Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Candrika Kusuma Pujnadati
"Latar belakang : Tingginya prevalensi karies dan penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang dapat menyebabkan kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mengganggu keseimbangan sistem stomatognati dan menyebabkan perubahan struktural dan fungsional serta menyebabkan dampak negatif pada kualitas hidup. Untuk memperbaiki kondisi kehilangan gigi, klinisi dapat merekomendasikan perawatan prostodontik. Namun kebutuhan (need) terhadap perawatan prostodontik tidak selalu diikuti oleh permintaan (demand) gigi tiruan. Faktor lokal dan sosiodemografi dapat mempengaruhi proses perubahan kebutuhan (need) menjadi (permintaan) terhadap gigi tiruan.
Tujuan : Menganalisis hubungan antara kebutuhan dan permintaan gigi tiruan serta faktor-faktor yang berperan.
Metode : Subyek terdiri dari 129 orang dan diwawancarai oleh pewawancara yang telah dikalibrasi untuk menjawab pertanyaan kuesioner mengenai kebutuhan dan permintaan gigi tiruan. Kemudian dilakukan pemeriksaan rongga mulut untuk memeriksa kehilangan gigi dan penggunaan gigi tiruan. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik potong lintang dan analisis uji Chi-square.
Hasil : Terdapat hubungan antara kebutuhan dan permintaan gigi tiruan (p<0,05). Biaya perawatan merupakan faktor yang berperan terhadap permintaan gigi tiruan.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kebutuhan (need) dan permintaan (demand) gigi tiruan dan terdapat hubungan antara permintaan (demand) gigi tiruan dan biaya perawatan. Selain itu, terdapat ketidaksesuaian antara jumlah kebutuhan terhadap gigi tiruan dengan jumlah kehilangan gigi dan terdapat ketidaksesuaian antara jumlah permintaan gigi tiruan dengan jumlah pemakai gigi tiruan.

Background : High prevalence of caries and periodontal disease was main oral health problem causing tooth loss. Tooth loss could interfere stomatognatic system balance and causing structural and functional changes and also had negative effect to quality of life. Clinician could recommended prosthodontic treatments to treat condition of tooth loss. Prosthodontic treatment need does not always followed by denture demand. Local factor and sociodemography could affect prosthodontic treatment need-demand process.
Purpose : To analyze association between need and demand for denture also its confounding factors.
Method : Subjects of this research were 129 person. They were interviewed by callibrated interviewers to answer questionnaire about denture need and demand. After the interviewed, subjects tooth loss and use of denture were examined intraorally. This research design was cross sectional and analyzed with Chi-square test.
Result : There was association between need and demand for denture (p<0,05). Treatment cost found as influencing faktor of denture demand.
Conclusion : There was an association between need and demand for denture and there was association between demand for denture and treatment cost. Beside that, there was inconsistence between need of denture number and tooth loss amount was found, also inconsistence found between demand of denture and number of denture wearer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mercy Claudia Marceau
"Latar Belakang: Perawatan gigi tiruan cekat merupakan salah satu perawatan yang bersifat invasif karena membutuhkan preparasi pada gigi penyangga. Oleh karena itu, seorang dokter gigi harus memiliki kepercayaan dan kesiapan diri yang tinggi untuk melakukan perawatan gigi tiruan cekat, agar tidak terjadi kesalahan yang bersifat irreversible. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kesiapan dengan kepercayaan diri mahasiswa profesi FKG UI dalam menangani kasus gigi tiruan cekat, serta mengetahui distribusi dan frekuensi kesiapan dan kepercayaan dan diri mahasiswa profesi FKG UI dalam menangani kasus gigi tiruan cekat. Metode Penelitian: Sebanyak 153 responden yang merupakan mahasiswa aktif tingkat 1 dan 2 pada Program Studi Profesi FKG UI berpartisipasi dalam survei yang dilakukan secara daring. Responden mengisi dua kuesioner terkait kesiapan dan kepercayaan diri dalam menangani kasus gigi tiruan cekat yang digunakan oleh Ilić et al dan Barrero et al dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Inggris. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring dalam bentuk google form. Hasil Penelitian: Hasil uji Continuity Correction menunjukkan bahwa kesiapan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan kepercayaan diri mahasiswa profesi FKG UI (p=0,003, p=0,000, p=0,005). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tindakan dengan tingkat kepercayaan diri yang paling rendah adalah preparasi saluran akar untuk perawatan gigi tiruan mahkota (47,7% responden menjawab “moderate confidence”) dan tindakan dengan tingkat kepercayaan yang paling tinggi adalah pencetakan untuk perawatan gigi tiruan cekat (48,4% responden menjawab “confident”). Selain itu, dari penelitian ini diketahui bahwa tindakan dengan tingkat kesiapan yang paling rendah adalah memperbaiki fraktur dan pengangkatan mahkota tiruan di mana 39,2% dari responden menjawab “neutral”. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan dengan kepercayaan diri mahasiswa profesi FKG UI. Mahasiswa profesi FKG UI memiliki tingkat kesiapan dan kepercayaan diri yang cukup baik dalam menangani kasus gigi tiruan cekat.

