Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meliala, Cecilia Morinta
"ABSTRACT
Latar Belakang: Ukuran mahkota gigi sulung penting dalam keberhasilan perawatan restorasi dengan mahkota logam dan keberhasilan perawatan ortodonsi preventif. Perbedaan ukuran mahkota gigi sulung anak laki-laki dan perempuan ditunjukkan dalam diferensiasi seksual pada ukuran mahkota gigi dan bentuk gigi. Terdapat keterbatasan data mengenai ukuran mahkota gigi sulung anterior pada anak laki-laki dan anak perempuan dalam populasi Indonesia. Tujuan Penelitian: Mengetahui ukuran mahkota gigi sulung anterior pada kelompok anak laki- laki dan kelompok anak perempuan, dan mengetahui perbedaan diameter mesiodistal, labiopalatal/ labiolingual antara kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuan di Klinik Gigi Anak RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian studi deskriptif-analitik menggunakan model studi pasien anak pada periode gigi sulung. 34 pasang model gigi dengan rincian 17 pasang model gigi laki-laki dan 17 pasang model gigi perempuan untuk menguji perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuan. 99 pasang model gigi dengan rincian 35 pasang model gigi laki-laki dan 64 pasang model gigi perempuan untuk menguji perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara laki-laki dan perempuan. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara pengukuran mahkota gigi sulung dengan jangka sorong dan software ImageJ (p≥0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak laki-laki (p≥>0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada ukuran mahkota gigi sulung antara sisi kanan dan kiri pada kelompok anak perempuan (p≥0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada diameter mesiodistal antara laki-laki dan perempuan (p≥0.05), kecuali pada gigi dc RB (p0.05). Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada diameter labiopalatal/ labiolingual antara laki-laki dan perempuan (p≥0.05). Data nilai persentil dari diameter mesiodistal dan diameter labiopalatal/ labiolingual gigi anak laki-laki dan perempuan di Klinik Gigi Anak RSKGM FKG UI. Tidak terdapat perbedaan antara sisi kanan dan kiri gigi sulung. Tidak terdapat perbedaan ukuran mahkota gigi sulung antara laki-laki dan perempuan, kecuali pada diameter mesiodistal gigi kaninus bawah. Data persentil 50 ukuran mahkota gigi sulung anak pada penelitian ini dapat menjadi data referensi dalam pembuatan mahkota logam bagi anak dengan kerusakan mahkota parah di Indonesia.

ABSTRACT
Background: Primary crown size are important to achieve successful stainless steel crown restoration and orthodontic preventive. Teeth are part of the human body that showing the marks of sexual dimorphism. The size of primary teeth in the recent Indonesian population has not been studied: The aim of this study to measure primary anterior crown size of male and female patients and to differ mesiodistal, labiopalatal/ labiolingual diameter between male and female from Paediatric Health Care, RSKGM FKG UI. Method: Thirty four pairs model study (17 males, 17 females) used to test different size between right and left side on sexes group. Ninety nine pairs model study (35 males, 64 females) used to test different size between male and female. Result: Theres no significant difference of measurement between digital caliper and software ImageJ (p≥0.05)"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradina Siti Zahra
"ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas SDF dalam menghambat
aktivitas karies gigi sulung serta melihat hubungan keadaan intraoral dengan
keefektifitasan SDF dalam menghambat aktivitas karies gigi sulung pada anak. 115
anak karies dentin aktif pada anak 2,5-6 tahun diaplikasikan SDF, selanjutnya
dievaluasi setelah 3 dan 10 bulan dan keadaan intraoral diperiksa. Evaluasi setelah 10
bulan menunjukkan 69,7% permukaan karies aktif menjadi terhenti. Uji statistik
menunjukkan karies aktif yang diaplikasikan SDF memiliki peluang 9.9 kali menjadi
terhenti setelah 3 bulan, dan 6.4 kali setelah 10 bulan. Serta terdapat korelasi negatif
bermakna secara statistik antara pulpitis dan skor pufa dengan keberhasilan
intervensi SDF.

