional study on adult chronic haemodialysis patients from March-April 2018. Subjects of the study are adult chronic haemodialysis patients in Haemodialysis unit of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Dry weight acheivement was cathegorized using extracellular water ECW percentage based on Bioimpedance analysis BIA. Post dialysis plasma viscosity was measured using Digital Microcapillar instrument on the correlated dialysis session. Spearman correlation test was performed between post dialysis plasma viscosity and ECW. Unpaired t-test was performed to analyze mean difference. Diagnostic test using ROC curve was performed to obtain AUC. Based on the cut off, 2x2 test was performed to produce the PPV and NPV.
Result. One hundred and thirty subjects, aged 19-80 years old, with median of 52 years old enrolled for the study. Moderate negative correlations were obtained between ECW and post dialysis plasma viscosity r=-0,445, p=0,000 . Significant difference was obtained between hypervolemic and normovolemic subjects, for the parameter post dialysis plasma viscosity p=0,000 . Area under curve AUC for post dialysis plasma viscosity and dry weight achievement was 77,2 , and with 1,62 cP cut off, obtained 71,4 sensitivity, 75,5 specificity, 80,88 positive predictive value, and 65,41 negative predictive value.
Conclusion. Post dialysis plasma viscosity and delta viscosity has moderate negative correlation to ECW as dry weight determinant. Significant post dialysis plasma viscosity difference was identified between subjects achieving dry weight and those were not. Post dialysis plasma viscosity provided considerably good diagnostic value in determining dry weight achievement of haemodialysis patients. This parameter may be applied, in regard of haemodialytic patients rsquo; signs and symptoms Keywords. Viscosity, plasma, haemodialysis, dry weight, haemorheology"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58599
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantoruan, Toman Tua J.
"ABSTRAK
Tesis ini membahas osteopontin pada karsinoma nasofaring stadium lanjut dan hubungannya dengan karakter klinis pasien tahap lanjut yang ada pada penelitian ini serta hubungannya dengan fragmen prothrombin 1+2 yang merupakan petanda hypercoagulable state. Penelitian ini adalah penelitian dengan desain potong lintang. Hasil penelitian menemukan tingginya kadar osteopontin pada pasien karsinoma nasofaring stadium lanjut dan tidak menemukan hubungan dengan kadar fragmen prothrombin 1+2. Disarankan untuk melakukan penelitian dengan skala lebih besar untuk mengevaluasi aktivasi trombosit dan sel-sel endotel.

ABSTRACT
The focus of this study is osteopontin in advanced stage nasopharyngeal cancer. The purpose of this study is to determine the correlation of osteopontin with patient’s characteristics and fragmen prothrombin 1+2 as a marker of hypercoagulable state. Study design is cross sectional and the results showed the high level of osteopontin in advanced stage nasopharyngeal cancer and there is no correlation with fragmen prothrombin 1+2. It is recommended to conduct a research with larger scale to also evaluate platelet activation and endothelial cells respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Faizal Drissa
"Pendahuluan : Muatan besi berlebih merupakan masalah utama pada pasien thalassemia beta bergantung transfusi karena menyebabkan toksisitas pada jaringan atau organ. Laporan mengenai korelasi antara muatan besi berlebih dengan fungsi endokrin pada pasien dewasa TDT beta yang mengalami retardasi pertumbuhan di Indonesia belum pernah dilaporkan.
Tujuan: Mendapatkan profil muatan besi dengan fungsi endokrin pada pasien dewasa TDT beta yang mengalami retardasi pertumbuhan.Metode: Dilakukan studi potong lintang pada pasien thalassemia beta mayor homozigot dan beta HbE usia dewasa yang mendapat transfusi darah di Poliklinik Thalassemia RSCM Jakarta pada Desember 2017. Muatan besi berlebih diwakili oleh feritin serum FS dan saturasi transferin ST, fungsi endokrin yang diperiksa adalah TSHs, fT4, dan IGF-1. FS, fT4 dan TSHs diperiksa dengan metode ELISA. IGF-1 diperiksa berdasarkan metode Solid-Phase ECLIA.
Hasil: Proporsi hipotiroid subklinis sebesar 32,7 , kadar IGF-1 rendah pada 79,3 subjek penelitian. Terdapat korelasi negatif lemah FS dengan fT4 r = -0,361; p=0,003 , dan IGF-1 r=-0,313; p=0,008 , tidak terdapat korelasi FS dengan kadar TSHs r=0,074; p=0,29 . Tidak terdapat korelasi ST dengan TSHs r =0,003; p=0,492 , fT4 r=0,018; p=0,448 , dan IGF-1 r=-0,142; p=0,143.
Simpulan: Terdapat korelasi negatif antara muatan besi berlebih yang dinilai dari feritin serum dengan fungsi endokrin yang dinilai dengan fT4 dan IGF-1.

Introduction. Iron overload is a major problem in patients with transfusion dependent beta thalassemia, because it causes toxicity to tissues or organs. The correlation between iron overload and endocrine function in adult TDT beta patients in Indonesia have not been reported.
This study aims to obtain a profile of iron load and endocrine function of adult TDT beta patients with growth retardation.Methods Cross sectional study was performed on beta homozygous beta and adult HbE beta patients receiving blood transfusions at the Thalassemia Kiara RSCM Jakarta Clinic, December 2017. Iron overload was represented by serum ferritin FS and transferrin saturation ST, and the endocrine functions are TSHs, fT4 by ELISA method and IGF 1 by the Solid Phase ECLIA method.
Results Subclinical hypothyroid proportion was 32,7 and low IGF 1 level was found in 79.3 of subjects. There is a weak negative correlation between FS and fT4 r 0.361 p 0.003, and IGF 1 r 0.313 p 0.008 . No correlation was found between ST with TSHs r 0,003 p 0,492, fT4 r 0,018 p 0,448, and IGF 1 r 0,142 p 0,143.
Conclusion There was negative correlation between iron overload based on serum ferritin with endocrine function based on fT4 and IGF 1."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library