Background: Fixed denture treatment is an invasive treatment since it requires preparation of the supporting teeth. Therefore, a dentist must have a high degree of self-confidence and preparedness to carry out fixed denture care, so that irreversible errors do not occur. Objectives: This study aims to analyze the relationship between preparedness and self-confidence of FKG UI’s clinical dental students in handling fixed denture cases, as well as knowing the distribution and frequency of preparedness and self-confidence of FKG UI’s clinical dental students in handling fixed denture cases. Research Methods: A total of 153 respondents, consisting of first- and second-year students of the FKG UI Professional Study Program participated in the online survey. Respondents completed two questionnaires related to preparedness and self-confidence in handling fixed denture cases used by Ilić et al and Barrero et al in their original language, namely the English language. Distribution of the questionnaire was carried out online in the form of a google form. Research Results: The result of the Continuity Correction test shows a statistically significant relationship between preparedness and self-confidence of FKG UI's clinical dental students (p=0,003, p=0,000, p=0,005). This research also shows that the action with the lowest level of confidence is root canal preparation for casted post where 47.7% of the respondents answered, “moderate confidence”, and the action with the highest level of confidence is taking impressions for fixed prosthetics where 48.4% of the respondents answered “confident”. In addition, this research also shows that the action with the lowest level of preparedness is repairing fractures and removing crowns in which 39.2% of the respondents answered “neutral”. Conclusion: There is a significant relationship between preparedness and self-confidence of FKG UI's clinical dental students. FKG UI's clinical dental students have a satisfactory level of readiness and confidence in handling fixed denture cases."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasha Larissa
"Latar belakang: Seiring bertambahnya usia, kemungkinan kehilangan gigi juga akan semakin banyak. Kehilangan gigi terutama pada bagian posterior menyebabkan berkurangnya zona dukungan gigi posterior yang akan menyebabkan perubahan fungsi mastikasi (kemampuan mengunyah makanan) dan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan umum sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Hal ini yang pada akhirnya membuat seseorang merasa membutuhkan suatu bentuk perawatan. Permintaan seseorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor pendorong (predisposing) yang meliputi pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Tujuan:Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara cross sectional pada 82 subjek yang berusia lebih dari 45 tahun yang mengikuti bakti sosial di Puskesmas Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Pada subjek dilakukan pemeriksaan klinis intraoral, pengisian kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut, dan lembar isian permintaan gigi tiruan. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan bermakna antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan (p=0,000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan pada pra-lansia dan lansia, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan permintaan gigi tiruan.

Background: As we get older, the possibility of tooth loss will also increase. Missing teeth in the posterior area will reduce the number of occlusal support zones and will cause changes in the masticatory function. These changes may have impact on general health and affect the quality of life. This is what ultimately makes a person need some form of care. A person's demand for health services is influenced by predisposing factors which include knowledge, attitude, and practice.
Obejctives: To analyze the relationship between oral health knowledge, attitude, and practice toward denture demand in the pre- elderly and elderly.
Methods : This research was conducted with a cross sectional design on 82 subjects aged over 45 years old who attended social services at the public health center located on Panggang Island, Kepulauan Seribu. Oral examination were performed, and interview for oral health knowledge, attitude, and practice and denture demand questionnaire were conducted. Data were analyzed using Chi-Square test.
Results: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand (p=0,000).