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effectiveness of SDF in
inhibiting dental caries activity on primary teeth and find the relationship between
intraoral situation with effectiveness of SDF in inhibiting childhood caries activity.
115 children 2,5-6 years were applicated SDF on teeth that have active dentin caries,
and then evaluated after 3 and 10 months. Intraoral state was examined. Evaluation
after 10 months showed 69.7% surface active caries to be arrested. The statistical test
showed that the active caries applied SDF have chance 9.9 times becoming arrested
after 3 months, and 6.4 times after 10 months. There is a negative correlation
statistical significance of pulpitis and PUFA index with SDF intervention success."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinezia Rahmatunisa Naro
"ABSTRAK
Latar Belakang: Saat ini, masih banyak ibu yang belum melakukan
perawatan pada gigi anaknya yang mengalami trauma gigi. Penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa kondisi sosiodemografi ibu (pendapatan,
jarak tempat tinggal-fasilitas kesehatan, orang yang berpengaruh)
mempengaruhi keputusan ibu dalam perawatan kesehatan anak. Tujuan:
Untuk mengetahui hubungan antara status sosiodemografi ibu dan keputusan
perawatan pada kasus trauma gigi anterior anak. Metode: Studi analitik
potong lintang. Subjek penelitian sebanyak 50 ibu dari anak yang mengalami
trauma gigi permanen anterior usia 8-12 tahun di sekolah dasar negeri di
Johar Baru, Jakarta Pusat. Hasil: Terdapat hubungan antara aspek
sosiodemografi pendapatan, jarak rumah dan orang yang mempengaruhi ibu
dengan keputusan perawatan trauma pada gigi permanen anterior anak
(p<0,05).

ABSTRACT
Background: Nowadays, most mothers have not seek the treatment on
children’s traumatized permanent anterior teeth. Previous research stated that
mothers’ sociodemographic conditions (income, home-health facility
distance, influencing person) affect mothers’ decision of children health care.
Aim: Determine the relationship between mothers’ sociodemographic status
and treatment decisions on children’s traumatized permanent anterior teeth.
Method: Cross-sectional analytic study. Research subjects were 50 mothers
of children aged 8-12 years old with traumatized permanent anterior teeth in
public elementary school at Johar Baru, Central Jakarta. Result: There is a
relationship between sociodemographic aspects of income, home-health
facility distance, and influencing person with trauma care decisions on
permanent anterior teeth of children (p<0.05)."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Natalia Hardjakusumah
"Kunjungan ke dokter gigi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman. Hal ini dapat menjadi sumber rasa cemas atau takut pada semua tingkat usia khususnya pada anak. Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan tersebut adalah dengan memberikan video training mengenai perawatan gigi yang merupakan modifikasi manajemen perilaku modeling. Indikator dalam mengukur kecemasan anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar alpha amylase dan kalsium saliva. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan tingkat kecemasan anak usia 7 tahun. Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional. Sebanyak 23 anak usia 7 tahun diberikan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan dinilai tingkat kecemasan sebelum dan sesudah video training menggunakan indikator kadar alpha amylase dan kalsium saliva. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan penurunan tingkat kecemasan anak usia 7 tahun berdasarkan kadar alpha amylase dan kalsium saliva. (p=0,001).

