Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Intan Hanifa
Abstrak :
Geopolimer pada aplikasinya sebagai material alternatif memerlukan kemampuan ketahanan panas yang baik sebagai bahan bangunan apabila terjadi kebakaran atau bahkan dapat dijadikan sebagai bahan refraktori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui  ketahanan panas geopolimer berbasis metakaolin (GM) yang ditambahkan filler zirkon terhadap ketahanan panas yang dibandingkan dengan semen tahan api yaitu calcium aluminate cements (CAC). Sampel yang diteliti merupakan mortar geopolimer berbasis metakaolin dengan larutan NaOH + Na2SiO3 dengan ditambahkan sebanyak 20% pasir zirkon dan pasir ottawa sebagai pembanding. Kemudian setelah curing 28 hari sampel dilakukan variasi perlakuan panas yaitu yang tidak dipanaskan dan yang dipanaskan pada suhu 200°C selama 2 jam. Hasil pengujian kuat tekan pada suhu ruang sampel GM-zirkon memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan sampel GM-ottawa, hal ini dapat disebabkan karena pasir zirkon berperan sebagai filler yang dapat masuk di antara jaringan polisialat dan mengisi ruang kosong sehingga sifat mekanis GM dapat meningkat. Namun pada penelitian ini, kuat tekan sampel GM-zirkon lebih rendah dibandingkan dengan sampel CAC-zirkon sehingga dibutuhkan formula larutan aktivator yang lebih baik. Hasil pengujian TG-DTA terlihat sampel GM memiliki 3 peak dan sampel CAC memiliki 2 peak yang menggambarkan reaksi eksoterm dan endoterm. Selain itu, sampel GM mengalami penurunan berat dalam % lebih signifikan diakibatkan karena air yang menguap dibandingkan dengan sampel CAC. Hasil XRD juga menunjukkan sampel GM dan CAC dengan tambahan pasir zirkon tidak membentuk fasa baru baik yang di suhu ruang maupun di suhu 400°C. Dengan demikian, pasir zirkon yang ditambahkan tidak terlalu memberikan efek yang signifikan terhadap ketahanan panas geopolimer berbasis metakaolin, tetapi suhu 200°C merupakan pemanasan yang baik untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipanaskan setelah curing. ......Geopolymers in its application as an alternative material requires good heat resistance ability as a building material in the event of a fire or even as a refractory material. This research was conducted to determine the heat resistance of metakaolin-based geopolymer (GM) with the addition of zircon filler compared to fire-resistant cement, namely calcium aluminate cements (CAC). The samples studied were metakaolin-based geopolymer mortars with NaOH + Na2SiO3 solution, with the addition of 20% zircon sand and Ottawa sand as a comparison. After 28 days of curing, the samples underwent heat treatment variations, namely those not heated and those heated at a temperature of 200°C for 2 hours. The compressive strength test results at room temperature showed that the GM-zircon samples had higher compressive strength compared to the GM-Ottawa samples. This could be due to zircon sand acting as a filler that can enter the polysialate network and fill the voids, thereby improving the mechanical properties of the GM. However, in this study, the compressive strength of the GM-zircon samples was lower compared to the CAC-zircon samples, indicating the need for a better activator solution formula. The TG-DTA test results showed that the GM samples had 3 peaks, while the CAC samples had 2 peaks, indicating exothermic and endothermic reactions. In addition, the GM samples experienced a more significant decrease %weight due to evaporation of water compared to the CAC samples. The XRD results also showed that both the GM and CAC samples with the addition of zircon sand did not form new phases, both at room temperature and at 400°C. Thus, the addition of zircon sand did not have a significant effect on the heat resistance of metakaolin-based geopolymers. However, heating at 200°C was found to be beneficial in achieving higher compressive strength compared to samples that were not heated after curing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasiska Diana Putri
Abstrak :
Geopolimer telah dipertimbangkan sebagai material pengikat pengganti semen dalam beton. Tak hanya unggul dari segi lingkungan, performa geopolimer juga mampu bersaing sebagai material konstruksi. Dalam aplikasi struktural diperlukan material mutu tinggi yang tak jarang diproduksi dengan memanfaatkan superplasticizer karena mampu menghasilkan beton berkekuatan tinggi dengan kadar air yang rendah tanpa menurunkan fluiditasnya. Memahami kemungkinan pemanfaatan superplasticizer pada geopolimer menjadi syarat penting untuk mengembangkan material ini dalam skala industri. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dan efektivitas penambahan superplasticizer komersial yang didesain untuk beton OPC terhadap sifat mortar geopolimer segar dan keras. Sampel yang diamati berupa mortar geopolimer berbasis abu terbang kelas F yang diaktivasi oleh larutan NaOH+Na2SiO3 dengan dosis superplasticizer sebesar 0, 0.1%, dan 0.2%. Pengujian yang dilakukan mencakup uji flow table, kuat tekan, dan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan polycarboxylate ether dapat meningkatkan flowability geopolimer, meskipun peningkatannya tidak lagi signifikan seiring bertambahnya dosis superplasticizer. Mortar geopolimer dengan dosis penambahan superplasticizer yang rendah tidak memberikan efek berarti pada kuat tekan. Namun, penurunan nilai kuat tekan akan terjadi pada penambahan dosis tinggi superplasticizer. Melalui FTIR dapat diamati adanya penurunan intensitas serapan gugus fungsi karboksilat dan eter pada sampel mortar, yang menandakan terjadi sejumlah pemutusan ikatan polycarboxylate ether pada geopolimer. ......Geopolymers are considered as an alternative binding material to cement in concrete. They offer environmental benefits and perform well as construction materials. Superplasticizers are commonly used to produce high-quality materials for structural applications, allowing the production of high-strength concrete with low water content while maintaining its fluidity. Understanding the possibility of using superplasticizers in geopolymers is crucial for industrial-scale development. This study aims to investigate the effect of commercial superplasticizers designed for OPC concrete on fresh and hardened geopolymer properties. Class F fly ash-based geopolymer mortars activated by NaOH+Na2SiO3 solution were tested with superplasticizer dosages of 0, 0.1%, and 0.2%. Tests included flow table, compressive strength, and FTIR analysis. Results show that the addition of polycarboxylate ether can improve the flowability of geopolymers, although the improvement is no longer significant with increasing superplasticizer dosage. Geopolymer mortars with low-dosage superplasticizer addition do not show significant effects on compressive strength. However, a decrease in compressive strength values will occur with high dosages of superplasticizer. FTIR analysis reveals reduced absorption intensity of carboxylate and ether groups, suggesting some breakage of polycarboxylate ether bonds in geopolymers.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlang Setiawan
Abstrak :
LATAR BELAKANG
Kelenjar getah bening merupakan salah satu organ yang termasuk sistem retikuloendotelial dan mempunyai peranan penting dalam pertahanan tubuh. Disamping itu kelenjar getah bening merupakan juga organ yang sering terkena penyakit, baik hanya berupa reaksi hiperplasia maupun infeksi, tumor primer, tumor sekunder dan penyakit sistemik (1,2,3).