Conclusion: Oral health knowledge gave a statistically significant difference towards denture demand whilst oral health attitude and practice did not.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liliana Budiman
"ABSTRAK
Latar belakang: Jumlah penduduk lansia yang semakin banyak di Indonesia harus mendapat perhatian khusus, agar tetap sehat, aktif dan produktif sehingga tidak menjadi
beban baik keluarga, masyarakat dan negara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memperbaiki nutrisi yang merupakan bagian penting dalam kesehatan lansia. Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap nutrisi lansia disamping faktor lain seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
sosioekonomi dan lainnya. Beberapa penelitian tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap nutrisi lansia memberikan hasil yang berbedabeda. Tujuan: Menganalisis pengaruh jumlah kehilangan gigi dan lamanya pemakaian gigi tiruan lepasan terhadap asupan dan status nutrisi lansia. Metode: Desain
observational cohort dilakukan untuk mengevaluasi asupan dan status nutrisi pada 26 partisipan dengan kehilangan gigi yang diklasifikasikan berdasarkan indeks Eichner dan
akan mendapatkan perawatan pembuatan gigi tiruan. Asupan nutrisi dievaluasi menggunakan Food Frequency Questionnaire, status nutrisi dievaluasi menggunakan
Mini Nutrional Assesment-Short Form dan kekuatan Handgrip (HGS). Evaluasi dilakukan sebelum dan pada 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah memakai gigi tiruan. Uji Independent T Test dan Mann Whitney digunakan untuk menganalisis asupan nutrisi. Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis status nutrisi. Uji Independent T Test
digunakan untuk menganalisis nilai HGS. Uji statistik Repeated Anova digunakan untuk membandingkan asupan nutrisi dan nilai HGS pada tiap waktu pengukuran. Uji statistik Friedman digunakan untuk membandingkan status nutrisi pada tiap waktu pengukuran. Hasil: Total sampel 26 partisipan di kelompok Eichner B sebanyak 10 orang (38,5%) dan Eichner C sebanyak 16 orang (61,5%). Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara kelompok Eichner B dan C pada 3, 6, 9, 12 bulan setelah
penggunaan gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) asupan nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan, serta antara 1 bulan dibandingkan dengan 2, 3, 6, dan 9 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna status nutrisi antar kelompok kehilangan gigi, tetapi terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) status nutrisi antara sebelum dengan 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Terdapat perbedaan bermakna nilai HGS antara kelompok Eichner B dan C pada 6, 9, 12 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Tidak terdapat perbedaan bermakna nilai HGS berdasarkan lama pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan lepasan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi

Background: An increasing number of elderly people in Indonesia must get special attention, in order to remain healthy, active and productive so that it does not become a burden to their families, communities and countries. One of the efforts is to improve the nutrition which is an important part for their health. In addition to other factors such as age, sex, education, socioeconomics and others, tooth loss and denture wearing are other factors that can influences their nutrition. Several existing studies on the relationship between tooth loss and wearing denture on elderly nutrition have conflicting results. Objective: To analyze the effect of the amount of tooth loss and the duration of the use of removable denture on the nutritional intake and status of the elderly. Method: 26 participants with tooth loss based on Eichner Index received denture treatment and evaluated in terms of their nutritional intake using observational cohort design. The nutritional intake was evaluated using Food Frequency Questionnaire, the nutritional
status was evaluated using Mini Nutrional Assessment-Short Form and strength of handgrip (HGS). The evaluation is done before wearing denture and the evaluation
continues after 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months. Independent T Test and Mann Whitney Test are used to analyze nutritional intake. Chi Square Test is used to analyze nutritional status. Independent T Test is used to analyze handgrip values. Repeated Anova statistical tests were used to compare nutritional intake and handgrip values in every evaluation procedure. Friedman's statistical test was used to compare nutritional status in every evaluation procedure. Result: Total sample is 26 participants with tooth loss in the Eichner B group were 10 people (38.5%) and the Eichner C group were 16 people
(61.5%). There was a significant difference (p<0.05) in nutrient intake between Eichner B and C at 3, 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p<0.05) of nutritional intake before compared to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures, and also between 1 month compared to 2, 3, 6, and 9 months after wearing dentures. There was no significant difference in nutritional status between the
groups of tooth loss, but there was a significant difference (p< 0.05) between the nutritional status before compare to 1, 2, 3, 6, 9, and 12 months after wearing dentures. There was a significant difference (p< 0.05) in handgrip values between Eichner B and C at 6, 9, 12 months after wearing dentures. There was no significant difference in handgrip values between in every evaltion procedure. Conclusion: Wearing removable
dentures can improve nutritional intake and nutritional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Shakina
"ABSTRAK
Latar belakang: Kehilangan gigi merupakan penyakit utama rongga mulut.
Berkurangnya jumlah gigi akan menurunkan kemampuan mastikasi dan
menyebabkan pemilihan makanan yang berujung pada kurangnya asupan nutrisi.
Nutrisi yang buruk dapat berakibat pada perubahan indeks massa tubuh (IMT).
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kemampuan mastikasi dan IMT. Metode:
Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada 129 subjek berusia 34-80
tahun. Subjek diukur tinggi badan dan berat badannya, diwawancara menggunakan
kuisioner kemampuan mastikasi dan dilakukan pemeriksaan intra oral. Analisis Chi
Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan mastikasi,
kehilangan gigi, pemakaian gigi tiruan, usia, jenis kelamin dan status ekonomi
dengan IMT. Hasil penelitian: Kemampuan mastikasi tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan IMT (p=0,963). Ditemukan hubungan yang bermakna antara
usia dengan IMT (p=0,028). Kesimpulan: Usia mempengaruhi indeks massa tubuh.