A visit to the dentist can cause discomfort. This can be a source of anxiety or fear at all age levels, especially in children. One way to reduce the anxiety in dental care is to provide video training, which is a modification of modeling behavior management. Indicators in measuring anxiety in this study are the level of salivary alpha amylase and salivary calcium. The purpose is to analyze the correlations of video training 'Visit to the Dentist' and level of anxiety in children aged 7 years old. The study design is analytic cross-sectional. A total of 23 children aged 7 years old given video training "Visit to the Dentist" and assessed the level of anxiety before and after watching the video training using indicators of levels of salivary alpha amylase and salivary calcium. The result is that there is a correlations of video training 'Visit to the Dentist' and reduced level of anxiety in children aged 7 years old based on the levels of salivary alpha amylase and salivary calcium (p=0,001)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Tandean
"Kecemasan anak terhadap perawatan gigi dapat diatasi dengan teknik manajemen perilaku, seperti Tell-Show-Do dan modelling. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat kecemasan anak berdasarkan status sosial ekonomi setelah diberikan penayangan video ekstraksi. Penelitian ini dilakukan pada 142 anak berusia 6-9 tahun dengan menggunakan kuesioner MCDAS f yang telah dimodifikasi. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada anak dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah sebelum dan setelah diberikan penayangan video ekstraksi, namun pada anak dengan status sosial ekonomi tinggi, perbedaan tersebut tidak bermakna. Selain itu, tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi antara anak dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah sebelum dan setelah diberikan penayangan video ekstraksi.

Child dental anxiety can be managed by using behaviour management techniques, such as Tell Show Do and modelling. The purpose of this study was to determine the differences of child dental anxiety level based on social economic status after watching tooth extraction video. This study was conducted on 142 children aged 6 9 years using modified MCDAS f questionnaire. Statistical analysis was performed using Wilcoxon test.
The results showed that there are different dental anxiety levels in children with upper and lower social economic status before and after watching tooth extraction video, but in children with high social economic status, that difference is insignificant. In addition, there are no significant differences in dental anxiety level changes between children with higher and lower social economic status before and after watching tooth extraction video.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfistya Tri Noviany
"Latar Belakang: Salah satu tindakan perawatan gigi yang dapat menimbulkan kecemasan pada anak adalah tindakan ekstraksi gigi. Menurut beberapa penelitian, perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kecemasan anak terhadap perawatan gigi dapat diatasi dengan manajemen perilaku anak seperti Tell-Show-Do. Metode ini dapat dilakukan dengan bantuan media, salah satunya adalah video.
Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan anak terhadap perawatan gigi berdasarkan jenis kelamin setelah diberikan penayangan video ekstraksi gigi.
Metode: Kecemasan diukur menggunakan kuesioner MCDAS f yang telah dimodifikasi pada anak usia 6-9 tahun sejumlah 142 anak. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon ? = 0,05 dan Mann Whitney U ? = 0,05.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada tingkat kecemasan anak laki-laki sebelum dan setelah penayangan video ekstraksi, tetapi pada anak perempuan, perbedaan tersebut tidak bermakna. Selain itu, juga tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan tingkat kecemasan anak laki-laki dan perempuan.
Kesimpulan: Video animasi perawatan ekstraksi gigi dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan anak terhadap perawatan gigi baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Diharapkan video ini dapat digunakan sebagai alternatif penanganan kecemasan anak terhadap perawatan gigi.

Background: Tooth extraction is one of dental treatments that can cause children's anxiety. According to some studies, females have higher anxiety level than males. Children's dental anxiety can be managed with behavior management techniques such as Tell Show Do. This method can be done with help of media, such as video.
Aims: To see the difference of children's dental anxiety level based on their gender after watching tooth extraction video.
Methods: The dental anxiety is measured by using modified MCDAS f questionnaire on 142 children aged 6 9 years old. Statistical analysis is performed using Wilcoxon and Mann Whitney U test 0,05.
Results: There are differences on children's dental anxiety level before and after watching the video, but on female children, it is not significant. Also, there is no significant difference on changes of children's dental anxiety between male and female children.
Conclusion: The tooth extraction video can help to decrease the dental anxiety levels of both male and female children. This video is suggested as an alternative treatment towards children 39 s dental anxiety.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Isabella Hotmidatua
"Sindroma Down adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh trisomi kromosom 21. Anak dengan sindroma Down memiliki kondisi rongga mulut yang beragam dan memiliki masalah kesehatan oral seperti karies dan penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian karies pada anak dengan sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB C Jakarta. Subjek penelitian berasal dari 43 SLB C di Jakarta. Total subjek adalah 174 anak dengan sindroma Down usia 14 sampai 53 tahun. Pemeriksaan karies dilakukan dengan pemeriksaan klinis menggunakan indeks DMF-T. Hasil penelitian ditemukan indeks DMF-T 5,90 pada total subjek dengan prevalensi karies sebesar 84,48 . Kesimpulan studi ini adalah terdapat tingkat kejadian karies yang tinggi pada anak dengan sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB C Jakarta dengan indeks DMF-T sebesar 5,90."

