Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farida Hasyim
"Dalam era pembangunan wanita dituntut untuk berpartisipasi mengambil peran dalam mewujudkan pembangunan. Namun disadari bahwa kondisi lingkungan sosial budaya yang memadai perlu diciptakan terutama agar wanita dapat mengaktualisasikan dirinya. Pada masyarakat Lampung lingkungan sosial budaya, antara lain sistim kekerabatan, agama, adat istiadat sangat kuat dalam kehidupan masyarakatnya sehingga berpengaruh terhadap perilaku wanita.
Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti, faktor-faktor penghambat partisipasi wanita Lampung Pepadun dalam KB Berdasarkan penelitian lapangan secara kualitatif, dari 40 orang responden di Kecamatan Abung Timur dan Kecamatan Menggala, dapat diketahui faktor-faktor penghambat partisipasi wanita Lampung Pepadun di dua Kecamatan tersebut. Hal ini dapat diketahui sebagian besar responden memiliki anak 4 sampai 6 bahkan lebih, mereka juga belum melaksanakan atau menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Dari hasil penelitian bahwa keadaan lingkungan sosial budaya masyarakat Lampung Pepadun memberikan latar belakang yang sangat kuat terhadap kurangnya partisipasi wanita Lampung dalam KB. Latar belakang budaya tersebut antara lain agama, sistem kekerabatan, dan adat istiadat masyarakat yang bersangkutan, keadaan ini menyebabkan ketidakberdayaan wanita. Oleh karena itu perlu disarankan agar diciptakan kondisi lingkungan sosial budaya yang dapat mendudukkan wanita secara sejajar antara wanita dengan pria antara lain sistim kekerabatan patrilinial perlu diperhalus menjadi sistim parental, sehingga wanita tidak lagi dianggap kurang penting dibandingkan laki-laki."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T2315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmah S. Abdullah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1970
S2187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Indrasto S.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1983
S2190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johnnie Susanto
1984
S2364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Mira H. Suparto
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lim Sing Meij
"ABSTRAK
Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat sentral dalam pelayanan kesehatan dasar. Untuk menanggulangi tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, sekolah kebidanan secara khusus didirikan pemerintah Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan dan BKKBN terns mendorong pertumbuhan jumlah bidan. Menurut Profil Kedudukan dan Peranan Wanita 1995 balk di kota maupun di desa, perempuan lebih memilih bidan dalam memeriksakan kesehatan dan kehamilan mereka dari pada tenaga kesehatan iainnya. Habsjah dan Aviatri (dalam Oey-Gardiner 1996:393) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1952 bidan sudah dikerahkan untuk mengelola Balai Kesehtan Ibu dan Anak. Ketika pada tahun 1968 puskesmas pertama kali diperkenalkan di Indonesia, Depkes mengeluarkan peraturan bahwa tenaga puskesmas harus terdiri atas tenaga dokter, bidan, mantri, dan perawat. Tetapi berbagai studi membuktikan bahwa banyak puskesmas yang hanya memiliki bidan atau mantri sebagai satu-satunya tenaga kesehatan yang setiap saat dapat dikunjungi oleh masyarakat. Bidan di Indonesia adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dasar.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas di desa yang sulit dijangkau, tugas bidan dirasakan terlalu banyak. Bidan tidak saja bertugas melayani ibu hamil dan balita, mereka juga melayani pertolongan kesehatan secara umum seperti menolong prang sakit, kecelakaan lalu lintas sampai menindik dan menyunat bayi yang Baru lahir. Selain menangani aspek klinis medis kebidanan dan umum, mereka juga menangani aspek administrasi dan manajerial. Tugas administrasi yang dituntut oleh puskesmas sering mengakibatkan tugas pokok menjadi terlantar.Puskesmas selalu meminta data diri yang sulit diperoleh. Membina hubungan dengan dukun bayi dan anggota masyarakat merupakan aspek sosial yang harus diperhatikan oleh seorang bidan. Dalam banyak hal bidan merasakan bekal dan kemampuannya amat terbatas untuk dapat menangani semua harapan masyarakat. Pendidikan lanjut baik berupa kursus singkat maupun seminar sangat mereka harapkan untuk dapat memperoleh bekal dalam menjalankan profesi mereka.