ABSTRACT
Background: Tooth loss is a major disease of the oral cavity. The primary function
of teeth is mastication. Decreasing number of teeth will reduce the masticatory
performance and causing food selection which leads to lack of nutrition. Poor
nutrition resulted changes in body mass index (BMI). Objective: To analyze the
relationship between masticatory performance and BMI. Methods: The study was
conducted with a cross-sectional method on 129 subjects age 34-80 years. Subject
was measured their height and weight, then interviewed using a questionnaire about
masticatory performance and intra oral examination was conducted. Chi square was
used to analyse the relation between the masticatory performance, tooth loss, denture
wearer, age, gender, economic status with BMI. Result: Masticatory performance
was not significantly associated with BMI (p = 0.963). A significant association was
found between age and BMI (p = 0.028). Conclusion: Age affects the body mass
index."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Khairani
"[Kehilangan gigi dapat digantikan dengan gigi tiruan jembatan (GTJ) ataupun gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL). Menurut berbagai penelitian pemilihan jenis gigi tiruan tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, pekerjaan, motivasi pasien dan lokasi kehilangan gigi, namun belum terdapat penelitian yang meneliti faktor tersebut di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI yang merupakan salah satu penyedia jasa perawatan gigi tiruan yang cukup besar di Jakarta, sehingga perlu dilakukan penelitian serupa di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI. Desain penelitian ini adalah potong lintang, menggunakan 265 rekam medik pasien yang diolah dengan piranti lunak SPSS versi 17 menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan pemilihan jenis gigi tiruan (p=0,395), namun sebaliknya terdapat hubungan bermakna antara usia (p=0,005), pekerjaan (p=0,000), motivasi pasien (p=0,038), dan lokasi kehilangan gigi (p=0,000) dengan pemilihan jenis gigi tiruan.

Missing teeth could be replaced either by bridge or removable partial denture. Based on some researches, the treatment decision is influenced by gender, age, occupation, motivation and location of missing teeth, yet there hasn?t any research conducted at Integration Clinic of RSKGM FKG UI as one of big providers for prosthetic treatment in Jakarta, then there should be a research to analyze those factors at RSKGM FKG UI. The design of this study is cross sectional study, using 265 patients` medical records which statistically analyzed by (SPSS) version 17 using Chi-square test. It was found that statistically, gender had no significant relationship with the treatment decision (p=0,395). In contrary, age (p=0,005), occupation (p=0,000), patient`s motivation (p=0,038) and location of missing teeth (p=0,000) had siginificant relationship with the treatment decision.;Missing teeth could be replaced either by bridge or removable partial denture. Based on some researches, the treatment decision is influenced by gender, age, occupation, motivation and location of missing teeth, yet there hasn?t any research conducted at Integration Clinic of RSKGM FKG UI as one of big providers for prosthetic treatment in Jakarta, then there should be a research to analyze those factors at RSKGM FKG UI. The design of this study is cross sectional study, using 265 patients` medical records which statistically analyzed by (SPSS) version 17 using Chi-square test. It was found that statistically, gender had no significant relationship with the treatment decision (p=0,395). In contrary, age (p=0,005), occupation (p=0,000), patient`s motivation (p=0,038) and location of missing teeth (p=0,000) had siginificant relationship with the treatment decision, Missing teeth could be replaced either by bridge or removable partial denture. Based on some researches, the treatment decision is influenced by gender, age, occupation, motivation and location of missing teeth, yet there hasn’t any research conducted at Integration Clinic of RSKGM FKG UI as one of big providers for prosthetic treatment in Jakarta, then there should be a research to analyze those factors at RSKGM FKG UI. The design of this study is cross sectional study, using 265 patients` medical records which statistically analyzed by (SPSS) version 17 using Chi-square test. It was found that statistically, gender had no significant relationship with the treatment decision (p=0,395). In contrary, age (p=0,005), occupation (p=0,000), patient`s motivation (p=0,038) and location of missing teeth (p=0,000) had siginificant relationship with the treatment decision]"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa
"Latar Belakang: Perencanaan perawatan, proses fabrikasi, dan dukungan gigi tiruan yang adekuat akan menghasilkan retensi dan stabilitas yang baik. Penggunaan material tambahan berupa denture adhesive untuk meningkatkan retensi pada gigi tiruan lepasan harus sesuai dengan indikasi. Maraknya iklan komersial dapat berkontribusi terhadap persepsi sendiri pada pengguna gigi tiruan akan indikasi denture adhesive. Dokter gigi perlu mengetahui penggunaan denture adhesive secara tepat sehingga dapat memberi edukasi kepada masyarakat untuk menghindari dampak yang berkelanjutan. Guna mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan implementasi denture adhesive di kalangan dokter gigi dibutuhkan alat ukur yang valid dan reliabel yang belum ada dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel untuk menilai pengetahuan, sikap, dan implementasi denture adhesive di kalangan mahasiswa profesi dan dokter gigi, serta melihat tingkat pengetahuan, sikap, dan implementasi denture adhesive pada mahasiswa profesi dan dokter gigi. Metode Penelitian: Pengembangan alat ukur dilakukan melalui dua tahap, yaitu formulasi kuesioner yang dilanjutkan dengan uji psikometri. Formulasi dilalui dari tahap studi literatur dan diskusi pakar untuk menggali item kuesioner yang selanjutnya