Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Awaliyah Ulfah Ayudytha Ezdha
"Penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit Setia Mitra belum berjalan dengan optimal maka perlu pengukuran budaya keselamatan pasien tertutama di kalangan perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi perawat tentang budaya keselamatan pasien dan bagaimana penerapan sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit Setia Mitra. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi adalah seluruh perawat yang ada di Rumah Sakit Setia Mitra yaitu 77 perawat dengan sampel 68 perawat.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi perawat tentang budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Setia Mitra yaitu 72.1% baik. Dimensi paling banyak dipersepsikan baik yaitu dimensi operan sebesar 75% dan paling sedikit dipersepsikan baik adalah dimensi dukungan manajemen sebesar 1.5%. Secara statistik usia (p value = 0.048), masa kerja (p value = 0.016) dan jabatan perawat (p value = 0.049) memiliki hubungan dengan persepsi perawat terhadap budaya keselamatan pasien (p<0.05).
Pada penerapan sasaran keselamatan pasien yaitu 55.15% memahami dengan baik bagaimana penerapan sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit Setia Mitra. Disarankan agar tim keselamatan pasien yang ada lebih dioptimalkan tugas dan fungsinya sehingga budaya keselamatan pasien di rumah sakit dapat terus ditingkatkan.

It is necessary to measure patient safety culture especially among nurses. This study aims to describe the nurses perception about patient safety culture and how the implementation of patient safety goals at Setia Mitra Hospital. This descriptive research conducted with quantitative and qualitative approaches. Population in this study is all nurses in Setia Mitra hospital that consist of 77 nurses with sample 68 nurses.
The result of study shows the nurse's perception about patient safety in Setia Mitra hospitals is 72.1% good. Dimension with the most good nurse perception is hospital handoffs and transitions dimension by 75% and at least perceived good is management support dimension of 1.5%. Statistically, age (p value = 0.048), work period (p value = 0.016) and the level of nurses (p value = 0.049) have a relationship with the nurses perception on patient safety culture (p <0.05).
In the implementation of patient safety goals in Setia Mitra Hospital, namely 55.15% with a good understanding. It is recommended that patient safety team in the Setia Mitra Hospital further optimized its duties and functions so that the patient safety culture in hospitals can be improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T44780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Aurelia
"ABSTRAK
Rumah Sakit X merupakan salah satu rumah sakit kelas C di Jakarta Selatan yang
mengalami lonjakan pasien sejak diberlakukannya rujukan berjenjang oleh BPJS. Pasien
Acute Coronary Syndrome merupakan pasien dengan kegawatdaruratan medis yang
membutuhkan penanganan intensif di ICU. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
biaya pelayanan pasien ACS dengan rawat inap di RS X pada tahun 2015 menggunakan
metode Activity Based Costing. Hasil penelitian menyatakan bahwa biaya satuan untuk
menyelenggarakan pelayanan pasien ACS dengan rawat inap di RS X pada tahun 2015
adalah Rp 6.083.444,-. Diperoleh hasil analisis Cost Recovery Rate untuk pasien umum
adalah 227.98 % dan pasien BPJS adalah 71.38 %. Disarankan agar Rumah Sakit X
mengembangkan clinical pathway untuk penyakit ACS sebagai panduan tindakan dan
hari rawat pasien, dan merekrut dokter tetap untuk pengendalian biaya operasional

ABSTRACT
increased number of patients since the BPJS has implemented the referral system. Acute
Coronary Syndrome patient is a patient with a medical emergency require intensive
treatment in the ICU. The purpose of this study was to analyze the cost for hospitalized
ACS patients at X Hospital in 2015. The study revealed that the unit cost of hospitalized
ACS patients at X Hospital in 2015 was Rp 6.083.444,-. The Cost Recovery Rate for
patients with fee-for-service was 227.98% and for BPJS patient was 71.38%. This study
suggested the hospital to develop clinical pathway for ACS guidance, as well as recruiting
full time doctors."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Dwi Sutrisnawati
"Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib untuk melakukan akreditasi secara berkala, minimal tiga tahun sekali. Perkembangan terkini untuk standar akreditasi rumah sakit di Indonesia disempurnakan dengan mengacu pada versi 2012 yang berfokus pada pasien. Rumah Sakit 'X' merupakan rumah sakit kelas C yang sebelumnya telah terakreditasi lima pelayanan dasar pada penilaian akreditasi versi 2007 yang dilaksanakan pada tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalahmenganalisis kesenjangan antara standar pelayanan yang ada dan diaplikasikan di Rumah Sakit 'X' dengan elemen penilaian yang tercakup dalam tiga Bab Standar Akreditasi Rumah Sakit Nasional versi 2012. Hasil penelitian mendapatkan bahwa standar pelayanan menurut Hak Pasien dan Keluarga serta Pendidikan Pasien dan Kelurga masih belum sesuai, kebijakan dan dokumen yang belum ada secara resmi. Standar pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pun masih belum sesuai, karena belum berkesinambungannya fungsi komite serta belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang mendukung program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Pengorganisasian tim Akreditasi telah berjalan cukup optimal, walaupun kuantitas anggota tim yang terbatas. Disarankan agar pemenuhan dokumen dan kebijakan dikoordinasikan secepatnya, dan disosialisasikan segera setelah kebijakan dan dokumen tersebut disetujui, agar dapat diadaptasi dan diaplikasikan. Pendampingan dan evaluasi secara berkala oleh manajemen tetap diperlukan untuk dapat mencapai target kelulusan akreditasi yang diharapkan rumah sakit.
Hospitals as a health care provider in the individuals plenary are required to provide a good quality services in accordance with established standards. In an effort to improve the service quality, hospital accreditation required to perform on a regular basis, at least every 3 (three) years. Recent developments for hospital accreditation standards in Indonesia improved by referring to the 2012 version that focuses on the patient. 'X' Hospital is a grade C Hospital who have previously accredited to the 2007 version of the accreditation assessment which conducted in 2012. The purpose of this study is to analyze the gap between the existing standards that applied in 'X' Hospital with the elements covered in 3 (three) chapters of Hospital Accreditation Standard (2012 version). The research used qualitative approach, was carried out through in-depth interviews and review of secondary documents. This research found that the standard of service according to Patient and Family Rights as well as in Patient and Family Education, are still not appropriate, due to the policies and documents that did not exist officially. The standard of Prevention and Control of Infection (PCI) is still not appropriate, because there is discontinuity function of the committee and unmet infrastructure that supports the Prevention and Control of Infection program. The organizing team of Accreditation has been running quite optimal, although the team members in a limited quantity. The fulfillment of the document and policy have to be coordinated and disseminated as soon as the policy and the document is approved, so can be well adapted and applied by the staff. Mentoring and periodic evaluation by hospital management are still needed in order to achieve the expected target of hospital accreditation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library