Hal tersebut mendorong penulis ini untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam bagaimana peran dan penghasgan yang diperoleh bidan dalam menjalankan tugas mereka sebagai tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di praktek sore mereka di rumah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif feminis. Keputusan untuk menggunakan pendekatan ini diambil karena pendekatan ini dapat mengungkap pengalaman subyektif perempuan dalam kehidupan yang nyata. Disamping itu penelitian dengan menggunakan perspektif feminis dapat mengungkap keberpihakan pada perempuan. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Kusuma Buana (bukan nama sebenarnya), Jakarta Selatan. Informan penelitian adalah bidan yang bekerja di puskesmas dan membuka praktek sore di rumah. Informan digentukan secara purposive dengan mengunakan teknik bola salju. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap informan. Pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan wawancara dengan kepala puskesmas dan staf yang bekerja di Sudinkes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran bidan adalah sentral dalam pelayanan kesehatan dasar. Namun, dalam menjalankan tugasnya, mereka mengalami deprofesionalisasi dan eksploitasi. Bidan yang awalnya bersifat mandiri telah tersisihkan. Tugas yang harus mereka laksanakan telah jauh melampaui tugas pokok seorang bidan yaitu menyelamatkan kehidupan ibu dan anak serta memberikan pelayanan KB. Sebaliknya, penghargaan yang diterima tidak sesuai dengan peran mereka sebagai tenaga kesehatan.Status mereka sebagai bidan puskesmas telah memungkinkan mereka untuk membuka praktek sore di rumah. Pelayanan kesehatan di praktik sore tidak mengenal jam praktek. Perilaku altruistik telah membawa bidan untuk selalu mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. Dari pelayanan yang diberikan, penghasilan di praktek sore telah menjadi penghasilan utama bagi keluarga bidan. Namun, apa yang dilakukan oleh mereka tidak selalu memperoleh penghargaan yang diharapkan.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Nuriyah Rahman
"ABSTRAK
Bahasan utama dalam tesis ini adalah perkawinan usia muda dan kesehatan reproduksi. Perkawinan usia muda erat kaitannya dengan kehamilan pada wanita usia muda, meskipun permasalahannya tidak persis sama. Perkawinan wanita pada usia muda merupakan masalah sosial budaya yang mempunyai aspek medis, sedangkan kehamilan pada wanita usia muda merupakan masalah medis yang mempunyai aspek social.
Agar dapat mengungkapkan pennasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan landasan teori yang meliputi faktor pendorong terjadinya perkawinan usia muda, aspek psikologis perkawinan usia muda, Islam dan perkawinan, kesehatan reproduksi, perkawinan usia muda dan kesehatan reproduksi, serta program Keluarga Berencana dan reproduksi wanita.
Penelitian ini merupakan studi kasus yang berancangan kualitatif. Subjek penelitian adalah wanita yang menikah pada usia muda dan yang mempunyai anak lebih dari lima orang, mempunyai latar belakang pendidikan pesantren atau dari kalangan pesantren, dan yang berlatar belakang pendidikan non-pesantren. Selanjutnya, wanita-wanita tersebut dikelompokkan dalam tiga golongan umur, yaitu kelompok umur 30-40 tahun, 41-50 tahun, dan 50 tahun ke atas. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran mengenai terjadinya pergeseran ataupun perubahan nilai dan persepsi tentang perkawinan usia muda dan kesehatan reproduksi pada setiap tahap umur wanita tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang menggunakan pedoman wawancara. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan perangkat analisis jender.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan usia muda di daerah Sekar Arum tetap ada, karena dipengaruhi oleh faktor sosial-ekonomi, sosialbudaya, dan agama. Selain peranan orang tua yang mendominasi pencarian jodoh anaknya, UU Perkawinan yang berlaku sekarang belum mampu meningkatkan usia saat menikah.
Wanita yang menikah pada usia muda tersebut, dalam merawat kesehatan reproduksinya, mengacu pada kebiasaan orang tua mereka. Ternyata perawatan kesehatan reproduksi secara tradisional membuat kondisi mereka cult-up sehat dan mempunyai anak banyak. Jumlah anak yang banyak bagi ibu-ibu di Sekar Arum merupakan hal yang biasa, karena pengetahuan mereka dan juga para orang tua, sangat kurang terutama dalam bidang reproduksi dari kependudukan. Sementara itu, keputusan suami masih sangat dominan dalam menerima KB.
Mengingat perkawinan usia muda tidak akan menguntungkan bagi pembangunan, seyogyanya peraturan pelaksanaan UU Perkawinan no. 1/1974 ditinjau dan dikaji ulang, antara lain untuk menaikkan batas umur minimum bagi wanita, dari 16 tahun menjadi 20 tahun. Demikian pula dalam memberdayakan masyarakat atau wanita perdesaan, seharusnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat dan bersumber pada potensi rakyat itu sendiri.

"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T6102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Rustanto
"ASBTRAK
Masalah utama dalam penelitian ini, adalah: penelantaran bayi yang dilakukan oleh wanita remaja sebagai pekerja industri, yang ditinggal pasangannya.