diujicobakan melalui wawancara untuk mendapatkan kuesioner yang mudah dipahami responden. Uji psikometri untuk mengetahui uji validitas dan reliabilitas dengan total subjek penelitian 148 orang yang terdiri dari 73 mahasiswa profesi dan 73 dokter gigi. Analisis univariat dan bivariat dilakukan terhadap pengetahuan, sikap, dan implementasi pada setiap kelompok responden. Hasil Penelitian: Kuesioner yang dihasilkan memiliki tiga domain, berupa pengetahuan, sikap, dan implementasi dengan validitas alat ukur yang baik serta reliabilitas domain sikap dengan nilai koefisien Cronbach’s alpha 0,440 dan nilai ICC 0,743. Rerata pengetahuan dihasilkan nilai yang mendekati nilai maksimal menunjukkan pengetahuan yang baik mengenai material denture adhesive seperti sediaan, indikasi, kontraindikasi, keuntungan, serta kerugian. Mayoritas mahasiswa profesi dan dokter gigi telah menunjukkan rerata sikap yang positif dalam penggunaan denture adhesive yang sesuai. Terdapat perbedaan rerata implementasi denture adhesive antara mahasiswa profesi dan dokter gigi dengan mayoritas responden belum pernah mengaplikasikan denture adhesive pada praktik klinis kedokteran gigi. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pengetahuan dan sikap mengenai denture adhesive antara mahasiswa profesi dan dokter gigi, serta adanya perbedaan bermakna secara statistik implementasi denture adhesive pada kedua kelompok tersebut. Kesimpulan: Validitas alat ukur pengetahuan, sikap, dan implementasi denture adhesive di kalangan dokter gigi sudah cukup baik, namun untuk reliabilitas perlu dilakukan pengembangan terutama pada domain sikap. Mayoritas responden telah mengetahui dan bersikap positif tehadap penggunaan denture adhesive. Mayoritas responden juga belum pernah mengaplikasikan denture adhesive. Pengalaman bekerja dalam merawat kasus gigi tiruan lepasan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan implementasi dari penggunaan denture adhesive.

Background: Treatment planning, fabrication process, and adequate denture support will result in good retention and stability. The use of additional material in the form of denture adhesive to increase retention in removable dentures must be according to indications. The rise of commercial advertisements can contribute to denture users' self-perception of denture adhesive indications. Dentists need to know the proper use of denture adhesive so that they can educate the public to avoid lasting impacts. In order to identify knowledge, attitudes, and implementation of denture adhesive among dentists, a valid and reliable measurement tool is needed which does not yet exist and has never been done in Indonesia. Objectives: Obtain a valid and reliable measurement tool to assess knowledge, attitudes, and implementation of denture adhesive among dental students and dentists, and to see the level of knowledge, attitudes, and implementation of denture adhesive among dental students and dentists. Research Methods: The development of a measuring instrument was carried out in two stages, namely the formulation of a questionnaire followed by a psychometric test. The formulation was passed from the stage of literature study and expert discussion to explore the questionnaire items which were then tested through interviews to obtain a questionnaire that was easy for respondents to understand. Psychometric test to determine the validity and reliability test with a total of 148 research subjects consisting of 73 professional students and 73 dentists. Univariate and bivariate analyzes were carried out on knowledge, attitudes and implementation of each group of respondents. Research Results: The final questionnaire has three domains, consists of knowledge, attitudes, and implementation with a good validity, the reliability of the attitude domain with a Cronbach's alpha coefficient value of 0.440 and an ICC value of 0.743. The average knowledge resulted in a value close to the maximum value indicating good knowledge of denture adhesive materials such as preparations, indications, contraindications, advantages and disadvantages. The majority of dental students and dentists have shown an average positive attitude in using the appropriate denture adhesive. There is a difference in the average implementation of denture adhesive between dental students and dentists with the majority of respondents having never applied denture adhesive in dental clinical practice. There were no statistically significant differences in knowledge and attitudes regarding denture adhesives between professional students and dentists, and there were statistically significant differences in the implementation of denture adhesives in the two groups. Conclusion: The validity of the measuring instrument for knowledge, attitude, and implementation of denture adhesive among dentists is quite good, but for reliability it is necessary to develop especially in the attitude domain. The majority of respondents already know and have a positive attitude towards the use of denture adhesive. The majority of respondents also had never applied denture adhesive. Experience working in treating removable denture cases can be one of the factors that influence knowledge, attitudes, and implementation of the use of denture adhesive"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivian Wijaya
"Latar belakang: Penggunaan media sosial di kalangan pelaku praktik kedokteran gigi marak dilakukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Fenomena pelanggaran e-profesionalisme telah dilaporkan dalam literatur dan dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Timbulnya ekspektasi pasien yang terlalu tinggi atau tidak logis terhadap perawatan, termasuk di bidang Prostodonsia, semakin marak terjadi. Terlebih lagi, definisi e-profesionalisme di Indonesia masih merupakan perdebatan. Minimnya aturan tentang penggunaan media sosial untukpelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia menyebabkan tidak jelasnya batas tindakan profesional dalam bermedia sosial.