Down syndrome is a genetic disorder caused by trisomy of chromosome 21. Down syndrome children have variety of oral characteristics and have oral problem such as caries and periodontal disease. The aim of this study is to know frequency distribution of caries in Down syndrome children aged 14 years and over in SLB C Jakarta. Subjects of this study are from 43 SLB C in Jakarta. Total of subjects are 174 Down syndrome children aged 14 to 53. Caries examination was done by clinically using DMF T index. The result of this study is 5,90 DMF T index in total subject population with 84,48 caries prevalence. This study conclude that Down syndrome children aged 14 years and over in SLB C Jakarta have high caries experience with DMF T index scored 5,90."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcos Fung
"Latar Belakang: Status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. Penelitian mengenai hubungan status gizi dengan lebar lengkung gigi sulung di Indonesia masih sedikit ditemukan. Lebar lengkung gigi dapat dilihat dari jarak interkaninus dan intermolar.
Tujuan: Memperoleh hubungan status gizi terhadap jarak interkaninus dan intermolar 5-7 tahun.
Metode: Studi observasional melalui rekam medik dan model studi pasien usia 5-7 tahun dari Rumah Sakit Kedokteran Gigi dan Mulut (RSKGM FKG UI).
Hasil: Terdapat 45 subjek yang telah diukur jarak interkaninus dan intermolar dengan status gizi yang berbeda yakni 2 subjek dalam kategori kurus, 31 subjek dalam kategori normal, dan 12 subjek dalam kategori gemuk. Tidak ada perbedaan bermakna (p<0,05) jarak interkaninus dan intermolar antara kategori normal dan gemuk. Uji korelasi menunjukkan adanya korelasi antara status gizi dengan jarak interkaninus dan intermolar namun tidak bermakna serta berbanding terbalik terhadap jarak interkaninus.
Kesimpulan: Status gizi memiliki hubungan terhadap jarak interkaninus dan intermolar namun tidak bermakna.

Background: Nutrition is one of the contributing factors in the growth and development of an individual. There has been little research on the relationship between nutritional status towards dental arch width in Indonesia. Dental arch width is measured from intercanine and intermolar distance.
Objective: Analyse the relationship between nutritional status towards dental arch width.
Method: An observational study using models and medical records of subjects age 5 to 7 from Rumah Sakit Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (RSKGM FKG UI).
Result: There are 45 subjects in which the distance of intercanine and intermolar are calculated with varying nutrition levels where 2 are in underweight category, 31 are in normal category, and 12 are in overweight category. There were no significant differences (p<0,05) on intercanine and intermolar distance between normal and overweight. Correlation test shows corelation between nutrition towards intercanine and intermolar distance but insignificant and inverted correlation with the intercanine.
Conclusion: Nutrition has no significant correlation towards intercanine and intermolar distance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Farhan Suhada
"Latar Belakang: Asupan makanan merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi dengan prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia terutama pada anak usia sekolah. Tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak di Indonesia masih cukup rendah, padahal jenis makanan ini dikenal dapat merangsang aliran dan meningkatkan kemampuan makan anak. self-cleansing saliva yang penting dalam pencegahan karies. Tujuan: Menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan kejadian karies pada gigi geraham pertama permanen pada anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner frekuensi makanan dan pemeriksaan klinis anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. 109 anak di Jakarta Pusat diperiksa karies dengan klasifikasi ICDAS. Hasil: Penelitian ini menemukan nilai median frekuensi konsumsi sayur per hari pada anak adalah 1,6 (0-8,14) dan 1,4 (0-5). Sebanyak 98,2% anak mengalami karies gigi dan 63,3% anak mengalami karies terbatas pada email. Hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies ditemukan sangat lemah dan tidak signifikan. Kesimpulan: Tingkat frekuensi konsumsi sayur dan buah pada anak di Jakarta Pusat masih rendah, dan prevalensi karies cukup tinggi. Hubungan yang lemah dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies menunjukkan bahwa ada faktor lain penyebab karies yang harus dikendalikan.