Huang lingkup penelitian ini, meliputi: Pertama: pola hidup, yaitu pola hidup sebagai pekerja, pribadi dan anggota masyarakat di Kawasan industri. Kedua: pola rumah tangga, yaitu rumah tangga untuk pembiayaan hidup antara wanita dengan pasangannya melalui rumah tangga 'hidup bersama?, yang melahirkan kehamilan tak direncanakan. Ketiga. Penelantaran bayi, yaitu larinya pasangannya untuk bertanggungjawab, menyebabkan wanita mencari dukungan kekeluargaan, bekerja dalam kondisi hamil yang menciptakan kelabilan psikologis, dan memicu terjadinya penelantaran bayi. Keempat Perlakuan dalam sistem peradilan pidana. yaitu perlakukan para pelaksana dari tahap pelaporan, penyidikan, penyidangan, pemidanaan dan pelepasan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah kualitatif dalam studi kasus dengan oral history ialah metode pengambil data dari pengalaman hidup informan berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu perspektif wanita dalam anti penelitian dimaksudkan untuk menggali pengalaman wanita dan digunakan untuk membantu memecahkan masalahnya. Subjek penelitian adalah 6 wanita pekerja industri yang berstatus sebagai narapidana di LP Wanita Tangerang. Penyajian data dilakukan secara deskriptif, yaitu hasil temuan dan pembahasan dipaparkan dengan kalimat.
Hasil penelitian : Pertama, Pola hidup, informan bekerja sebagai operator rangkaian perakitan (assembly line) di industri dan mendapatkan upah rendah. Lingkungan kota di mana mereka tinggal mempengaruhi gaya hidup dalam memenuhi kebutuhan seharihari yang biayanya relatif tinggi. Tuntutan keluarga di desa melalui pengiriman uang dan barang turut mendukung pengeluaran yang tinggi, kebiaasan hidup tersebut menyebabkan mereka sering kekurangan uang dan untuk mengatasinya meminjam pada rentenir, meskipnn dengan bunga. Kondisi ini, diperburuk dengan sikap masyarakat setempat yang mengisolir mereka dengan cara rnenempatkan di rumah kontrakan yang jauh dari pemukiman setempat. Kondisi tersebut, menyebabkan mereka mengalami kemiskinari secara ekonomi dalam arti kekurangan uang dan secara sosial dalam arti terasing dari pergaulan masyarakat. Kedua: Kemiskinan secara ekonomi dan sosial, di atasi dengan menjalin hubungan dengan pekerja laki-laki, yang lambat laun berkembang menjadi rumah tangga 'hidup bersama". Melalui wahana rumah tangga 'hidup bersama' terjadilah perilaku seks ringan sampai menjadi hubungan seks heteroseksual. Gaya hidup tersebut, menimbulkan kehamilan tak direncanakan. Karena rumah tangga tersebut tidak resmi, maka rentan terhadap perpecahan dalam bentuk penghindaran tanggung jawab dari pasangannya dan menuntut wanita menanggung kehamilannya. Ketiga: Wanita berusaha mencari pasangannya tetapi tidak berhasil. Mereka kemudian mencari dukungan dari keluarga, teman, pihak pabrik dan masyarakat. namun semua menolaknya. Untuk mengatasi kebutuhan diri sebagai calon ibu, informan bekerja lagi di pabrik. Kelabilan psikologis bertambah dengan adanya beban kerja, menyebabkannya bayinya lahir lebih dini. Menghadapi kelahiran secara tiba-tiba, wanita yang bersangkutan menjadi ' panik' dan menelantarkan bayi. Keempat tindakan penelantaran bayi, menyebabkan mereka terpidana. Dalam proses peradilan pidana mulai tahap pelaporan, penyidikan, penyidangan, pemidaan sampai pelepasan. mereka memperoleh ketidakadilan dalam bentuk perlakuan yang diskriminatif.
Kesimpulan : Selama hidup di Tangerang, wanita pekerja industri mengalami kemiskinan secara ekonomi dan sosial. Untuk mengatasi kemiskirian, wanita pekerja industri memilih mencari pasangan hidup bersama, gaya hidup tersebut mengakibatkan kehamilan tak direncanakan yang berlanjut dengan terjadinya penelantaran bayi.Ada tiga faktor saling berkait yang mendukung terjadinya penelantaran bayi, yaitu: Pertama kehilangan jaringan kekeluargaan karena kekasih, keluarga, pihak pabrik, teman dan masyarakat sekitarnya tidak mau memberi pertolongan. Kedua: konflik beban kerja karena harus kerja dan menjadi calon ibu. Ketiga; reaksi terhadap sikap sinis masyarakat karena masyarakat memandang wanita sebagai orang yang menyimpang dari nilai lingkungan. Disarankan untuk memberi pelayanan sosial, pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan hukum kepada wanita pekerja industri.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>