Tujuan: Mengetahui preferensi, intensi dan perilaku penggunaan media sosial di kalangan pelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia.
Metode: Studi dilakukan dengan menggunakan kuesioner kepada tiga kelompok subjek, yaitu dokter gigi spesialis, dokter gigi umum dan mahasiswa koas. Studi kualitatif melalui wawancara singkat dilakukan pada 8 orang perwakilan kelompok subjek tersebut untuk memperkaya item kuesioner dari literatur. Diskusi pakar dilakukan untuk merumuskan item kuesioner yang menyusun domain preferensi, intensi dan perilaku bermedia sosial. Validasi kuesioner dilakukan melalui uji coba kuesioner kepada 30 orang perwakilan kelompok subjek. Kuesioner disebarkan melalui media sosial ke 450 responden dari ketiga kelompok subjek. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif.
Hasil: Pelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia dari setiap kelompok generasi menggunakan media sosial 1-3jam/ hari. Platform yang paling banyak digunakan adalah Whatsapp, Instagram dan YouTube. Tujuan utama mereka adalah mencari hiburan dan jenis konten yang paling banyak dibagikan adalah update kehidupan pribadi. Mayoritas responden memasang pengaturan privasi untuk mengatasi hambatan berupa ancaman terhadap keamanan data. Mereka percaya bahwa penggunaan media sosial dapat memberikan informasi dan memperluas jaringan sosial, namun menyita waktu. Pelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia menganggap konten iklan/promosi berisi kalimat ajakan, diskon, harga, dan dokter gigi sebagai duta merk termasuk sebagai kategori konten yang tidak profesional. Banyaknya konten promosi yang beredar di media sosial memicu pemilihan sikap netral responden dalam menentukan sikap e-profesionalisme terhadap konten promosi. Organisasi profesi dianggap belum memberikan aturan yang memadai, terutama dalam hal pengaturan tata cara beriklan di media sosial. Konten restorasi direk kedokteran gigi merupakan konten utama yang banyak dilihat di media sosial. Bidang Prostodonsia merupakan bidang yang terdampak tertinggi kedua oleh adanya media sosial. Tingkat kekhawatiran terhadap dampak dari media sosial pada citra diri, citra institusi profesi dan karir meningkat seiring meningkatnya pendidikan. Pada kelompok subjek dengan tingkat pendidikan dan usia yang lebih tinggi, cresponden cenderung tidak terpengaruh oleh media sosial dalam mendiagnosis/menentuka rencana perawatan
Kesimpulan: Preferensi pelaku praktik kedokteran gigi terhadap penggunaan media sosial tergambarkan melalui pemahaman terhadap faktor sosiodemografis, kepercayaan terhadap penggunaan media sosial, pemberlakuan aturan penggunaan media sosial, serta sikap e-profesionalisme dalam bermedia sosial. Preferensi, Intensi dan Perilaku bermedia sosial di setiap kelompok generasi cenderung sama. Setiap kelompok generasi cenderung memilih sikap netral terhadap konten promosi di media sosial. Aturan tentang tata cara beriklan di media sosial merupakan salah satu aturan yang dirasakan perlu untuk diterapkan di Indonesia. Preferensi dan intensi bermedia sosial di kalangan pelaku praktik kedokteran gigi di Indonesia selaras dan dapat menggambarkan perilaku mereka dalam bermedia sosial.

Background: The use of social media among dental practitioners is rife worldwide, including in Indonesia. Violation of e-professionalism has been reported in the literature and easily observed. Unrealistic patient expectations for treatment result, especially in Prosthodontics, is increasing across the board. Furthermore, the definition of e-professionalism in Indonesia is still a debate. The lack of regulations regarding the use of social media among Indonesian dental practitioners has led to blurry boundaries between professional and unprofessional actions.
Objective: To find out about preferences, intentions, and behavior of social media usage among dental practitioners in Indonesia.
Methods: The study was conducted using a questionnaire among three groups, including specialist dentists, general dentists and dental students. A qualitative study was conducted through interviews with eight representatives to enrich the questionnaire items found in a literature search. Expert panel discussions were held to determine questionnaire items that build the preferences, intentions, and behavior domains on social media usage. Questionnaire validation was performed by testing the questionnaire on 30 representatives of the subject group. The questionnaire was spread-out through social media with a target of 450 respondents. The research results were analyzed descriptively using statistic software.