Background: Food intake is one of the factors causing dental caries with a very high prevalence in Indonesia, especially in school-age children. The level of consumption of vegetables and fruit in children in Indonesia is still quite low, even though this type of food is known to stimulate flow and improve children's eating abilities. self-cleansing saliva which is important in caries prevention. Objective: To analyze the relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruit with the incidence of caries in the permanent first molars in children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. Methods: This study was a cross-sectional study using a food frequency questionnaire and clinical examination of children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. 109 children in Central Jakarta were examined for caries with the ICDAS classification. Results: This study found the median frequency of vegetable consumption per day in children was 1.6 (0-8.14) and 1.4 (0-5). A total of 98.2% of children had dental caries and 63.3% of children had caries limited to enamel. The relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries was found to be very weak and insignificant. Conclusion: The frequency of consumption of vegetables and fruit in children in Central Jakarta is still low, and the prevalence of caries is quite high. The weak and insignificant relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries indicates that there are other factors that cause caries that must be controlled."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahniar Syifaizza Hariyono
"Latar Belakang: Pandemi Covid-19 menyebabkan pembatasan seluruh aktivitas manusia. Di bidang pendidikan, penerapan moda pembelajaran teori IKGA menggunakan PBL yang biasanya tatap muka digantikan oleh pembelajaran daring selama pandemi Covid-19.
Tujuan: Menganalisis persepsi mahasiswa terhadap perubahan moda pembelajaran teori IKGA di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia selama masa pandemi Covid-19.
Metode: Penelitian cross-sectional pada mahasiswa FKG UI. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa FKG UI angkatan 2017 - 2019. Teknik pengambilan sampel secara random sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui Google Form.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan persepsi mahasiswa terhadap moda pembelajaran selama pandemi Covid-19 baik dan perbedaan bermakna antar tiga kelompok hanya pada persiapan mahasiswa menuju program profesi (P-value = 0,023) dan kepercayaan diri mahasiswa memasuki program profesi (P-value = 0,000).
Kesimpulan: Persiapan mahasiswa menuju program profesi dan kepercayaan diri mahasiswa memasuki program profesi lebih baik dalam pembelajaran luring daripada pembelajaran daring.

Background: The Covid-19 pandemic has led to resctriction all of human activities. In education, the application of theorical of pediatric dentistry using PBL that are usually face-to-face was replaced by online learning during Covid-19 pandemic.
Purpose: The aim of this study was to assess dental students perceptions towards theorical of pediatric dentistry learning mode during the Covid-19 pandemic in Faculty of Dentistry at the University of Indonesia.
Methods: This study used a cross-sectional analysis and conducted on dental students of Faculty of Dentistry Univeristy of Indonesia batch 2017 - 2019. The sampling technique was random sampling and data collection used a questionnaire via Google Form.
Results: From a total of 150 respondents, all student perception mostly good and there were significant differences between students in preparation for clinical programs (P-value = 0.023) and confidence in entering clinical programs (P-value = 0.000).
Conclusions: Dental students of Faculty of Dentistry University of Indonesia have good perception towards learning mode during COVID- 19 pandemic. Student preparation for clinical programs and confidence in entering clinical programs are way better in offline than online learning
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>