Biopsi terbuka merupakan tindakan yang amat penting baik dalam fungsinya sebagai diagnostik maupun digunakan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit (4,5). Di samping kegunaannya yang penting tersebut, biopsi terbuka mempunyai resiko yang harus diperhatikan, misalnya dapat mempermudah penyebaran tumor ganas, menimbulkan bekas operasi, biaya mahal dan dapat memberikan kesan pada penderita bahwa penyakitnya telah diobati dengan tindakan ini (5,6,7).

Biopsi aspirasi kelenjar getah bening pertamakali dilaporkan oleh Grieg dan Gray (8) pada tahun 1904 terhadap penderita Tripanosomiasis. Kemudian pada tahun 1930, Martin dan Ellis (9) lebih lanjut mejelaskan tentang teknik biopsi aspirasi jarum halus. Perkembangan tindakan ini makin cepat dan luas, bahkan saat ini tindakan biopsi aspirasi jarum halus telah menjadi tindakan rutin di negara maju, serta telah dilakukan terhadap berbagai organ, baik yang letaknya superfisial maupun yang letaknya dalam rongga dada / perut (10,11,12).

Mengingat tindakan biopsi aspirasi jarum halus merupakan tindakan yang aman., murah dan mempunyai ketepatan diagnosis yang tinggi (13,14,15,16,17), maka sewajarnyalah tindakan ini diterapkan di negara-negara yang sedang berkembang, terutama negara dengan keadaan sosial ekonomi yang masih kurang/rendah.

Di Indonesia laporan tentang biopsi. aspirasi jarum halus belum banyak dipublikasikan, walaupun mungkin telah banyak dilakukan di beberapa pusat pendidikan. Sedangkan akhir-akhir ini Zajdela dkk (18), telah memperkenalkan tindakan biopsi jarum halus tanpa aspirasi pada tumor payudara, menghasilkata sediaan yang cukup dan ketepatan diagnosis tidak berbeda dengan biopsi aspirasi jarum halus.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besarnya ketepatan diagnosis biopsi jarum halus pada limfadenopati supersial penderita dewasa serta mempergunakan cara Zajdela dkk pada awal tindakan biopsi jarum halus. Sebagai tolok ukur adalah diagnosis histologik sediaan blok parafin.
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library