Results: Dental practitioners in Indonesia from each generation group use social media for 1-3 hours/day regardless of the various sociodemographic factors behind it. The most used platforms are Whatsapp, Instagram, and YouTube. Their main goal and most shared digital content are to seek entertainment and personal life updates. Most respondents install privacy settings to overcome obstacles in the form of threats to data security. They believe that social media can provide information and broaden social networks, yet it is time-consuming. Dental practitioners in Indonesia consider advertising/promotional content that incorporates solicitations, discounts, prices, and dentists as brand ambassadors included as unprofessional content. The widely shared promotional content on social media triggers respondents' neutral attitude in determining e-professionalism towards promotional content. Indonesian Dental Association is considered not to provide adequate rules, especially in regulating advertising procedures on social media. The prosthodontics sector is the second highest affected dental field by social media. Higher levels of education shows increase of concern over social media's effects on career, professional institutions, and self-image. With increasing age and educational level, there was a decline in the proportion of respondents who acknowledged that social media had influenced their diagnosis or development of treatment plans.
Conclusion: Dental practitioners' preference for using social media is illustrated by understanding their sociodemographic factors, belief in the use of social media, regulations, and attitudes towards e-professionalism. Social media preferences, intentions, and behavior in each generation group tend to show the same result. Each generation group tends to choose a neutral attitude towards promotional content on social media. Indonesian Dental practitioners demand regulation on how to advertise on social media. Social media preferences and intentions among dental practitioners in Indonesia are in conjunction and explaining their behavior in social media.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lieando Chandra
"Latar belakang: Gigi tiruan dukungan implan, salah satu perawatan kehilangan gigi terbaik, diterima luas di seluruh dunia. Namun, penggunaannya di Indonesia masih relatif rendah. Studi terkait kesadaran (awareness), pengetahuan (knowledge), dan sikap (attitude) terhadap implan gigi telah banyak dilakukan di negara lain, tetapi belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mengembangkan kuesioner kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap implan gigi yang valid dan reliabel. Metode: Penelitian kualitatif melalui studi literatur pada 9 studi, wawancara semi-struktur 8 pakar implan dan 10 subjek kehilangan gigi, focus group discussion, dan uji-coba kuesioner. Penelitian kuantitatif pada 227 subjek untuk pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner. Hasil: Kuesioner final 28 item (domain kesadaran, pengetahuan, dan sikap) berhasil dikembangkan dengan validitas isi (content validity) dan validitas muka (face validity) terpenuhi. Analisis faktor dapat dilakukan pada ketiga domain berdasarkan hasil Uji Kaiser-Meyer Olkin (KMO) dan Uji Bartlett (0,680;P<0,05| 0,922;P<0,05| 0,849;P<0,05). Uji validitas konvergen dan uji konsistensi internal Cronbach’s alpha menghasilkan nilai baik pada domain kesadaran (r=0,736; P<0,05; α=0,848), domain pengetahuan (r=0,616; P<0,05; α=0,922), dan domain sikap (r=0,658; P<0,05; α=0,794). Kesimpulan: Kuesioner kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap perawatan dengan implan gigi teruji valid dan reliabel untuk mengevaluasi kesadaran, pengetahuan, dan sikap pasien terhadap perawatan dengan implan gigi di Indonesia.

Background: Implant-supported prosthesis, one of the best treatment for tooth loss, are widely accepted worldwide. However, its utilization is still relatively low in Indonesia. Studies related to awareness, knowledge, and attitude towards dental implants have been conducted in many other countries, but there has been no study in Indonesia. Objective: To develop a valid and reliable questionnaire on patient awareness, knowledge and attitudes towards dental implants. Methods: Qualitative study was done through literature review on 9 studies, semi-structured interviews with 8 implant experts and 10 tooth loss subjects, focus group discussion, and pre-testing. Quantitative study on 227 subjects for validity and reliability test. Results: The final questionnaire of 28 items (awareness, knowledge, and attitude domains) was successfully developed with achieved content validity and face validity. Factor analysis can be performed on all three domains based on the results of the Kaiser-Meyer-Olkin Test (KMO) and Bartlett Test (0.680;P<0.05| 0.922;P<0.05| 0.849;P<0.05). The convergent validity and Cronbach's alpha internal consistency were high in awareness domain (r=0.736; P<0.05; α=0.848), knowledge domain (r=0.616; P<0.05; α=0.922), and attitude domain (r=0.658; P<0.05; α=0.794). Conclusion: The questionnaire developed was valid and reliable to evaluate patient awareness, knowledge, and attitudes towards dental implant treatment in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinny Shafira Khairunisa
"Latar Belakang: Lansia merupakan individu berusia 60 tahun ke atas yang memiliki kerentanan yang tinggi untuk mengalami masalah kesehatan baik umum maupun gigi dan mulut dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Adanya masalah kesehatan gigi dan mulut tersebut mengharuskan lansia untuk mengakses perawatan gigi dan mulut yang sesuai dengan kebutuhannya. Namun, pandemi Covid-19 hadir dan lansia menjadi individu dalam kelompok paling rentan untuk terpapar oleh virus ini. Beberapa dampak yang dialami lansia akibat pandemi Covid-19 antara lain menurunnya kondisi fisik, menurunnya tingkat aktivitas fisik, hingga berdampak pada aspek psikologis seperti meningkatnya gejala depresi, ansietas, serta rasa kesepian. Terdapat alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi tersebut antara lain Geriatric Depression Scale (GDS), Covid-19 Anxiety Scale (CAS), serta Questionnaire for Assessing the Impact of the Covid-19 Pandemic and Accompanying Mitigation Efforts on Older Adults (QAICPOA). Namun, pengembangan serta penggunaan alat ukur CAS dan QAICPOA secara komprehensif belum pernah dilakukan di Indonesia Tujuan: Memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel untuk menilai kecemasan terkait Covid-19 serta melihat adanya efek psikologis pada lansia yang membutuhkan perawatan gigi dan mulut di masa pandemi Covid-19. Metode: Pengembangan alat ukur skala kecemasan terkait Covid-19 (CAS-Id) dan QAICPOA dilakukan melalui tahap adaptasi lintas kultural untuk mendapatkan kuesioner yang dapat dipahami oleh responden. Selanjutnya, pengembangan CAS-Id dilanjutkan dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis univariat dilakukan terhadap ketiga komponen efek psikologis yang diteliti yaitu depresi, ansuetas, serta dampak isolasi sosial berdasarkan faktor sosiodemografi pada lansia. Total subjek penelitian adalah 171 orang. Hasil: Uji validitas dan reliabilitas pada alat ukur Covid-19 Anxiety Scale (CAS) dalam penelitian ini mendapatkan nilai Cronbach’s alpha 0,783 dan r = 0,700 dengan p-value 0,000 (p < 0,05) sehingga berhasil mendapatkan alat ukur yang bersifat valid dan reliabel. Adapun efek psikologis pada lansia yang membutuhkan perawatan gigi dan mulut menunjukkan adanya depresi ringan hingga sedang, ansietas sedang hingga tinggi, serta kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan rutin dan mengalami rasa kesepian pada lansia berdasarkan sosiodemografi. Kesimpulan: Alat ukur CAS-Id dapat digunakan untuk mengukur kecemasan terkait Covid-19 dengan baik pada lansia sehingga diharapkan dapat digunakan untuk penelitian berikutnya yang menilai aspek kecemasan pada individu lainnya. Adanya efek psikologis bersifat ringan, sedang, hingga berat dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi lansia dalam mendapatkan perawatan gigi dan mulut sehingga diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi hal ini.

Background: The elderly are individuals aged above 60 years and are susceptible to experiencing health problems, both general and dental compared to any other age groups. The existence of dental health problems requires the elderly to access dental care that is compatible with their needs. However, the Covid-19 pandemic makes the elderly as individuals in the most vulnerable group to be exposed to the virus. Some of the impacts experienced by the elderly due to the Covid-19 pandemic include decreased of physical conditions, decreased levels of physical activity, even to have an impact on psychological aspects such as increased symptoms of depression, anxiety, and feelings of loneliness. There are measuring tools that can be used to assess these conditions, including the Geriatric Depression Scale (GDS), Covid-19 Anxiety Scale (CAS), and the Questionnaire for Assessing the Impact of the Covid-19 Pandemic and Accompanying Mitigation Efforts on Older Adults (QAICPOA). However, the development and comprehensive use of CAS and QAICPOA as measuring instruments has never been applied in Indonesia. Objective: To obtain a valid and reliable measuring tool to assess anxiety related to Covid-19 and to see the psychological effects on the elderly who need dental and oral care during the Covid-19 pandemic. Methods: The development of the Covid-19-related anxiety scale (CAS-Id) and QAICPOA was carried out through a cross-cultural adaptation stage to obtain a questionnaire that the respondents could comprehend. Furthermore, the development of CAS-Id was continued by conducting validity and reliability tests. Univariate analysis was carried out on the three components of the psychological effects studied, namely depression, anxiety, and the impact of social isolation based on sociodemographic factors in the elderly. The total research subjects were 171 people. Results: Test the validity and reliability of the Covid-19 Anxiety Scale (CAS) measuring instrument in this study obtained a Cronbach's alpha value of 0.783 and r = 0.700 with a p-value of 0.000 (p < 0.05) and makes it succeeded in obtaining a valid and valid measuring instrument. reliable. The psychological effects on the elderly who need dental and oral care show mild to moderate depression, moderate to high anxiety, and difficulties in accessing routine health services and experiencing loneliness in the elderly based on sociodemography. Conclusion: The CAS-Id measuring instrument can be used to measure anxiety related to Covid-19 well in the elderly, so it is hoped that it can be used for future studies that assess aspects of anxiety in other individuals. The existence of mild, moderate, to severe psychological effects can be one of the factors that affect the elderly in getting dental and oral care so that a solution is needed to overcome the issue"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>